Kita Teman..??

Waktu sudah berjalan seminggu sejak pertandingan basket. Sejak hari itu Shaka benar-benar memegang janjinya dengan tidak mengganggu Justin. Sejak itu pula Justin terlihat lebih ceria dan percaya diri. Dia semakin dekat dengan Kira bahkan tidak canggung lagi untuk bermanja-manja dengan gadis itu seperti Keenan yang selalu manja kepada Kira.

Justin sedang berjalan dari halte menuju gedung X. Malam ini akan ada acara penggalangan dana dan groupnya bersama beberapa artis besar lainnya akan mengisi acara tersebut. Karena kesibukan dalam persiapan rehearsal dan juga jarak yang cukup jauh antara sekolah dan tempat acara, tidak ada yang bisa menjemput Justin maupun Fikri. Meski Kira terus mengatakan pada Justin untuk naik taxy, anak itu tetap memilih naik bus.

Di tengah perjalanan, di salah satu gang yang dilewatinya Justin melihat Shaka tengah bersitegang dengan 3 orang yang terlihat menyeramkan. Melihat orang-orang itu mulai menyerang Shaka dan anak itu juga terlihat kewalahan, Justin pun segera berlari untuk menolongnya.

BUG..!!

Justin menendang orang yang tengah berada diatas Shaka hingga jatuh tersungkur. Dua orang lainnya datang membantu tapi Justin masih bisa menangkis setiap serangan mereka. Shaka terpaku melihat bahwa orang yang menolongnya adalah Justin. Adik kelas yang selama ini selalu dia ganggu.

“Hei..!! Apa kamu akan diam saja dan tidak membantuku..??!!” Seru Justin yang mulai kewalahan.

Shaka bergegas berdiri dan membantu Justin. Perkelahian berjalan cukup lama tapi akhirnya Shaka dan Justin berhasil mengalahkan orang-orang itu.

“Dasar lo gila. Ngapain lo dateng nolongin gue..?? Mau cari mati..??!!” Kata Shaka dengan napas masih terengah-engah. Justin menoleh ke arah Shaka lalu menggelengkan kepala.

“Terima kasih kembali.” Kata Justin sambil beranjak meninggalkan Shaka.

“Kenapa lo ga pernah melawan..??” Seru Shaka.

“Apa..??” Tanya Justin kebingungan.

“Selama ini gue, Leo, dan Alex terus gangguin dan nyakitin lo. Kenapa lo ga pernah lawan, padahal lo pasti mampu lawan kita.” Tanya Shaka.

“Karena aku ga suka kekerasan. Aku hanya melawan saat benar-benar diperlukan saja. Bagiku berkelahi cuma nambah masalah.” Jelas Justin.

“Trus kenapa hari ni lo pilih berkelahi..??” Tanya Shaka lagi.

“Aku ga akan tinggal diam kalo ada temenku yang kesulitan.” Jawab Justin sambil tersenyum lalu beranjak pergi.

Shaka tercenung mendengar jawaban Justin. Tidak ada kemarahan ataupun kebencian dalam diri adik kelasnya itu. Dilihatnya punggung Justin yang mulai menjauh. Wajah Shaka memerah dan dia menundukkan kepala. Tiba-tiba dia merasa malu dengan semua perbuatannya selama ini.

Keesokan harinya di sekolah, Justin memilih tidur di mejanya saat jam istirahat pertama. Kegiatan semalam benar-benar melelahkan dan mereka baru sampai apartment jam 11.30 malam. Itu pun setelah semua bagian group nya selesai mereka langsung pulang meski acara masih berlangsung.

Justin membuka mata karena merasa ada yang memperhatikannya. Saat mengangkat kepalanya Shaka, Leo, dan Alex sudah duduk di depannya.

“Ada apa..??” Tanya Justin dengan tatapan waspada. Dia berpikir apa kali ini dia akan diganggu lagi oleh ketiga anak itu.

“Lo ga usah kawatir. Kita kesini bukan buat sakitin lo.” Kata Shaka. Justin memandang wajah Shaka yang masih memar dengan bertanya-tanya.

“Trus..??”

“Kita cuma mo minta maaf sama lo dan berharap lo mau temenan sama kita.” Sambung Alex karena dilihatnya Shaka tidak menjawab pertanyaan Justin.

“Ooooh.. Tapi bukannya selama ini kita memang temen..?? Walopun kalian masuk kategori temen usil yang suka ganggu.” Sahut Justin yang disahut tawa ketiga orang itu.

“Kalo gitu lo maafin kita..??” Tanya Shaka ragu.

“Iya.. udah lama kalian aku maafin. Ya udah sana, aku mau tidur lagi.” Kata Justin sambil kembali memejamkan matanya.

“Dasar tukang tidur.” Gerutu Leo lalu mengikuti Shaka dan Alex yang meninggalkan ruang kelas Justin. Tanpa mereka tahu, diam-diam Justin tersenyum senang.