5. Ratu Sejagad Bintang

“Namun, apa kegunaan Permata Telaga Bintang itu, Guru?” tanya Titir Priya bernada lembut kepada Sambar Bintang.

“Aku yakin putri kalian ini sudah menjadi manusia abadi. Namun, aku tidak mengetahui segala pengetahuan. Mungkin saja ada hal tidak aku ketahui yang membatalkan pengetahuanku. Jadi, Permata Telaga Bintang ini bertujuan sebagai penguat,” jelas Sambar Bintang tanpa rincian, tidak seperti daftar belanjaan emak-emak.

Kakek berpakaian serba hijau tua itu lalu maju dan berhenti hanya sejangkauan tangan dari Ani Saraswani yang masih berlutut.

Tanpa berkata-kata lagi, Sambar Bintang lalu menempelkan permata biru di tangannya ke tengah-tengah dahi putih bersih Ani Saraswani. Gadis cantik jelita itu hanya diam, seolah-olah pasrah dengan mata tetap terbuka.

Posisi itu tiba-tiba membuat Ani Saraswani teringat satu wajah lelaki tampan berbibir merah. Wajah yang pernah menikmati bibir dan wajah cantiknya di malam pertama pernikahannya. Gambar adegan itu, bahkan rasanya, sangat teringat di mata benak Ani. Meski demikian, wajahnya tetap dingin sebeku patung es.

Cass!

Ingatan itu seketika buyar saat jari Sambar Bintang menekan Permata Telaga Bintang agar lebih melekat di dahi Ani Saraswani. Tekanan itu membuat sepasang mata si gadis menyala biru, tapi hanya sejenak. Persis seperti kendaraan modern yang menyala ketika kuncinya dipasang.

Meski Permata Telaga Bintang sempat bersinar lebih terang dan sepasang matanya menyala biru, tetapi Ani tidak merasakan sakit atau hawa apa pun. Seperti minum teh tawar, rasanya tidak semanis warnanya.

Akhirnya sinar pada liontin dan mata Ani padam. Permata Telaga Bintang sudah tidak bersinar lagi, tapi keberadaan permata itu kian mempercantik ratu yang sudah mati itu. Namun, ada yang berbeda dengan sepasang mata gadis itu.

Kini sepasang mata itu terkesan lebih menarik karena pupilnya berubah warna menjadi biru muda. Warna hitamnya hanya setitik di tengah. Ani tidak tahu itu.

“Apakah sekarang pandanganmu normal, Ani?” tanya Sambar Bintang pelan kepada si gadis. Dia tidak perlu bicara keras karena Ani hanya sejangkauan di depannya.

Terkesiap sepasang mata biru indah itu seusai mendengar pertanyaan si kakek. Pasalnya, Ani Saraswani melihat dua pemandangan. Satu pemandangan nyata yang ada di depannya, yang satu lagi pemandangan yang samar seperti bayangan hologram.

“Aku melihat pemandangan lain yang tidak senyata tempat ini. Ada dua makhluk besar bukan manusia dan bukan binatang,” jawab Ani Saraswani.

“Pemandangan lain yang kau lihat adalah Telaga Bintang. Dua makhluk itu adalah dua Raja Bintang yang aku penjarakan di dalam Telaga Bintang. Dia sudah menjadi budak. Nanti kau akan bisa memperjelas pandanganmu dan bisa berbicara dengan mereka. Dengan Permata Telaga Bintang ini, kau akan bisa memenjarakan makhluk siluman atau jin dan sejenisnya. Jika mereka sudah terpenjara, maka mereka akan menjadi budakmu. Aku tidak perlu mengajarimu caranya, nanti kau akan mengetahui sendiri dan menguasai cara mainnya,” jelas Sambar Bintang agak panjang.

“Terima kasih, Guru,” ucap Ani.

Galang Digdaya yang sudah kehilangan ketajaman pendengarannya, tidak mampu mendengar jelas apa yang dibicarakan oleh guru dan putrinya.

