4. Permata Telaga Bintang

Cira Keling. Itu nama seorang gadis aneh. Aneh karena dia memilih menutupi wajahnya dengan cat hitam yang nyaris menghitamkan seluruh kulit wajahnya itu. Kulit wajahnya yang tidak kena cat terlihat sangat cemerlang berada di antara warna hitam.

Gadis pendekar bayaran itu mengenakan pakaian serba hitam. Ada satu pedang menggantung di pinggang kirinya.

Selaku pendekar bayaran, dia mendapat perintah dari guru junjungannya untuk membuktikan kesaktian Ani Saraswani. Katanya, Ani telah menyempurnakan kesaktiannya sebagai manusia dan wanita abadi.

Ani Saraswani kini melayang di atas air dalam posisi berdiri. Tepatnya melayang di udara, tapi kaki putih mulusnya hanya sejarak sejengkal dari permukaan aliran air Sungai Rindu Keramat.

Ani Saraswani adalah seorang wanita muda yang cantik jelita alias cantiknya keterlaluan. Dia punya hidung kecil tapi mancung sempurna dan bibir bawah model belah, meski dagunya tidak belah. Itulah uniknya. Ditambah alis yang panjang dengan ketebalan sedang. Giwang permata birunya berkilau ketika mendapat bias yang tepat dari matahari siang. Rambutnya yang panjang lurus, berkibar-kibar tertiup oleh angin alam.

Saat ini, mantan Ratu Kerajaan Pasir Langit itu tampil sangat menggoda. Untung saja, lelaki yang ada di tempat itu hanya ada dua, yaitu ayahnya yang bernama Galang Digdaya dan guru ayahnya yang ternama dengan nama Guru Sambar Bintang, yang usianya sudah tidak layak untuk berlakon mata keranjang.

Ani Saraswani dalam tampilan hanya memakai kemban seatas dada dan sarung yang hanya selutut. Jadi kulit dada atas, bahu, tangan serta sepasang betis yang berwarna bersih dan terang terbuka bebas. Jarang-jarang Ani Saraswani tampil terbuka seperti itu. Di masa hidupnya, dia termasuk seorang wanita yang berpakaian tertutup, meski tidak berhijab. Masa itu, hijab belum jadi tren dan mode.

Sehubungan itu tuntutan untuk kesempurnaan kesaktiannya, tentunya tampilan demikian bukan hal yang perlu dipermasalahkan.

“Kau sudah sempurna sebagai wanita yang sakti mandraguna dan memiliki sifat-sifat abadi!” seru Sambar Bintang kepada Ani beberapa waktu yang lalu.

Ani yang berdiri melayang di atas permukaan air tanpa menginjak air hanya tersenyum setipis kulit kentang.

“Terima kasih, Guru!” ucap Ani Saraswani. Lalu katanya kemudian, “Namun, aku ingin pembuktian, Guru.”

Karena permintaan Ani Saraswani itulah, Cira Keling diwajibkan mengeluarkan kesaktian tertingginya untuk membuktikan kesaktian wanita cantik tersebut. Meski sebenarnya berat karena faktanya Cira Keling hampir tidak pernah mengerahkan kesaktian tertingginya, tetapi kali ini harus karena Sambar Bintang sudah mengancam.

“Aku akan tahu jika kau mengeluarkan kesaktian nomor duamu, Keling,” kata kakek sakti itu sebelumnya.

Maka itu, Cira Keling terpaksa harus mengeluarkan ilmu tertingginya yang bernama Pedang Tanpa Singgah. Jangan tanya kenapa namanya setidak jelas penantian! Pokoknya lihat saja seperti apa cara kerja dan kehebatannya. Apakah ilmu itu mampu melukai dan memberi sakit kepada Ani Saraswani?

Ternyata, untuk mengeluarkan ilmu Pedang Tanpa Singgah, Cira Keling harus menggunakan pedang miliknya yang sangat jarang dia pakai. Saking jarangnya dipakai, pedang itu terkesan hanya untuk gaya-gayaan saja. Wujud pedang pun biasa saja, seperti pedang dari kelompok jenis rakyat biasa.

Zess!

