Chapter Noda Darah

Pagi hari Ira sudah tiba di sekolah bersamaan dengan Ruli masuk ke dalam kelas yang berbeda . Ira sangat senang melihat Ruli meskipun tidak berbalas ia hanya diam saja tanpa memberi tahu .

Ira sangat tertutup kalau soal perasaan ia tidak berani mengungkapkan . Biarlah semua berjalan apa adanya jika suatu saat nanti berjodoh atau tidak hanya Allah yang tahu .

Waktu terus berjalan dan hari ini ia sedang mengikuti ujian semester akhir dengan perasaan antara senang dan sedih ketika menjalankan ujian kelulusan . Senang karena akan segera selesai masa sekolah dasar dan sedih berpisah dengan teman dan guru .

Saat sedang istirahat Ira merasakan sesuatu di area sensitifnya segera pergi ke toilet , ketika ia melihat tanda merah ia sangat terkejut rasanya ingin pingsan . Ira bingung harus bagaimana dan apa yang harus dilakukannya .

Seorang teman melihat Ira kebingungan berdiri di depan pintu toilet mendekatinya . "Kamu kenapa ,Ra ?' tanya Heni penasaran .

Ira menoleh bingung harus menjawab bagaimana ." Eh anu ,itu em , aku keluar darah ," bisik Ira merasa malu sambil menoleh ke kanan dan ke kiri takut ada yang mendengar .

Heni merasa aneh dengan jawaban Ira , ia berpikir sejenak mencerna jawaban tadi sontak membuatnya terkejut lalu menarik Ira ke dalam toilet .

"Kamu haid ya ," tebak Heni merasa yakin kalau Ira haid . Sedangkan Ira tidak paham apa itu Haid . "Maksudmu apa tadi ... Haid , apa itu ?" tanya Ira penasaran .

"Haid itu darah yang keluar dari area anu itu ," jawab Heni menyebut area sensitif perempuan dengan anu karena menurutnya terlalu vulgar . Ira terkejut sambil menutup mulutnya .

"Terus aku harus pakai apa ini takutnya merembes ke kaki kan malu kalau ketahuan orang ?" tanya Ira yang polos belum tahu soal Haid .

"Tunggu di sini ," kata Heni kemudian meninggalkan Ira di toilet .

Heni kembali masuk ke dalam toilet ternyata Ira masih di dalam dengan wajah pucat . "Kamu butuh ini cepat pakai mumpung masih sedikit ," perintah Heni memberikan pembalut kepada Ira .

Ira mengernyitkan dahi melihat barang bergambar perempuan lalu membukanya dengan cara bolak balik karena tidak tahu cara memakainya , hal itu membuat Heni jengah melihat tingkah Ira yang benar-benar polos .

"Malah dilihatin doang , begini cara memakainya ," Heni menunjukkan cara memakainya kemudian Ira mempraktekan dan memakainya . Ira tertawa lucu karena merasa aneh di area sensitifnya sambil menggoyangkan tubuhnya geli .

“Kenapa senyum-senyum?" tanya Heni menggelengkan kepala .

"Geli ,Hen . Baru kali ini aku memakai barang seperti ini , aneh sekali rasanya ," Ira tertawa geli merasakan kulitnya , tiba-tiba sesuatu keluar dari area sensitifnya yang terasa hangat membuatnya terdiam seketika upss .

Heni sudah keluar dari toilet berjalan agak jauh dari Ira , ia menoleh ke belakang ternyata Ira tertinggal jauh dan melihat Ira sedang berdiri diam saja seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan .

"Apa lagi ?" tanya Heni membuat Ira berjalan pelan-pelan karena takut jatuh itunya . Heni tertawa terpingkal-pingkal melihat cara Ira berjalan sangat aneh . Ira kesal ditertawakan Heni mencubit lengan Heni agak keras . Heni menjerit kesakitan karena cubitan Ira .

“Aduh sakit ,Ra . Kamu kalau nyubit sakit sekali ," Heni menghentikan tawanya sambil mengusap lengannya yang sakit akibat ulah Ira .

“Salah sendiri orang sedang sakit malah diketawain ,“ umpat Ira berjalan masuk kelas dan duduk dengan tidak nyaman karena merasa mengganjal .

Waktu jam terakhir ia tidak konsentrasi saat mengisi lembar jawaban karena kepikiran dengan tanda merah itu . Kepalanya terasa pusing dan perutnya sakit melilit .

Bel berbunyi tanda waktu selesai ujian hari ini semua siswa keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Ira pulang bersama Heni dengan berjalan kaki . " Bagaimana soal ujian tadi bisa jawab gak ?" tanya Heni .

"Bisa tapi entah jawabannya benar atau tidak ," keduanya tertawa mendengar jawaban Ira .

