ayh kaw di mana

Ayah… Kau ajarkan aku untuk tegar jalani hidup ini Kau ajarkan aku untuk selalu sabar Kau ajarkan aku untuk menghargai apa yang kita miliki saat ini Ayah… Aku tau hidupku tak sesulit apa yang kau rasakan Aku tau cobaanmu lebih berat dari yang ku rasakan Aku tau rasa sayangmu lebih besar dibandingkan yang kurasakan Ayah… Tanpa kau, hidup ini terlalu hampa Dan tak berarti bagiku Raka memberhentikan ritualnya menulis puisi. Selalu itu kegiatan yang tidak pernah ia lupakan dalam kesehariannya. Karena hanya hal itulah yang bisa mengobati rasa rindunya pada sosok Ayah yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. “Raka!” Panggil Alam, sahabat Raka. “Ana mudif lho! Ikut yuk,” lanjut Alam memberitahu. Berikan Aku Ayah, Bunda! Raka menoleh lalu tersenyum. “Huft, kholas ba’du faqot. Kuliah etiket dulu. Nanti juga ente bakal ketemu juga ma ortu!” respon Raka malas. Karena bagi Raka, hal itu selalu membuatnya iri. Raka memandang dari arah kejauhan. Ia tatap pintu gerbang, berharap sang bunda telah datang untuk menjemputnya bersama sosok ayah. Namun bagi Raka itu sangat mustahil. Karena setiap Raka menanyakan keberadaan Ayah, sang bunda selalu terselimuti mendung. “Ya udahlah kalau begitu. Yuk ila ko’ah!” respon Alam, sambil merangkul Raka layaknya sahabat. Mereka langsung berjalan kearah auditorium yang sudah dipenuhi oleh seluruh santriwan dari kelas satu sampai kelas enam yang sudah duduk kalem, karena acara kuliah etiket menjelang liburan semester ganjil akan dimulai. Raka menutup buku diarynya lalu menentengnya, Alam yang melihat itu langsung bertanya. “Nulis puisi lagi buat Ayah?” Raka mengangguk lemas. “Iya.” Jawab Raka pendek. Alam geleng-geleng kepala. Ia memang sudah tau betul kebiasaan Raka. Sebenarnya Alam sendiri prihatin dengan Raka. Setiap Raka dijenguk, selalu bibi atau tantenya yang datang. Sedangkan sang Bunda hanya setiap Raka libur sekolah, yakni setiap menjemput Raka. Alam tau, bunda Raka bekerja di Negara timur tengah, yakni di kota Jeddah menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita). Tapi, yang Alam bingung, ia tidak pernah melihat ayah Raka. Setiap Alam menanyakannya pada Raka, Raka selalu menghindar sambil menunduk sedih. Maka dari itu, Alam tidak berani lagi menanyakan soal itu pada Raka. *** “Bunda!” Panggil Raka pada sosok Ibu kepala empat yang sedang berdiri di depan wisma. Ia tersenyum pada ibu itu, tak lain bundanya sendiri. Arini yang tak lain bunda Raka, membalas senyuman anak tunggalnya itu. “Apa kabar, sayang?” Tanya Arini. Raka mencium punggung tangan bundanya. Arini mengelus kepala Raka lembut. Ia lihat sang anak semakin patuh dan menghormatinya. Tak menyesal ia, menaruh pendidikan pada anaknya di pondok pesantren. “Allhamdulillah, Raka baik Bunda. Bunda datang dengan siapa?” Tanya Raka, berharap Bundanya datang bersama sang ayah. “Bunda datang sendiri. Memangnya kenapa, Nak?” terang Arini, sedikit antusias. Pikirannya kembali pada sang suami. Ia tau, pasti Raka menginginkannya datang bersama sang suami. Namun menurutnya itu sangat mustahil. Karena dirinya tidak akan mau lagi disandingkan dengan seseorang yang sudah menjadi masa lalunya, walau Raka tidak tahu menahu soal itu. Raka menunduk dengan rasa kecewa. “Nggak papa, Bun! Kita pulang sekarang yuk!” ajak Raka masih sambil menunduk. Arini tidak enak hati, karena ia sudah membuat anaknya kecewa. Maafkan bunda sayang! Bunda hanya nggak mau, kamu menanyakan laki-laki itu! Arini membatin. *** “Happy birthday, Raka! Happy Birthday, Raka! Happy Birtday, Happy Birthday, happy birthday, Raka!” Arini menyenandungkan lagu ulang tahun pada Raka, anak semata wayangnya. Raka yang sedang tertidur pulas di ranjang, akhirnya terbangun. Ia langsung tersenyum senang, ketika mendapati sang bunda sudah duduk dihadapannya membawa sebuah kue tar yang ditengahnya berdiri kokoh lilin berangka 15. Raka ingat, hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia bersyukur, karena ia bisa merayakan