Setelah wajah hitam itu mengecup sisi lebar pedang, sang pedang langsung menyalakan sinar hijau terang tanpa menimbulkan hawa panas atau menjadi sumber angin, ya biasa saja. Namun meski demikian, energi yang dikeluarkan sangat terasa kekuatannya tinggi. Sambar Bintang pun tahu itu.

Cira Keling menatap tajam kepada Ani Saraswani yang melayang dengan tenang tanpa gentar sedikit pun.

Ani yang sudah pernah mati itu sudah tidak takut untuk mati lagi. Secara teori, dia sudah yakin bahwa dirinya tidak akan menderita kematian lagi oleh kesaktian apa pun, tetapi karena kesaktian itu baru saja dia miliki, jadi dia perlu pembuktian.

Zuasss!

Tanpa seruan peringatan lebih dulu, Cira Keling menusukkan pedangnya ke arah posisi Ani Saraswani yang berjarak beberapa tombak. Maka, dari tusukan jarak jauh itu, ada dua sinar berwujud garis panjang yang melesat. Ternyata kedua sinar itu agak lain. Dia tidak melesat lurus, tetapi berbelok zigzag seperti gerakan ular di atas permukaan air sungai.

Gerak serang kedua sinar panjang itu sangat cepat, hanya mata yang keawasannya di atas rata-rata yang mampu menangkap sedikit lebih jelas. Mata yang rabun kerak telor tidak akan mampu melihat jelas pergerakan ujung sinar.

Selain Ani Saraswani sendiri, hanya Sambar Bintang dan Nyai Bale yang bisa melihat wujud dua sinar hijau dengan lebih jelas.

Namun, bagi Galang Digdaya selaku ayah Ani Saraswani, dan Surina selaku pemimpin kelompok pengawal wanita, mereka hanya melihat tahu-tahu dua sinar hijau itu memercik di tubuh Ani Saraswani, seolah-olah tidak ada pergerakan transisi antara pedang Cira Keling kepada target.

Adapun hasilnya, kedua sinar hijau itu lenyap setelah memercik di tubuh Ani Saraswani. Sementara air sungai di bawah kakinya meledak hebat seperti ada bom yang meledak tanpa suara ledakan, kecuali suara air yang pecah.

Ani Saraswani sendiri tidak menderita luka apa pun dan tetap melayang satu jengkal di atas air sungai. Dia baik-baik saja. Posisinya pun tidak bergeser, seolah-olah kesaktian yang menghantam tidak memiliki tenaga. Ilmu Pedang Tanpa Singgah tidak ada artinya bagi raga dan kesaktian Ani Saraswani.

“Apakah kau masih belum puas, Cucu Murid?” tanya Sambar Bintang dari tepian sungai.

“Cukup, Guru,” jawab Ani Saraswani. Setelahnya dia bergerak terbang dengan posisi berdiri untuk mencapai daratan.

Sementara Cira Keling harus mengatur pernapasannya karena banyak tenaga yang dia kuras untuk melepas ilmu Pedang Tanpa Singgah.

“Hebat juga kesaktian pedangmu, Keling,” puji Nyai Bale sembari mendatangi gadis berwajah hitam kelam itu.

Nyai Bale adalah sesosok wanita separuh abad lebih satu tahun. Dia menggelung rambutnya di atas kepala, memperlihatkan leher gemuknya yang putih. Dia mengenakan pakaian warna kuning pisang. Di pinggang kanannya ada sebuah ring besi pipih seukuran piring.

Nyai Bale adalah murid sahabat Sambar Bintang yang dipesan khusus untuk menjadi pengawal pribadi Ani Saraswani. Meski kedudukannya adalah murid sahabat Sambar Bintang, tetapi statusnya adalah pendekar bayaran, sama seperti Cira Keling.

“Tentunya masih jauh di bawah Nyai,” kata Cira Keling merendah hati, karena memang dia lebih muda setengah dari usia si emak-emak.

Mereka berdua menengok melihat kepada Ani Saraswani yang sedang didatangi oleh ayah dan ibunya yang merupakan mantan penguasa Kerajaan Pasir Langit.

Ayahnya Ani Saraswani adalah Galang Digdaya. Sosoknya gagah bertubuh kekar berkulit hitam. Sabuknya cokelat berhias rantai emas dengan kain kebat berwarna cokelat-kuning. Pada kedua pipinya ada tato tiga garis warna putih, sehingga wajahnya mirip wajah singa. Rambutnya yang lebat mengembang seperti surai singa. Namun, dia sudah tidak memiliki tangan kanan.

