Bab 3. Jangan Egois, Julian!

“Kenzo tidak mau minum susu dari botol, maunya dari sumbernya langsung ... dan anakmu kembali rewel. Mana Ibu susu yang kamu cari? Sudah dapat? Kalau sudah ... bawa wanita itu ke mansion, sebelum anakmu jatuh sakit lagi.”

Julian menarik napasnya dalam-dalam mendengar suara mama-nya lewat sambungan telepon. Dan, ia sendiri pun baru tiba di kantor setelah beberapa jam menemani Tisya—istrinya yang masih terbaring koma karena mengalami eklampsia saat hamil.

“Mah ... aku juga sedang menunggu kabar dari rumah sakit. Tolong ... bersabar dulu. Nggak mungkin secepat kilat dapat ibu susunya. Ini juga belum ada sehari.”

Di balik telepon Mama Liora berdecak. “Nah, itu kamu tahu. Lalu, mengapa kamu menolak Rumi ... yang jelas-jelas dia menyusui anakmu. Makanya kalau ngomong itu jangan seenak udelmu aja!” sergahnya.

Rumi. Ya ... mungkin ini jalan satu-satunya Julian untuk menerima Rumi terlebih dahulu, apalagi suara tangisan Kenzo pun terdengar memekik di telinganya.

“Kalau kamu benar-benar sayang dengan anakmu. Tekan egomu, Julian. Sebelum kamu menyesalinya.”

Klik! Sambungan telepon dimatikan oleh Mama Liora.

Dilema. Inilah yang dirasakan oleh pria yang begitu perfeksionis dalam segala hal. Ingin semuanya sempurna, tak ada cacat sama sekali.

Julian beranjak dari duduknya, ia melangkah menuju jendela besar. Tatapannya begitu lelah saat memandang panorama di luar sana. Lelah menanti kekasih hati siuman dari tidurnya selama dua minggu ini.

Dengan tarikan napas panjang, nomor kontak Rumi dipencet di ponselnya. Satu kali panggilan tidak terjawab, dua kali pun sama tidak dijawab. Pria itu sudah mengeram, kalau tidak ingat ini untuk kepentingan putranya ia tidak akan mencoba menelepon wanita yang tidak ia kenal.

“Halo, Assalamualaikum,” akhirnya suara Rumi yang lembut terdengar.

“Waalaikumsalam, saya Julian. Satu jam lagi nanti akan ada sopir yang menjemput kamu. Anak saya kembali rewel, dia tidak mau minum susu dari botol. Untuk selanjutnya, kita akan bicara di mansion saya saja.”

“Eh ta-tapi, Pak—“

Belum selesai Rumi bicara panggilan telepon sudah diputus oleh Julian.

“Siapa yang menelepon, Rum?” tanya Bu Ita sembari membawa teh manis untuk putrinya.

Rumi yang terlihat lemas menoleh. “Bapak-bapak yang di rumah sakit itu, Bu. Katanya anaknya nggak mau minum susu dari botol, dan nanti ada sopir mau jemput aku,” jawabnya.

Bu Ita menghela napas. “Masalahmu yang satu saja belum beres. Ibu hanya berharap ... jangan sampai kamu kena sakit mental. Ibu tetap ingin kamu waras ... jangan bersedih seperti ini. Mungkin, dengan kamu mencari kesibukan di luar rumah bisa mengalihkan kesedihanmu. Apalagi saat ibu melihat kamu menyusui anak itu, kamu tersenyum, Rumi,” imbuhnya.

Rumi menunduk sejenak, ia membayangkan saat memangku dan mengasihi Kenzo. Entah mengapa ada rasa tenang menyelimutinya. Seakan-akan ia tidak sedang kehilangan anak dan suaminya.

Kemudian, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamarnya. Kamar yang nyaman, kamar yang memiliki kenangan indah dengan Bisma. Namun, kini, apakah bisa ia pertahankan?

“Bu ... kayaknya aku juga tidak mempertahankan rumah yang dibeli sama Mas Bisma. Mungkin rumah ini dibeli menggunakan uang yang tidak halal.” Suara Rumi bergetar.

Bu Ita mengusap lembut lengan putrinya. “Rum, masih ada rumah Ibu dan Ayah ... kamu bisa tinggal di sana kapan pun kamu mau. Yang terpenting sekarang kamu harus sehat. Sehat luar dalam ... walau Ibu tahu, ini pasti sangat berat untuk Rumi hadapi. Tapi, Rumi tidak sendiri untuk menghadapinya, kamu punya Ibu dan Ayah, tempat kamu berbagi cerita, berbagi keluh kesah. Ada harta pun tidak menjamin hidup kita bahagia.”