hari special itu bersama sang bunda di istananya. “Ayo tiup lilinnya, sayang!” perintah Arini lembut. Sebelum meniup lilin, Raka mengucapkan sebuah permohonan. Ya Allah, di hari ulang tahunku ini, izinkanlah aku untuk bisa bertemu Ayah! Itulah permohonan Raka. Setelah itu ia meniup lilin, Arini tak lain sang bunda tersenyum lalu memberikan sebuah kotak besar untuknya. Itu adalah kado ulang tahun untuknya. “Buat Raka, Bun?” Tanya Raka. Arini mengangguk. Raka membuka dengan semangat. Ternyata, sebuah laptoplah kado ulang tahun dari bunda. Ah, bundanya memang baik. Walaupun laki-laki, terkadang Raka ini ada manjanya. Hehe, maklum ia kan jarang bertemu sang bunda. Raka mencium bundanya lembut. “Syukron katsiron, ya Umi!” ucap Raka tulus. Arini yang sangat mengerti bahasa yang sudah ikut mendarah daging di setiap kesehariaannya, langsung membalas “Ma’a syukri, ya ibni!” Setelah menikmati kado dari sang bunda, Raka memberanikan diri untuk membahas soal ayah. Sebab sudah selama umurnya, ia tidak pernah dipertemukan oleh sang ayah. “Bun… boleh, Raka nanya sesuatu?” ucap Raka lembut dan hati-hati. “Boleh, mau nanya apa nak?” Tanya Arini. “Soal ayah, Bun! Apa, sampai saat ini, bunda tetap tidak mau mempertemukan Raka dengan ayah? Sebenarnya, ayah itu masih ada atau sudah tiada, Bun? Raka rindu dengan ayah! Raka ingin seperti teman-teman Raka yang selalu dijenguk dengan ayah dan bundanya. Beri aku Ayah, Bunda!” ucap Raka penuh permohonan. Deg. Arini seperti dihantam benalu. Sakit rasanya, mendengar Raka membahas soal ayahnya. Namun dari dalam lubuk hatinya, Raka memang harus tau. Ia tidak boleh menyembunyikan persoalan ini terus menerus. “Raka ingin bertemu ayah?” Tanya Arini memastikan. Raka mengangguk mantap. Kali ini, ia sangat berharap. Rindunya terhadap sang ayah, sudah semakin menggebu. Arini yang melihat ketekatan dari dalam diri Raka, hanya bisa menghembuskan nafas berat. “Kalau begitu, Raka ikut bunda.” Ucap Arini akhirnya. “Kemana, Bun?” “Bertemu ayahmu!” *** Bendera kuning, terpasang tepat di sebuah rumah sederhana berpagar hijau. Bendera kuning itu, sudah mengundang beberapa warga untuk berbela sungkawa. Arini yang melihat bendera kuning itu, kaget bukan main. Siapa yang meninggal? Benaknya bertanya-tanya. Ia langsung menarik tangan Raka yang masih keheranan dengan bendera kuning yang terpasang dipagar hijau itu. Arini dan Raka berjalan memasuki rumah itu. Seorang ibu paruh baya, menghampiri mereka sambil menangis. “Akhirnya kamu datang juga Arini! Riko… Riko, suamimu sudah meninggal nak!” ucap ibu paruh baya itu, memberitahu. “Apa, Bu? Riko sudah meninggal? Jadi ini…” Arini tak mampu berkata. Ia menoleh ke arah Raka. Namun tidak ia temukan Raka disampingnya. Mata Arini mencari-cari. Seketika, ia sudah melihat Raka berjalan masuk. “Mau kemana, nak?” Tanya bapak setengah baya. “Mau ke jenazah itu?” Raka mengangguk. “Iya. Dia ayah saya, Pak!” jelas Raka sambil menghapus air matanya yang sudah terlanjur jatuh. “Jangan dekat-dekat nak! Nanti ketularan lho!” ucap bapak itu memperingati. Raka terperangah. Apa maksudnya? Batin Raka berkata. Keningnya berlipat-lipat tak karuan. Bapak setengah baya itu, langsung menjelaskan. “Lebih baik, ade ikut kami mendoakan ayah ade. Tidak usah dilihat ya.” Raka menggeleng . “Tapi saya ingin melihat jenazah ayah saya, Pak!” ucap Raka keukeh. “Benar kata, bapak itu nak!” Seru sang bunda menghampiri. Sekali lagi, Raka hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Kenapa, Bun? Raka kan belum pernah melihat ayah?” Tanya Raka heran. “Ikut bunda nak.” Arini menyuruh Raka mengikutinya masuk ke dalam sebuah kamar. Raka mengekor dari belakang. *** “Bunda, kenapa seperti ini bunda? Raka ingin bertemu ayah dalam keadaan hidup, bukan diam beku seperti ini!” ucap Raka membuka pembicaraan. Wajahnya terlihat mendung dan muram. Air matanya tak henti-henti terus berjatuhan. “Terus, kenapa bapak itu, menyuruh Raka tidak boleh melihat ayah? Kenapa, Bunda?” Lanjut Raka