Kesal

Kiky berjalan keluar dari teras. Ia melihat rumah-rumah warga mulai sepi. Waktu masih memperlihatkan pukul sembilan belas malam, tapi tak.ada satupun pintu yang terbuka.

Gadis bernama lengkap Nur Fadhilah Rezeki itu berjalan menyusuri halaman, ia menuju tepi sungai. Sepertinya ia penasaran dengan seseorang yang sedang mengayuh sampan dimalam hari, bahkan tanpa penerangan.

Tak berselang lama, Yudi dan Emy datang dari arah barat, dengan mengendarai sepeda motor dan berboncengan.

Sekarung beras dengan betat tiga puluh kilo berada dibagian depan, sedangkan Emy memangku kantong kresek berukuran sangat besar yang berisi sayuran dan lainnya.

Mereka mengumpulkan uang secara patungan, untuk malan mereka, sebab tidak ada yang berjualan makanan, kecuali dipusat desa, dengan jarak tujuh kilometer.

"Mau kemana,Ki?" tanya Emy, karena melihat gadis itu berjalan sendirian ketepian sungai.

"Mau pipis, jawabnya berbohong,"

Motor berhenti didepan teras rumah, ada bilah-bila papan diletakkan disepanjang halaman, untuk menghindari tanah becek.

"Jangan lama-lama, udah malam. Takut kecebur!" Yudi mengingatkan.

"Iya," jawab sang gadis dengan santai, lalu menuju ke bilik ditepi sungai, yang mana terbuat dari terpal berwarna biru. Tempat itu dijadikan sebagai tempat untuk mandi, dan kakus, jangan dibayanginya guys. Sungainya lebar dan dalam.

Emy dan juga Yudi masuk ke dalam rumah kos. Disana Yuli dan juga Yayuk sudah selesai meracik bumbu..

"Nih, kita masak mie telor tumis saja, ya. Keburu laper kalau masak nasi." Emy menyerahkan kantong berisi kebutuhan pokok, dan belanja seadanya, sebab mereka tidak memiliki lemari pendingin untuk mengawetkannya.

"Piringnya susun memang, ini bentar lagi juga mateng," sahut Yayuk, dengan logat jawanya.

"Iya, aku yang nyusun." sahut Andana, lalu menyusun perlengkapan makan mereka. Yuli mengeluarkan sebungkus makanan, sepertinya donat, dan beberapa kue basah.

"Ini ada camilan?" ucap Yuli. Sembari mengangkat kantong plastik tersebut.

Saat bersamaan, Darmadi melintas ke dapur dan melihat kantong kresek berisi donat dan kue basah berupa lapis pulut.

"Iya, tadi di kasih warga, ternyata mereka baik-baik, ya," ucap Emy, sembari menuang minum didalam gelas, dan meneguknya.

Yuli hendak memakannya, namun Darmadi bergegas merampasnya, bahkan menampolnya hingga terjatuh ke lantai.

Tentu saja hal itu membuat Yuli membolakan matanya. "Apaan, sih, Bang! Gak sopan banget. Orang lagi makan diganggu! Gak lucu candanya!" omel Yuli dengan kesal.

"Sudah ku katakan! Jangan makan dan minum sembarangan dari pemberian siapapun!" jawabnya dengan tatapan tajam.

Ia memungut kue yang sudah terlempar ke lantai, lalu merampas kantong plastik tersebut, dan membuangnya ke comberan.

Tentu saja hal itu membuat para rekan mahasiswa merasa tersinggung. Mereka menatap Darmadi dengan tatapan penuh intimidasi.

"Bang. Kamu jangan bersikap begitu. Itu makanan, lho? Masa iya kamu buang begitu, pamali," Andana mencoba angkat bicara. Ia melihat pemuda ini sedikit bersikap arogan, dan dianggap semena-mena dengan mempergunakan jabatannya.

"Kalian tidak tau tentang desa ini! Sudah lu katakan, jangan makan dan minum sembarangan dari pemberian siapapun! Kalau kalian tidak ingin ma--," pemuda itu menghentikan ucapannya, lalu mendengus kesal.

Ia memilih keluar dari dapur. Menghadapi satu wanita saja merepotkan, apalagi enam wanita dengan berbagai karakter, dan itu harus ia tahan hingga dua bulan lamanya.

"Jangan ada yang membantah! Disini kalian harus mematuhi ucapanku!" ucapnya dengan nada intimidasi.

Setelah berucap dengan tegas, ia keluar dari dapur. "Yud, ayo ke mushola, sudah mau masuk Isya," ajaknya pada pemuda itu. Bersyukur ia masih memiliki satu rekan laki-laki. Tidak terbayangkan jika ketujuhnya ada perempuan semua, bisa stres mungkin dirinya.

"Bentar," Yudi mematikan layar laptopnya. Ia membuat jurnal laporan tentang kegiatan dihari pertamanya, termasuk adzan dimushola, tak luput sebagai laporan.

Setelah melihat Darmadi keluar dari dalam rumah kos, kelima gadis itu saling pandang. "Itu anak kenapa, sih?" tanya Yayuk, sembari mencicipi kuah mie tumis yang sudah matang.

"Tau-ah, gelap!" sahut Emy, yang juga ikutan kesal. Sebab belum sempat memakan donatnya. Cacing diperutnya sudah sangat bernyanyi ria, sebab dari siang belum sempat makan.

"Untung saja ganteng, kalau gak, udah ku sliding tuh bocah!" Fitri ikutan ngomel.

"Sudahlah, mungkin dia ada alasannya. Besok kita tanya pelan-pelan, apa maksud dia begitu. Bisa jadi ada bahaya didalamnya" Andana mencoba menenangkan.

"Ini makanan bagaimana? Nunggu mereka pulang dari mesjid keburu kembang," tanya Yuli, yang mulai melunak hatinya.