Mata Rumi kembali berembun, “Makasih Bu ... makasih sudah selalu menemani Rumi. Kalau nggak ada Ibu, entah bagaimana keadaan Rumi saat ini.” Rumi memeluk erat ibunya dengan isak tangisnya yang kembali terdengar.

Ingat! Menangis bukan karena cengeng, tapi salah satu cara mengeluarkan isi hati yang sudah terlalu berat untuk dihadapi. Bahkan, sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

***

Satu jam kemudian.

Apa yang diucapkan oleh Julian saat ditelepon nyata. Sore itu, mobil mewah keluaran baru terparkir di depan rumah. Bu Ita menyambut sopir yang menjemput Rumi.

“Ibu ... beneran nggak mau temeni Rumi?” Mau bagaimana pun Rumi agak ragu ke rumah orang yang tidak dikenal.

“Ibu harus bantu-bantu kamu packing barang, sembari nunggu ayahmu datang. Lagi pula kamu pergi juga untuk nolong anak kecil. Jadi ... kamu juga jangan khawatir ya.” Dari raut wajah Bu Ita pun terlihat meyakinkan mengizinkan anaknya untuk pergi, demi kesehatan mental anaknya.

“Yang terpenting kamu sudah bawa barang-barang keperluanmu dan obat yang harus kamu minum, ya,” lanjut kata Bu Ita dengan menunjukkan tas kecil yang sudah ia siapkan.

“Ya, Bu ... kalau begitu Rumi berangkat.”

“Hati-hati di jalan.”

Sekitar satu jam lebih menempuh perjalanan, mobil yang membawa Rumi masuk ke kawasan elit yang ada di Jakarta Selatan. Tak lama kemudian, masuk ke dalam gerbang yang begitu tinggi. Rumi cukup tercengang melihat bangunan mewah yang ada di hadapannya.

“Mbak Rumi ... Alhamdulillah, akhirnya kamu berkenan datang. Selamat datang di kediaman kami.” Mama Liora rupanya sudah menunggu di luar lobi bangunan mewah tiga lantai itu.

Rumi tersenyum getir, saat diperlakukan bak tamu kehormatan. “Iya, Bu.” Suara Rumi mendadak canggung.

“Ayo ... mari masuk. Kenzo sejak tadi menangis dan tidak mau minum susu sama sekali.” Wanita paruh baya itu menggiring Rumi masuk ke dalam sangat pelan-pelan, dikarenakan Rumi belum bisa jalan cepat pasca operasi cecar. Dan, suara tangisan Kenzo terdengar.

Julian ternyata sudah lebih dulu tiba, pandangan mereka sempat bertemu saat Rumi berada di ruang utama, tapi sayangnya Rumi langsung memutuskan tatapannya.

“Bu, saya izin mau cuci tangan dulu sebelum pegang dede-nya. Bisa tunjukkan kamar mandinya?”

“Oh ... bisa, kita langsung ke kamar cucu saya saja. Biar kamu juga leluasa.”

“Baik Bu.”

Dengan menggunakan lift, mereka ke lantai dua di mana kamar Kenzo berada. Julian dengan ekspresi masamnya menyusul ke lantai dua.

Dan, beberapa menit kemudian tangisan bayi itu tak terdengar lagi.

“Anak Ibu kenapa menangis, Sayang? Dede lapar ya? Lain kali nangisnya jangan kencang-kencang ya. Nanti ... anak Ibu yang ganteng ini sakit. Kasihan sama Oma dan Papa-nya nanti khawatir,” ucap Rumi begitu lembut sembari mengasihi baby Kenzo.

Jemari baby Kenzo bahkan bergerak menyentuh dada Rumi seakan tak ingin dilepaskan.

Tanpa terasa air mata jatuh di ujung mata Mama Liora. Ia lantas bergerak keluar dari kamar cucunya, dan siapa sangka ada anaknya berdiri di ambang pintu.

“Kamu sudah lihat ‘kan dengan matamu sendiri. Anakmu langsung berhenti menangis dengan wanita itu. Mama tak pernah bohong padamu.”

 Bersambung ... ✍️

Terpopuler

Comments

Inooy

Inooy

lama lama aq banting kamu Juul,,udh jelas2 tuh ibu susu ada d depan mata..kamu sok2an g mo nerima hanya karena Rumi orang miskin, iyaa???

ckckck,,hanya karena kamu horang haya kamu meremehkan dn menghina orang2 yg ada d bawah kamu Juul,,silahkan kamu tunggu tuh kabar dr rumah sakit,,,yg ada anak mu bakalan dehidrasi dn menyusul k rumah sakit!? 😬

2025-08-09

7

Inooy

Inooy

alasan apalgi Jul utk menolak Rumi, jelas keliatan kan ma kamu klo Kenzo udh nyaman ma Rumi..ingat!! bukan kamu yg menentukan Rumi jd ibu susu anak mu,,tp anak mu sendiri yg memilih nya..
klo emg kamu sayang Kenzo kamu bakalan nerima Rumi jd ibu susu nya tanpa terkecuali...tp jika kamu ingin anak kamu sakit, kamu akan mencari ibu susu yg lain..pilihan ada d tangan kamu Jul!!!