dengan beruntun pertanyaan. “Ayahmu terkena penyakit aids, Raka!” aku sang bunda, membuat Raka kaget bukan main. “Apaaa?” ucap Raka menahan sesak. “Itu nggak mungkin, Bunda!” lanjut Raka tak percaya. “Kamu sudah semakin dewasa sekarang. Baiklah, bunda akan menceritakannya sama kamu, nak!” ucap Arini sambil menghembuskan nafas panjang dan menerawang. Matanya sedikit mulai berkaca-kaca. “Waktu bunda mengandungmu, ayahmu itu sering mainin perempuan, nak! Bunda sakit hati dengan kelakuan ayahmu! Akhirnya bunda meminta diceraikan. Ayahmu menikah lagi setelah kamu lahir. Dan disaat itu, Ibu menitipkanmu ke bibi Ishak. Karena ibu memilih untuk bekerja di arab menjadi TKW.” Jelas Arini perlahan. Arini menatap Raka lekat-lekat. Ia tau, anaknya sangat terluka mendengarnya. Arini mulai melanjutkan. “Ibu tau ayahmu terkena penyakit aids, dari isteri mudanya. Isteri mudanya tidak mau bersama ayahmu lagi karena penyakit itu! Ia menyerahkan ayahmu begitu saja, ke bunda. Dari lubuk hati bunda, bunda sangat sedih nak melihat kondisi ayahmu! Namun karena bunda harus bekerja untuk menafkahkanmu, bunda menitipkan ayahmu pada ibu tua yang pertama menyambut kita itu! Hanya dialah yang mempunyai hati seluas samudera untuk merawat ayahmu! Karena hal itulah nak, bunda tidak ingin kamu tau keberadaan ayahmu!” Arini menyentuh pipi Raka. Ia menghapus air mata anak tunggalnya itu. “Maafkan bunda sayang, kalau bunda menyembunyikan ayahmu! Bunda hanya nggak mau, kamu mengetahuinya. Bunda juga nggak mau kamu sedih, nak!” aku Arini memelas. Raka memang terlanjur menangisi apa yang ia rasakan sekarang. Masa lalu bundanya yang penuh penderitaan, sifat ayahnya di masa lalu, dan cara bundanya untuk berusaha menyembunyikan ayahnya dari dirinya, sangat membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi. Hatinya terlanjur sesak dan gerimis. Sungguh, ini adalah hari ulang tahun yang baginya dirayakan dengan tumpahan air mata. *** Gerimis di pekuburan. Raka berjongkok di sisi pusara dengan nisan kayu bertuliskan RIKO PRAMUDYA. Disinilah tempat ayahnya beristirahat dengan tenang, tanpa ucapan pertemuan apalagi perpisahan untuk pergi selama-lamanya. Arini yang berdiri di dekat situ, tidak mampu untuk berkata-kata. Ia tidak mau mengusik anaknya yang ingin meluangkan waktunya bersama Almarhum Riko. “Kenapa ayah, harus pergi sekarang? Kenapa harus di ulang tahun Raka, Yah?” Desah Raka. “Raka nggak peduli, bagaimanapun keadaan ayah, Raka tetap menganggap ayah sebagai ayah kandung Raka. Karena Raka sangat menyayangi ayah, walau Raka belum pernah bertemu ayah! Kenapa ayah nggak ngasih kesempatan sama Raka dulu, untuk bertemu ayah?” Raka terisak. Dadanya bergemuruh dengan kesedihan yang sangat mendalam. “Raka, kita pulang yuk! Biarlah ayahmu tenang di rumah barunya…” ucap Arini akhirnya. Raka terenyuh. Ia merasa tubuhnya begitu lemah. Matanya sudah terlanjur sembab karena habis menangis. Ia nggak bisa berontak, ketika bundanya menuntunnya untuk pulang. “Kamu tau, apa alasan bunda mendidik kamu di pondok pesantren?” ucap sang bunda dalam setiap langkah meninggalkan makam. Raka mendongak, menatap sang bunda. Ia menggeleng. “Karena apa, Bun?” respon Raka. “Karena bunda nggak mau, kamu seperti ayahmu, nak! Bunda hanya ingin kamu menjadi anak yang sholeh.” Terang Arini. Raka hanya diam mengerti. Ia terus berjalan meninggalkan makam sang ayah. Detik kemudian, ia menoleh lagi ke belakang kembali menatap pusara bertabur bunga yang hanya diam dan tak bergeming itu. Masih segar goresan luka kepergianmu Sedih ini bercampur pilu Tangis ini bercampur rindu Sesungguhnya aku, membutuhkan kasih sayangmu Membutuhkan pelukanmu Namun apalah dayaku, ayah! Kini ku hanya bisa memandang nisanmu Dan mengenangmu Doaku ini mengiringi perjalananmu Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu Semoga Allah menerima amal ibadahmu Dan semoga tempat yang layak ditujukan padamu Ayah… meski kau telah tiada, Namun kasih sayang dariku, akan selalu ada bersamamu…