Galang Digdaya yang berusia separuh abad lebih satu dekade itu, didampingi oleh istrinya yang berusia lebih muda sepuluh tahun. Istrinya yang agak gemukan mengenakan pakaian warna putih dengan rambut disanggul. Istrinya bernama Titir Priya, mantan permaisuri Kerajaan Pasir Langit.

Mantan raja sekaligus murid Sambar Bintang tersebut sudah tidak memiliki kesaktian sama sekali. Itu terjadi setelah Raja Kerajaan Sanggana Kecil mengalahkan Prabu Galang Digdaya dalam pertarungan duel dua raja.

Saat berikutnya, Ani Saraswani sudah dalam posisi berlutut di tanah berumput, di depan Sambar Bintang. Sepertinya sang guru akan melakukan sesuatu kepada gadis yang masih sangat muda tersebut.

Galang Digdaya dan istrinya berdiri tidak jauh dari kedua orang itu. Surina dan kesembilan anak buahnya yang semuanya perempuan, berdiri lebih jauh, tetapi perhatiannya tertuju kepada junjungan mereka dan gurunya.

Dari tempatnya berdiri, Nyai Bale dan Cira Keling juga memerhatikan tanpa obrolan.

Sambar Bintang mengeluarkan satu benda kecil yang kini terjepit oleh jari jempol dan jari telunjuk tangan kanannya.

“Ini namanya Permata Telaga Bintang,” ucap Sambar Bintang memperkenalkan batu indah sebesar biji kuaci yang ada di tangannya.

Ani Saraswani tidak berkomentar dan dia pun tidak mau komentar. Sementara sang ayah selaku murid langsung si kakek bungkuk memendam rasa penasaran. Sebagai murid utama, dia pun tidak pernah tahu tentang benda yang dimunculkan oleh gurunya itu.

“Ini barang sakti. Kau pasti sudah bisa menerkanya, Ani. Namun, kau pasti tidak tahu bahwa aku harus melalui beberapa bintang untuk mendapatkan Permata Telaga Bintang ini. Jangan kau tanya bagaimana caranya aku bisa pergi ke bintang yang sangat kecil di langit. Hehehe!” kata Sambar Bintang lalu terkekeh sendiri.

“Guru, putriku sudah jadi manusia abadi yang tidak akan mati, untuk apa Guru beri benda pusaka lagi? Alangkah sangat bergunanya jika Guru memberikan kepadaku yang sangat butuh kesaktian,” kata Galang Digdaya menyela momentum yang terkesan sakral itu.

Seketika tawa Sambar Bintang terhenti dan dia melirik tajam kepada murid besarnya itu.

“Jika ini aku berikan kepadamu, tubuhmu akan hancur seketika. Kau mau?!” sentak Sambar Bintang setengah membentak.

Galang Digdaya jadi terdiam dengan rona muka yang pahit.

“Namun, apa kegunaan Permata Telaga Bintang itu, Guru?” tanya Titir Priya bernada lebih lembut.

Ekspresi wajah sang guru pun ikut melunak. (RH)

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf_Yuli a

❤️⃟Wᵃf_Yuli a

tau nggak cantiknya mbak Ani Saraswanti ini kayak apa...???

pasti kecantikan mbak Ani saraswani ini seperti apotik yang udah tutup... "nggak ada obat".... ya kn om... ?? 😂😂

2025-08-11

6

❤️⃟Wᵃf_Yuli a

❤️⃟Wᵃf_Yuli a

walah.... om nggak tau ya... kalau laki-laki yang udah punya cucu juga ada yang masih berlakon mata keranjang...???👀👀

2025-08-11

5

❤️⃟Wᵃf_Yuli a

❤️⃟Wᵃf_Yuli a

kalau pedangnya jarang dipakai bisa karatan nggak om..? serius nanya ini. kenapa lah pedangnya dianggurin...???