“Karena kau sudah aku anugerahi Permata Telaga Bintang, maka kau aku anugerahi gelar Ratu Sejagad Bintang!” seru Sambar Bintang dengan suara kencang, terkesan dia memang sengaja agar semua orang yang berada di tempat terpencil itu mendengar. Lalu katanya lagi, “Gelar keratuanmu kelak akan membuatmu kembali menjadi seorang ratu yang jauh lebih berkuasa. Kau akan menjadi wanita yang tidak terkalahkan. Aku jamin itu. Jika ternyata aku salah, aku akan berhenti menjadi lelaki muda.”

“Sumpah apa itu, Guru?” celetuk Galang Digdaya sewot.

“Hahahak…!” tawa terbahak Sambar Bintang.

Sementara di posisi yang jauh, Surina dan kelompok pengawalnya sudah tertawa lebih dulu, tetapi tidak pakai speaker karena khawatir tawa mereka justru membuat sang guru tersinggung. Faktanya justru kakek bungkuk itu tertawa jauh lebih heboh.

Nyai Bale dan Cira Keling hanya tersenyum melihat si kakek tertawa.

“Sudah selesai. Sekarang pergilah, kerjakan apa yang kalian mau!” teriak Sambar Bintang sambil berbalik meninggalkan Ani Saraswani.

Si kakek lalu melakukan gerakan tangan seperti menggenggam sesuatu di udara tanpa terlihat ada sesuatu yang digenggam.

Prak prak prak…!

Kecuali Sambar Bintang, semuanya dikejutkan oleh suara pecah sesuatu yang banyak sekali. Seperti suara petasan pengantin sunat, tapi bukan pengantin yang disunat.

Mereka kompak menengok dengan ekspresi wajah terkesiap setelah melihat apa yang meledak dan insiden apa yang berlaku. Terlebih-lebih Cira Keling yang doyan kepeng.

Di kediaman Sambar Bintang ada lima pohon randu yang tinggi. Dua pohon terbesar dan tertinggi dianggap sebagai bapak dan ibu, sementara tiga pohon lainnya dianggap anaknya.

Uniknya, semua pohon memiliki banyak batok kelapa utuh yang menggantung menggunakan benang. Nah, kelapa-kelapa itulah yang berledakan tanpa terlihat ada yang meledakkannya. Muncullah ratusan kepeng yang tersimpan di dalam para batok kelapa.

Saking banyaknya koin-koin kepeng emas dan perak yang berjatuhan, sampai-sampai area rumput di bawah kelima pohon randu tersebut dipenuhi oleh tumpukan koin emas dan perak.

Sekedar info, itu adalah harta simpanan Kerajaan Pasir Langit yang hanya diketahui oleh Galang Digdaya selaku mantan raja kerajaan tersebut. Harta itu disimpan secara rahasia. Selain Galang Digdaya dan Sambar Bintang, hanya beberapa prajurit khusus yang tahu tentang harta rahasia tersebut. Rencananya, Galang Digdaya akan menggunakan harta tersebut sebagai modal untuk membangun kekuatan dan merebut kembali kerajaannya.

“Surina, kumpulkan semua kepeng itu!” perintah Galang Digdaya.

“Baik, Gusti!” sahut Surina patuh.

Wanita berusia kepala tiga itu lalu mengajak rekan-rekannya untuk bekerja mengumpulkan kepeng-kepeng emas yang berserak. Pastinya itu pekerjaan yang menyenangkan.

“Mohon maaf, Gusti,” ucap Cira Keling seraya menjura hormat dari tempatnya. Dia sangat gemas ingin menyentuh kepeng emas sebanyak itu. “Itu sangat banyak, apakah aku tidak diperkenankan untuk membantu?”

“Tidak. Kau hanya akan menyentuh kepengmu sendiri setiap puncak purnama,” jawab Galang Digdaya yang membuat Cira Keling menarik kedua sudut bibirnya tanda kecewa.