Terpopuler

Comments

Elegi Senja

Elegi Senja

like like like like 😍

2020-10-25

0

Elegi Senja

Elegi Senja

semangat yaaah kaka😍 aku selalu dukung karyamu🤗

2020-10-25

0

🦄Olong Long

🦄Olong Long

like like like 😍😍😍

2020-10-20

0

lihat semua
Episodes
1 ketika ke inginan itu hilang
2 keringat seorang ayah menetes
3 ayh kaw di mana
4 ketika kasih sayng mulay hilang
5 aku sangat rindu ke padamu ibu
6 aku berdoa untuk abah
7 bidari di sisi ku
8 jawabn terahir seorang ibu
9 cinta ibu untuk anaknya
10 kata kata terahir ibu
11 se tetes air mata mu
12 kehilangan keber saman
13 di sat kasih sayang yang sangat berarti
14 seorang anak yang mencari seorang ayh
15 surat untuk mu ibu ku ter cinta
16 ibu sang pahlawan anak ank nya
17 ibu rela berkorban apapun untuk anaknya
18 ketabhan seorang ibu yang sangat kuat
19 kesabaran ibu yang tida ada batas nya
20 seorang anak yang tega menelantarkn ibunya
21 seorang anak yang minta map tehadap ibunya
22 bebohongan seorang ibu yang membuat anknya menagis saat mendengarkn ceritnya
23 seorang ibu meminta bantuan ke pada anaknya
24 kehbatan seorang ibu yang ta kenal lelah
25 aku sedih mendengar ceritanya
26 ibu yang kuat dan hebat
27 demi mereka bahgia ibu rela susah
28 cinta ibu kepada anaknya
29 wujud kasih sayang ibu kepadaku
30 kasih sayng seorangibu tada batas
31 AKU menyayngi mu ibu
32 Ibu, kini deritamu telh usay aku ingin kaw bhgia
33 ketika ibu memeluk
34 Hari sepesal untuk ibu
35 Ibu dalam di dalam mipi ku.yang indah
36 Ibu di jatung malam yang panjang
37 ibu dengarlah pasir itu ber bisik
38 rbulan di mata sang ibu
39 ibu kaw di mana
40 cinta ibu sangat hebat
41 keber saman dengan mu ibu
42 kehebatan cinta ibu
43 cinta kasih sayang kebagian ibu dan anknya
44 cinta kasih seorang ibu kepada anak- anak nya
45 the story of a patient mother and her child
46 ukapan kasih sayang anak terhadap ibu
47 bagi bagi hadih givway
48 perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 1
49 perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 2
50 perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 3
51 perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 4
52 perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 5
53 perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 6
54 ketika harapn itu taknyjung kembali
55 BAB 1 pengorbanan ibu
56 pengorbana yang sangat hebat yang ibu lakukan ibu untuk kita
57 ibu cerewet karna sayng
58 Ibu berjuang untuk menghidupi anaknya
59 IBU Jangan tinggalkan ku
60 ibu ku sayng
61 ibu kaw di manahariini aku mencari mu
62 IBU
63 ibu dalam mimpi ku
64 ingin di perhatikan
65 ibu bekerja tanpa asa walaw matahi meyinar
66 Dad, you're the one who's irreplaceable
67 RENUNGAN HATI
68 perpisahan
69 I miss my dear mommy
70 A week with mom
71 14 years of my mother's patiently cared for me
72 ber sama ibu
73 A week with mom
74 A million love for mom
75 Love letter for my mom
76 Always love you mother
77 That memorable smile
78 My little yearning letter to your mother
79 doa doa ibu
80 kesedihan seorang ibu
81 IBU
82 terima kasih sumua perhatian ibu
83 ternyata ibu sayang kepada ku
84 ibu & aku
85 kesedihan seong ibu ?!
86 ku titip kan doa tuk ibu
87 ibu ku ??
88 suara terakir untuk ibu
89 waktu terasa tida menginkan nya
90 ibu dan ??
91 ibu & aku
92 Mother I love and remember to take care of you
93 A touching, sad story about mom
94 nasihat&kata-kata ibu
95 ber korban
Episodes