2025-08-11

4

lihat semua
Episodes
1 1. Pendekar dan Lima Abdi
2 2. Kencang di Celana
3 3. Mendadak Sakti
4 4. Permata Telaga Bintang
5 5. Ratu Sejagad Bintang
6 6. Nyai Gusti
7 7. Teror Dalam Hutan
8 8. Ratu Bidadari Hutan
9 9. Pasukan Istana Datang
10 10. Tiga Pendekar Sanggana
11 11. Titah dari Ratu
12 12. Panah Surya
13 13. Pasukan Terbang
14 14. Giliran Pendekar
15 15. Rahasia Pengawal
16 16. Bayangan Putih
17 17. Pengakuan Si Pembunuh
18 18. Keroyok Kentang Kebo
19 19. Menjerat Kentang Kebo
20 20. Kesaktian Mahasakti
21 21. Angin Bangkai
22 22. Tantangan untuk Kentang
23 23. Nasib Tiga Abdi
24 24. Kentang Tantang Permaisuri
25 25. Sabda Batin Dewa Gagal
26 26. Bertarung Hancur-hancuran
27 27. Pesan Dari Permaisuri
28 28. Utusan Kedua
29 29. Kelompok Manusia Atas
30 30. Penyergapan di Celah Asmara
31 31. Pertarungan Nyai Bale
32 32. Elang Pingit Mengabdi
33 33. Budak Pingit Mengejar
34 34. Perbatasan Dua Kerajaan
35 35. Panglima Injek Roso
36 36. Santun Glegar
37 37. Lubang Kehidupan
38 38. Pasukan Perbatasan Tunduk
39 39. Santun Glegar Pulang
40 40. Raja Bintang Bicara
41 41. Nenek Liang Sesat
42 42. Memanggil Pasukan Air
43 43. Santun Jadi Sakti
44 44. Ani Versus Santun
45 45. Kisah Nawang Wina
46 46. Kesaktian Permata Telaga Bintang
47 47. Penjara Telaga Bintang
48 48. Pesan untuk Adipati
49 49. Hidup Lagi
50 50. Penyergapan di Tiga Batu
51 51. Ratu Negeri Jang
52 52. Adipati Tunduk
53 53. Ratu Abadi
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Pendekar dan Lima Abdi
2
2. Kencang di Celana
3
3. Mendadak Sakti
4
4. Permata Telaga Bintang
5
5. Ratu Sejagad Bintang
6
6. Nyai Gusti
7
7. Teror Dalam Hutan
8
8. Ratu Bidadari Hutan
9
9. Pasukan Istana Datang
10
10. Tiga Pendekar Sanggana
11
11. Titah dari Ratu
12
12. Panah Surya
13
13. Pasukan Terbang
14
14. Giliran Pendekar
15
15. Rahasia Pengawal
16
16. Bayangan Putih
17
17. Pengakuan Si Pembunuh
18
18. Keroyok Kentang Kebo
19
19. Menjerat Kentang Kebo
20
20. Kesaktian Mahasakti
21
21. Angin Bangkai
22
22. Tantangan untuk Kentang
23
23. Nasib Tiga Abdi
24
24. Kentang Tantang Permaisuri
25
25. Sabda Batin Dewa Gagal
26
26. Bertarung Hancur-hancuran
27
27. Pesan Dari Permaisuri
28
28. Utusan Kedua
29
29. Kelompok Manusia Atas
30
30. Penyergapan di Celah Asmara
31
31. Pertarungan Nyai Bale
32
32. Elang Pingit Mengabdi
33
33. Budak Pingit Mengejar
34
34. Perbatasan Dua Kerajaan
35
35. Panglima Injek Roso
36
36. Santun Glegar
37
37. Lubang Kehidupan
38
38. Pasukan Perbatasan Tunduk
39
39. Santun Glegar Pulang
40
40. Raja Bintang Bicara
41
41. Nenek Liang Sesat
42
42. Memanggil Pasukan Air
43
43. Santun Jadi Sakti
44
44. Ani Versus Santun
45
45. Kisah Nawang Wina
46
46. Kesaktian Permata Telaga Bintang
47
47. Penjara Telaga Bintang
48
48. Pesan untuk Adipati
49
49. Hidup Lagi
50
50. Penyergapan di Tiga Batu
51
51. Ratu Negeri Jang
52
52. Adipati Tunduk
53
53. Ratu Abadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!