Di saat para pengawal perempuan sedang mengumpulkan harta tersebut, Sambar Bintang melakukan rapat khusus dengan Galang Digdaya, Titir Priya dan Ani Saraswani.

Meski meyakini tidak akan ada manusia lain yang mengancam di wilayah yang diangkeri tersebut, Nyai Bale dan Cira Keling tetap ditugaskan untuk berjaga.

“Kesaktian Ani sudah mumpuni untuk bisa membalas dan merebut kembali Pasir Langit. Lebih baik Ani menyerang langsung ke Ibu Kota,” kata Galang Digdaya merujuk pada ibu kota Kerajaan Pasir Langit.

“Tapi kesaktian Ani masih sangat baru. Apakah tidak berbahaya jika terburu-buru?” kata Titir Priya.

“Setidaknya Ani harus memiliki satu pasukan. Lihatlah, kalian semua wanita. Kau tidak usah ikut-ikutan mengikuti putrimu, Galang. Kau tinggal di sini saja. Mungkin masih ada cara untuk memberimu kesaktian,” kata Sambar Bintang.

“Baik, Guru,” ucap Galang Digdaya patuh. Lalu katanya, “Kau bisa mengambil pasukan perbatasan, Ani.”

“Baik, Ayahanda,” ucap Ani Saraswani yang kini telah memakai pakaian warna kuning yang lebih tertutup.

“Jadikan Nyai Bale sebagai orang kepercayaanmu,” kata Sambar Bintang menyarankan.

“Baik, Guru,” ucap Ani lagi.

“Kau telah dinobatkan sebagai Ratu Sejagad Bintang. Kau harus mengubah penampilanmu agar lebih layak dan lebih berwibawa di mata semua pihak,” kata Titir Priya.

“Benar itu. Jangan seperti ayahmu. Hahahak…!” kata Sambar Bintang lalu tertawa terbahak sendiri.

Galang Digdaya hanya menarik kedua sudut bibirnya dengan pandangan malas kepada gurunya.

“Lebih baik kita pergi dulu ke Perguruan Tunas Mahkota untuk mencari tahu keberadaan Tirta Gambang,” usul Titir Priya, menyebut nama putranya yang menghilang saat terjadi perang di Kerajaan Pasir Langit.

“Tidak usah mengurusi anak itu lagi,” tolak Galang Digdaya.

“Bagaimanapun Tirta adalah anak yang aku lahirkan, Kakang Prabu,” kata Titir Priya dengan nada agak meninggi. “Aku akan pergi sendiri ke Perguruan Tunas Mahkota untuk mencari Tirta.”

“Terserah kau!” kata Galang Digdaya dengan wajah merajuk.

“Sayang sekali di sini tidak ada kamar untuk menyelesaikan masalah suami istri. Hehehe!” celetuk Sambar Bintang yang direaksi oleh Titir Priya dengan senyuman kecut. (RH)

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf_Yuli a

❤️⃟Wᵃf_Yuli a

punya mata biru yang indah ya...??? jaman sekarang juga banyak om yang punya mata biru, hijau ,ungu... gonta-ganti sesuka hati juga bisa aja...🤣🤣🤣🤭

2025-08-12

6

👣Sandaria🦋

👣Sandaria🦋

maksudnya Ani teringat ngemut lolipop Joko gitu, Om?🤔 awas Om menyangkal!🤣

2025-08-12

6

👣Sandaria🦋

👣Sandaria🦋

gass lah, Om! kasih debut duel dengan Yuo Kai. gak boleh gak spektakuler ya, Om?!😆