"Dasar sableng ," umpat Heni setelah reda tawanya . "Begitu kan kalau menjawab soal ujian yang penting di jawab daripada tidak sama sekali ," sahut Ira , keduanya kembali tertawa .

"Benar kamu memang benar kita lihat saja nanti hasil akhir nilai ujiannya seperti apa ," kata Heni kembali tertawa mendengar jawaban Ira yang lucu .

Mereka berpisah di pertigaan , rumah Ira menuju gang utama sedangkan Heni agak maju sedikit rumahnya ada di gang ke dua sebelah kanan .

Sampai di rumah Ira langsung masuk ke dalam kamar sesaat ia bingung dengan kondisinya saat ini , beruntung ibunya belum berangkat bekerja sedang mempersiapkan tas kerjanya , berjalan keluar dari kamar melihat Ira berjalan sangat aneh ,

Haryati merasa curiga dengan anak bungsunya mengikuti sampai ke dalam kamar . “Ira ,“ panggil Ibunya . Ira yang akan masuk ke kamar mandi menoleh ke arah pintu .

"Ada apa ,Bu ?" tanya Ira . “Kamu kenapa jalannya begitu apanya yang sakit ?" tanya Haryati penasaran .

Ira merasa malu dengan pertanyaan ibunya ia pun tidak bisa menyembunyikannya lagi karena ini urusan perempuan jadi ibunya pasti tahu dan paham .“Aku haid ," jawab Ira dengan berbisik takut ketahuan .

Haryati terkejut mendengar putri bungsunya haid terdiam sesaat lalu tersenyum penuh arti . "Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan tubuhmu dan sering mencuci bagian sensitif mu dengan bersih jangan sampai darah keluar dan mengotori tempat dan pakaian lainnya karena najis ," Haryati memberi nasehat kepada Ira .

Sekarang Ira baru paham apa itu Haid . "Ibu aku butuh pembalut biat itu ," kata Ira bingung mau menyebut barang untuk tempat darah haid .

"Kamu mandi dulu ,biar ibu belikan pembalut ," Haryati pergi ke warung membeli pembalut sementara Ira mandi .

Setelah selesai mandi ia segera memakai pakaian dan memasang pembalut pada celana dalam . Ia merasa lebih baik dan nyaman tidak seperti pertama kali memakai .

Ira keluar dari kamar melihat kakak laki-lakinya sedang duduk di depan televisi sambil merokok dan ngopi . Yaman melihat Ira merasa ada yang aneh , sampai tidak berkedip .

"Aku perhatikan ternyata aku punya adik yang sangat cantik ," gumam Yaman melirik sekilas lalu kembali menonton televisi . Ira berjalan ke ruang makan , ia mengambil nasi dan sayur di piring lalu memakannya dengan lahap .

"Kamu makan sama apa ,Ra ?" tanya Mulyadi kakak lelakinya yang baru pulang dari bekerja .

"Ini sama sayur daun singkong ," jawab Ira kemudian memasukkan makannya ke dalam mulut .

Mulyadi duduk di depan Ira mengambil nasi dan lauk di piring lalu memakannya . Haryati ikut bergabung dengan mereka hanya Yaman yang tidak ikut makan .

"Man , sini makan bersama kami ," Haryati memanggil Yaman yang sedang menonton televisi . "Nanti ,Bu makannya soalnya masih kenyang ," jawab Yaman dengan suara agak keras . Mulyadi melirik memperhatikan Ira .