2025-08-09

3

Reni

Reni

dasar juljul sok nyari ibu susu emg mudah emang seenak nyari sufor mau nyari yg gimana sih yg sehat yg bersih yg higienis dasar kocak

2025-08-09

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anakku Nangis, Bu
2 Bab 2. Berapa Harganya?
3 Bab 3. Jangan Egois, Julian!
4 Bab 4. Tawaran Jadi Pengasuh
5 Bab 5. Adu Debat
6 Bab 6. Siapa Yang Ajak Ribut?
7 Bab 7. Tamu di Pagi Hari
8 Bab 8. Tuduhan Mama Rissa
9 Bab 9. Pamit Pulang
10 Bab 10. Istri Pembawa Sial
11 Bab 11. Hati Yang Rapuh
12 Bab 12. Kondisi Rumi
13 Bab 13. Kenzo Membutuhkanmu, Rumi
14 Bab 14. Alasan Untuk Bertahan
15 Bab 15. Diam-diam Perhatian
16 Bab 16. Taktik Aulia
17 Bab 17. Peringatan Julian
18 Bab 18. Aulia Diusir
19 Bab 19. Jangan Baper
20 Bab 20. Katanya Jangan Baper, Tapi Masih Perhatian
21 Bab 21. Julian Semakin Menjadi
22 Bab 22. Julian Aneh
23 Bab 23. Rumi Jengah
24 Bab 24. Perjanjian Dari Julian
25 25. Terpaksa Tanda Tangan
26 Bab 26. Mulai Bekerja
27 Bab 27. List Kerjaan Rumi
28 Bab 28. Menyita Asset
29 Bab 29. Masak Bareng
30 Bab 30. Perdana Cicipi Masakan Rumi
31 Bab 31. Sentuhan Yang Tak Disengaja
32 Bab 32. Permohonan Maaf
33 Bab 33. Pagi Yang Dingin
34 Bab 34. Maksud Kedatangan Mertua
35 Bab 35. Menuntut Hak Asuh Baby Kenzo
36 Bab 36. Mama Rissa Nekat
37 Bab 37. Mengalah Bukan Berarti Kalah
38 Bab 38. Rencana Julian
39 Bab 39. Aulia Terkejut
40 Bab 40. Temuan Derry
41 Bab 41. Rahasia Mulai Terkuak
42 Bab 42. Derry Dilema
43 Bab 43. Sandiwara
44 Bab 44. Jangan Bikin Salah Paham
45 Bab 45. Perasaan Julian
46 Bab 46. Ada Apa Dengan Julian?
47 Bab 47. Minta Izin
48 Bab 48. Julian Kesal Sendiri
49 Bab 49. Mereka Lagi!
50 Bab 50. Melindungi Rumi
51 Bab 51. Tisya Siuman
52 Bab 52. Terbongkar
53 Bab 53. Pilih Kemana Dulu?
54 Bab 54. Mana Suami Saya?
55 Bab 55. Julian Posesif
56 Bab 56. Berpura-pura
57 Bab 57. Suster Anes
58 Bab 58. Rumi, Anakmu Masih Hidup
59 Bab 59. Jaga Baik-Baik Kenzo
60 Bab 60. Sebentar Saja, Rumi
61 Bab 61. Biang Kerok Datang
62 Bab 62. Cerita Sama Mama, Julian
63 Bab 63. Lindungi Rumi Dan Anakmu
64 Bab 64. Jangan Pergi, Rumi
65 Bab 65. Tamu Tak Diundang
66 Bab 66. Hati Julian Semakin Hancur
67 Bab 67. Menantu Idaman
68 Bab 68. Mengurus Perceraian
69 Bab 69. Tetaplah Bersamaku Dan Kenzo
70 Bab 70. Hasil Tes DNA
71 Bab 71. Talak Tiga
72 Bab 72. Nasib Mantan Ibu Mertua
73 Bab 73. Hati Yang Lelah
74 Bab 74. Kegelisahan Hati
75 Bab 75. Nasihat Mama Liora
76 Bab 76. Perhatian Kecil Dari Julian
77 Bab 77. Awal Mula Pertemuan
78 Bab 78. Ada Acara Apa?
79 Bab 79. Kenzo, Anak Saya?!
80 Bab 80. Mana Mungkin?
81 Bab 81. Rumi Semakin Syok
82 Bab 82. Penjelasan Julian
83 Bab 83. Kenzo, Anakku
84 Bab 84. Ingin Pulang
85 Bab 85. Tidak Bisa Menahan Kepergiannya
86 Bab 86. Rumah Ini Milikmu, Rumi
87 Bab 87. Perhatian Dan Pemberian Julian