2025-08-12

4

lihat semua
Episodes
1 1. Pendekar dan Lima Abdi
2 2. Kencang di Celana
3 3. Mendadak Sakti
4 4. Permata Telaga Bintang
5 5. Ratu Sejagad Bintang
6 6. Nyai Gusti
7 7. Teror Dalam Hutan
8 8. Ratu Bidadari Hutan
9 9. Pasukan Istana Datang
10 10. Tiga Pendekar Sanggana
11 11. Titah dari Ratu
12 12. Panah Surya
13 13. Pasukan Terbang
14 14. Giliran Pendekar
15 15. Rahasia Pengawal
16 16. Bayangan Putih
17 17. Pengakuan Si Pembunuh
18 18. Keroyok Kentang Kebo
19 19. Menjerat Kentang Kebo
20 20. Kesaktian Mahasakti
21 21. Angin Bangkai
22 22. Tantangan untuk Kentang
23 23. Nasib Tiga Abdi
24 24. Kentang Tantang Permaisuri
25 25. Sabda Batin Dewa Gagal
26 26. Bertarung Hancur-hancuran
27 27. Pesan Dari Permaisuri
28 28. Utusan Kedua
29 29. Kelompok Manusia Atas
30 30. Penyergapan di Celah Asmara
31 31. Pertarungan Nyai Bale
32 32. Elang Pingit Mengabdi
33 33. Budak Pingit Mengejar
34 34. Perbatasan Dua Kerajaan
35 35. Panglima Injek Roso
36 36. Santun Glegar
37 37. Lubang Kehidupan
38 38. Pasukan Perbatasan Tunduk
39 39. Santun Glegar Pulang
40 40. Raja Bintang Bicara
41 41. Nenek Liang Sesat
42 42. Memanggil Pasukan Air
43 43. Santun Jadi Sakti
44 44. Ani Versus Santun
45 45. Kisah Nawang Wina
46 46. Kesaktian Permata Telaga Bintang
47 47. Penjara Telaga Bintang
48 48. Pesan untuk Adipati
49 49. Hidup Lagi
50 50. Penyergapan di Tiga Batu
51 51. Ratu Negeri Jang
52 52. Adipati Tunduk
53 53. Ratu Abadi
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Pendekar dan Lima Abdi
2
2. Kencang di Celana
3
3. Mendadak Sakti
4
4. Permata Telaga Bintang
5
5. Ratu Sejagad Bintang
6
6. Nyai Gusti
7
7. Teror Dalam Hutan
8
8. Ratu Bidadari Hutan
9
9. Pasukan Istana Datang
10
10. Tiga Pendekar Sanggana
11
11. Titah dari Ratu
12
12. Panah Surya
13
13. Pasukan Terbang
14
14. Giliran Pendekar
15
15. Rahasia Pengawal
16
16. Bayangan Putih
17
17. Pengakuan Si Pembunuh
18
18. Keroyok Kentang Kebo
19
19. Menjerat Kentang Kebo
20
20. Kesaktian Mahasakti
21
21. Angin Bangkai
22
22. Tantangan untuk Kentang
23
23. Nasib Tiga Abdi
24
24. Kentang Tantang Permaisuri
25
25. Sabda Batin Dewa Gagal
26
26. Bertarung Hancur-hancuran
27
27. Pesan Dari Permaisuri
28
28. Utusan Kedua
29
29. Kelompok Manusia Atas
30
30. Penyergapan di Celah Asmara
31
31. Pertarungan Nyai Bale
32
32. Elang Pingit Mengabdi
33
33. Budak Pingit Mengejar
34
34. Perbatasan Dua Kerajaan
35
35. Panglima Injek Roso
36
36. Santun Glegar
37
37. Lubang Kehidupan
38
38. Pasukan Perbatasan Tunduk
39
39. Santun Glegar Pulang
40
40. Raja Bintang Bicara
41
41. Nenek Liang Sesat
42
42. Memanggil Pasukan Air
43
43. Santun Jadi Sakti
44
44. Ani Versus Santun
45
45. Kisah Nawang Wina
46
46. Kesaktian Permata Telaga Bintang
47
47. Penjara Telaga Bintang
48
48. Pesan untuk Adipati
49
49. Hidup Lagi
50
50. Penyergapan di Tiga Batu
51
51. Ratu Negeri Jang
52
52. Adipati Tunduk
53
53. Ratu Abadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!