Episodes
1 Chapter Rumah Sederhana
2 Chapter Pertama Kali Ikut Lomba
3 Chapter Teman Jahil
4 Chapter Belajar Kelompok
5 Chapter Noda Darah
6 Chapter Hasil Nilai Akhir
7 Chapter Putih Biru
8 Chapter Minder
9 Chapter Puber
10 Chapter Ungkapan Isi Hati
11 Chapter Suasana Hati
12 Chapter Latihan Jelang Pentas Seni
13 Chapter Latihan Di Rumah Teman
14 Chapter Puncak Acara
15 Chapter Kabar Mengejutkan
16 Chapter Sikap Ira
17 Chapter Terlambat Daftar
18 Chapter Bad Mood
19 Chapter Kemah
20 Chapter Malam Terakhir
21 Chapter Pulang
22 Chapter Teman Ngobrol
23 Chapter Mendapat Perhatian
24 Chapter Sebatas Bercanda
25 Chapter Hukuman
26 Chapter Meminta Hak
27 Chapter Kata Bijak
28 Chapter Diam Lebih Baik
29 Chapter Cemburu
30 Chapter Teguran
31 Chapter Galau
32 Chapter Tes Semester
33 Chapter Pengambilan Raport
34 Chapter Bingung
35 Chapter Ajaran Baru Di Akhir Tahun
36 Chapter Suasana Baru Dan Teman Baru
37 Chapter Mengungkapkan Perasaan
38 Chapter Awal Sebuah Hubungan
39 Chapter Melepaskan Dengan Hati Ikhlas
40 Chapter Ujian Akhir
41 Chapter Lulus
42 Chapter Pertama Kali Bekerja
43 Chapter Ujian Di Tempat Kerja
44 Chapter Kondisi Dan Situasi
45 Chapter Perselisihan
46 Chapter Sakit Hati
47 Chapter Sombong
48 Chapter Roaling
49 Chapter Perkenalan
50 Chapter Hal Yang Mengejutkan
51 Chapter Pendekatan
52 Chapter Rencana Tinggal Di Depan Mata
53 Chapter Mengulang Memori
54 Chapter Sebuah Permintaan Sebelum Pergi
55 Chapter Seperti Mimpi
56 Chapter Waktu Berdua
57 Chapter Tamu Istimewa
58 Chapter Weekend
59 Chapter Suasana Romantis
60 Chapter Menginap Semalam
61 Chapter Tugas Dadakan
62 Chapter Pengkhianat
63 Chapter Ruang Penyiksaan
64 Chapter Perhatian
65 Chapter Warung Makan
66 Chapter Bertemu Dengan Keluarga
67 Chapter Hadiah Dari Ibu
68 Chapter Bukti
69 Chapter Hari Bahagia
70 Chapter Kejutan Di Hari Pernikahan
71 Chapter Ada Maksud Tersembunyi
72 Chapter Ancaman Jadi Petaka
73 Chapter Kendala Dalam Perjalanan
74 Chapter Pengganggu
75 Chapter Bertindak Tegas
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Chapter Rumah Sederhana
2
Chapter Pertama Kali Ikut Lomba
3
Chapter Teman Jahil
4
Chapter Belajar Kelompok
5
Chapter Noda Darah
6
Chapter Hasil Nilai Akhir
7
Chapter Putih Biru
8
Chapter Minder
9
Chapter Puber
10
Chapter Ungkapan Isi Hati
11
Chapter Suasana Hati
12
Chapter Latihan Jelang Pentas Seni
13
Chapter Latihan Di Rumah Teman
14
Chapter Puncak Acara
15
Chapter Kabar Mengejutkan
16
Chapter Sikap Ira
17
Chapter Terlambat Daftar
18
Chapter Bad Mood
19
Chapter Kemah
20
Chapter Malam Terakhir
21
Chapter Pulang
22
Chapter Teman Ngobrol
23
Chapter Mendapat Perhatian
24
Chapter Sebatas Bercanda
25
Chapter Hukuman
26
Chapter Meminta Hak
27
Chapter Kata Bijak
28
Chapter Diam Lebih Baik
29
Chapter Cemburu
30
Chapter Teguran
31
Chapter Galau
32
Chapter Tes Semester
33
Chapter Pengambilan Raport
34
Chapter Bingung
35
Chapter Ajaran Baru Di Akhir Tahun
36
Chapter Suasana Baru Dan Teman Baru
37
Chapter Mengungkapkan Perasaan
38
Chapter Awal Sebuah Hubungan
39
Chapter Melepaskan Dengan Hati Ikhlas
40
Chapter Ujian Akhir
41
Chapter Lulus
42
Chapter Pertama Kali Bekerja
43
Chapter Ujian Di Tempat Kerja
44
Chapter Kondisi Dan Situasi
45
Chapter Perselisihan
46
Chapter Sakit Hati
47
Chapter Sombong
48
Chapter Roaling
49
Chapter Perkenalan
50
Chapter Hal Yang Mengejutkan
51
Chapter Pendekatan
52
Chapter Rencana Tinggal Di Depan Mata
53
Chapter Mengulang Memori
54
Chapter Sebuah Permintaan Sebelum Pergi
55
Chapter Seperti Mimpi
56
Chapter Waktu Berdua
57
Chapter Tamu Istimewa
58
Chapter Weekend
59
Chapter Suasana Romantis
60
Chapter Menginap Semalam
61
Chapter Tugas Dadakan
62
Chapter Pengkhianat
63
Chapter Ruang Penyiksaan
64
Chapter Perhatian
65
Chapter Warung Makan
66
Chapter Bertemu Dengan Keluarga
67
Chapter Hadiah Dari Ibu
68
Chapter Bukti
69
Chapter Hari Bahagia
70
Chapter Kejutan Di Hari Pernikahan
71
Chapter Ada Maksud Tersembunyi
72
Chapter Ancaman Jadi Petaka
73
Chapter Kendala Dalam Perjalanan
74
Chapter Pengganggu
75
Chapter Bertindak Tegas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!