88 Bab 88. Jangan Benci Julian, Rum
89 Bab 89. Membuang Masa Lalu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Anakku Nangis, Bu
2
Bab 2. Berapa Harganya?
3
Bab 3. Jangan Egois, Julian!
4
Bab 4. Tawaran Jadi Pengasuh
5
Bab 5. Adu Debat
6
Bab 6. Siapa Yang Ajak Ribut?
7
Bab 7. Tamu di Pagi Hari
8
Bab 8. Tuduhan Mama Rissa
9
Bab 9. Pamit Pulang
10
Bab 10. Istri Pembawa Sial
11
Bab 11. Hati Yang Rapuh
12
Bab 12. Kondisi Rumi
13
Bab 13. Kenzo Membutuhkanmu, Rumi
14
Bab 14. Alasan Untuk Bertahan
15
Bab 15. Diam-diam Perhatian
16
Bab 16. Taktik Aulia
17
Bab 17. Peringatan Julian
18
Bab 18. Aulia Diusir
19
Bab 19. Jangan Baper
20
Bab 20. Katanya Jangan Baper, Tapi Masih Perhatian
21
Bab 21. Julian Semakin Menjadi
22
Bab 22. Julian Aneh
23
Bab 23. Rumi Jengah
24
Bab 24. Perjanjian Dari Julian
25
25. Terpaksa Tanda Tangan
26
Bab 26. Mulai Bekerja
27
Bab 27. List Kerjaan Rumi
28
Bab 28. Menyita Asset
29
Bab 29. Masak Bareng
30
Bab 30. Perdana Cicipi Masakan Rumi
31
Bab 31. Sentuhan Yang Tak Disengaja
32
Bab 32. Permohonan Maaf
33
Bab 33. Pagi Yang Dingin
34
Bab 34. Maksud Kedatangan Mertua
35
Bab 35. Menuntut Hak Asuh Baby Kenzo
36
Bab 36. Mama Rissa Nekat
37
Bab 37. Mengalah Bukan Berarti Kalah
38
Bab 38. Rencana Julian
39
Bab 39. Aulia Terkejut
40
Bab 40. Temuan Derry
41
Bab 41. Rahasia Mulai Terkuak
42
Bab 42. Derry Dilema
43
Bab 43. Sandiwara
44
Bab 44. Jangan Bikin Salah Paham
45
Bab 45. Perasaan Julian
46
Bab 46. Ada Apa Dengan Julian?
47
Bab 47. Minta Izin
48
Bab 48. Julian Kesal Sendiri
49
Bab 49. Mereka Lagi!
50
Bab 50. Melindungi Rumi
51
Bab 51. Tisya Siuman
52
Bab 52. Terbongkar
53
Bab 53. Pilih Kemana Dulu?
54
Bab 54. Mana Suami Saya?
55
Bab 55. Julian Posesif
56
Bab 56. Berpura-pura
57
Bab 57. Suster Anes
58
Bab 58. Rumi, Anakmu Masih Hidup
59
Bab 59. Jaga Baik-Baik Kenzo
60
Bab 60. Sebentar Saja, Rumi
61
Bab 61. Biang Kerok Datang
62
Bab 62. Cerita Sama Mama, Julian
63
Bab 63. Lindungi Rumi Dan Anakmu
64
Bab 64. Jangan Pergi, Rumi
65
Bab 65. Tamu Tak Diundang
66
Bab 66. Hati Julian Semakin Hancur
67
Bab 67. Menantu Idaman
68
Bab 68. Mengurus Perceraian
69
Bab 69. Tetaplah Bersamaku Dan Kenzo
70
Bab 70. Hasil Tes DNA
71
Bab 71. Talak Tiga
72
Bab 72. Nasib Mantan Ibu Mertua
73
Bab 73. Hati Yang Lelah
74
Bab 74. Kegelisahan Hati
75
Bab 75. Nasihat Mama Liora
76
Bab 76. Perhatian Kecil Dari Julian
77
Bab 77. Awal Mula Pertemuan
78
Bab 78. Ada Acara Apa?
79
Bab 79. Kenzo, Anak Saya?!
80
Bab 80. Mana Mungkin?
81
Bab 81. Rumi Semakin Syok
82
Bab 82. Penjelasan Julian
83
Bab 83. Kenzo, Anakku
84
Bab 84. Ingin Pulang
85
Bab 85. Tidak Bisa Menahan Kepergiannya
86
Bab 86. Rumah Ini Milikmu, Rumi
87
Bab 87. Perhatian Dan Pemberian Julian
88
Bab 88. Jangan Benci Julian, Rum
89
Bab 89. Membuang Masa Lalu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!