Updated 95 Episodes

1
ketika ke inginan itu hilang
2
keringat seorang ayah menetes
3
ayh kaw di mana
4
ketika kasih sayng mulay hilang
5
aku sangat rindu ke padamu ibu
6
aku berdoa untuk abah
7
bidari di sisi ku
8
jawabn terahir seorang ibu
9
cinta ibu untuk anaknya
10
kata kata terahir ibu
11
se tetes air mata mu
12
kehilangan keber saman
13
di sat kasih sayang yang sangat berarti
14
seorang anak yang mencari seorang ayh
15
surat untuk mu ibu ku ter cinta
16
ibu sang pahlawan anak ank nya
17
ibu rela berkorban apapun untuk anaknya
18
ketabhan seorang ibu yang sangat kuat
19
kesabaran ibu yang tida ada batas nya
20
seorang anak yang tega menelantarkn ibunya
21
seorang anak yang minta map tehadap ibunya
22
bebohongan seorang ibu yang membuat anknya menagis saat mendengarkn ceritnya
23
seorang ibu meminta bantuan ke pada anaknya
24
kehbatan seorang ibu yang ta kenal lelah
25
aku sedih mendengar ceritanya
26
ibu yang kuat dan hebat
27
demi mereka bahgia ibu rela susah
28
cinta ibu kepada anaknya
29
wujud kasih sayang ibu kepadaku
30
kasih sayng seorangibu tada batas
31
AKU menyayngi mu ibu
32
Ibu, kini deritamu telh usay aku ingin kaw bhgia
33
ketika ibu memeluk
34
Hari sepesal untuk ibu
35
Ibu dalam di dalam mipi ku.yang indah
36
Ibu di jatung malam yang panjang
37
ibu dengarlah pasir itu ber bisik
38
rbulan di mata sang ibu
39
ibu kaw di mana
40
cinta ibu sangat hebat
41
keber saman dengan mu ibu
42
kehebatan cinta ibu
43
cinta kasih sayang kebagian ibu dan anknya
44
cinta kasih seorang ibu kepada anak- anak nya
45
the story of a patient mother and her child
46
ukapan kasih sayang anak terhadap ibu
47
bagi bagi hadih givway
48
perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 1
49
perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 2
50
perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 3
51
perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 4
52
perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 5
53
perjuangan ibu menyekolah kan anak nya sampay sukses BAB 6
54
ketika harapn itu taknyjung kembali
55
BAB 1 pengorbanan ibu
56
pengorbana yang sangat hebat yang ibu lakukan ibu untuk kita
57
ibu cerewet karna sayng
58
Ibu berjuang untuk menghidupi anaknya
59
IBU Jangan tinggalkan ku
60
ibu ku sayng
61
ibu kaw di manahariini aku mencari mu
62
IBU
63
ibu dalam mimpi ku
64
ingin di perhatikan
65
ibu bekerja tanpa asa walaw matahi meyinar
66
Dad, you're the one who's irreplaceable
67
RENUNGAN HATI
68
perpisahan
69
I miss my dear mommy
70
A week with mom
71
14 years of my mother's patiently cared for me
72
ber sama ibu
73
A week with mom
74
A million love for mom
75
Love letter for my mom
76
Always love you mother
77
That memorable smile
78
My little yearning letter to your mother
79
doa doa ibu
80
kesedihan seorang ibu
81
IBU
82
terima kasih sumua perhatian ibu
83
ternyata ibu sayang kepada ku
84
ibu & aku
85
kesedihan seong ibu ?!
86
ku titip kan doa tuk ibu
87
ibu ku ??
88
suara terakir untuk ibu
89
waktu terasa tida menginkan nya
90
ibu dan ??
91
ibu & aku
92
Mother I love and remember to take care of you
93
A touching, sad story about mom
94
nasihat&kata-kata ibu
95
ber korban

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!