"Kita makan saja dulu, kita tinggalkan untuk jatah mereka." Fitri mengambil piring ditangan Andana, laku menyerahkannya pada Yayuk untuk dibagi rata.

Ditempat lain, Kiki sedang mengintai pria diatas sampan. Sosok itu sudah berada diseberang, dan menuju rumpun bambu. Entah apa yang dicarinya disana, ia menghidupkan senter sebagai penerangan, lalu menebang sesuatu.

Dua pemuda itu sudah berada diluar rumah, dan Yudi menghampiri bilik yang berseberangan dengan jalan. "Ki, kamu hidup gak? Lama banget ke bilik," panggil Yudi, terdengar mencemaskan sang gadis, sebab sudah cukup lama ia disana.

Darmadi mengerutkan keningnya. "Sejak kapan dia disana?" tanyanya dengan perasaan tak nyaman.

"Sejak kami pulang dari warung," jawab Yudi.

Darmadi menghela nafasnya. Ia turun dari motor, lalu berjalan menuju bilik. Saat berjarak.dua meter dari bilik, ia mencoba memanggil gadis itu.

"Ki, kamu masih ada didalam?" tanyanya sedikit melunak.

"Ya, aku sakit perut," jawab gadis itu dengan cepat.

"Baiklah, aku akan panggil Andana untuk menemanimu," ucapnya dengan sedikit tenang.

"Tidak perlu, sudah mau selesai, kalian pergilah," sahutnya dari dalam bilik.

Darmadi mengangkat kedua pundaknya. Lalu menatap Yudi yang sudah menghidupkan mesin motornya.

"Ayo, kita sudah hampir terlambat," Darmadi naik keboncengan. Lalu mereka menuju mushola.

"Uhuuuuk," Kiky kembali terbatuk, dan kali ini darah kental.yang cukup banyak, bahkan membasahi lantai papan bilik mandi.

"Hah! Ia dikejutkan dengan penampakan yang sangat mengerikan. Ia menghidupkan senter diponselnya, lalu dikejutkan dengan cairan kental dengan serpihan gumpalan seperti hati yang ikut keluar.

"Uhuuuuuk..." kembali ia terbatuk, sebab tenggorokannya terasa sangat gatal, dan membuatnya kembali memuntahkan cairan pekat tersebut.

Ia merasa syok, lalu tanpa sadar merasa hatinya sangat sedih, mengapa ia ditimpa penyakit yang sangat mengerikan?"

Nafasnya terasa sesak, lalu mengambil timba, dan menyiram lantai, agar tidak ada yang mengetahui apa yang sedang terjadi padanya.

Setelah membereskan segalanya. Ia keluar dari bilik, lalu menuju rumah kos.

Ia melangkah masuk, dan melihat susunan piring berisi mie ditengah ruangan.

"Lama banget, Ki? Itu obat batuknya ditas tas ranselmu." ucap Emy, sembari menunjuk kerah susunan tas, dengan menggunakan alisnya.

"Makan dulu, Ki. Biar kuat menghadapi hidup," sahut Yayuk, sembari meletakkan sendok ke masing-masing piring.

Gadis itu hanya diam, menjawab dengan senyum tipis, lalu berjalan menghampiri mereka.

Terpopuler

Comments

kaliaa🐈🐈‍⬛👯

kaliaa🐈🐈‍⬛👯

aku mau jugak namanya di tulis🤣

2025-08-07

7

💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕

💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕

biyuhhhh
kasihan tp itulah g dgr kata org

2025-08-07

5

Reni

Reni

coba jujur Ki ngomong sama temen itu juga darma kok ya nggak mau ngasih tau temen2 yg lain pantangan dan larangan di desa itu biar g saling salah sangka 😬

2025-08-08

3

lihat semua
Episodes
1 Pembagian
2 Hari Pertama
3 Rumah Kos
4 Peselisihan
5 Kesal
6 Pria Itu
7 Mendadak Pendiam
8 Lelah
9 Makan Bajambar
10 Makan bajambar-2
11 Pemeriksaan
12 Batuk Panjang
13 Makanan itu
14 Ataok Hasyim
15 Malam Itu
16 Pengobatan
17 Kembali KKN
18 Obat
19 Santau Angin
20 Santau Angin-2
21 Santau Angin-3
22 Santau Angin-3
23 Rasa Takut
24 Tatapan Itu
25 Kekacauan
26 Berobat
27 Dendam
28 Malam Yang Dingin
29 Kembali
30 Tidak berselera
31 Maghrib Yang Mendebarkan
32 Malam Yang Sunyi
33 Rasa Itu
34 Berbalik
35 Berbalik-2
36 Membusuk
37 Sorak
38 Rodiah
39 Mengulik Sisi Lain
40 Mengulik-2
41 Mengembalikan
42 Bulan
43 Pemupakatan
44 Ungakapan Hati Kiky
45 Teror malam ini
46 Kegaduhan
47 Kegaduhan-2
48 Kegaduhan-3
49 Firasat
50 Hilang
51 Bercak Darah
52 Bercak darah-2
53 Susuk
54 Pertemuan Kembali
55 Menggigil
56 Membawa Pulang
57 Perobatan
58 Rasa Sesal
59 Yudi
60 Hati
61 Hati--2
62 Sidang Skripsi
63 Cinta itu
64 Menggigil-2
65 Wisuda
66 Rasa yang ada
67 Denyutan didahi
68 Sorot mata yang Sayu
69 Pemandangan yang indah
70 Makan
71 Senyum Termanis Yang Pernah Ada
72 Pemakaman
73 Ikhlas
74 Cinta itu
75 Hati itu
76 Rasa yang telah usai
77 Rasa sesal
78 Mereka
79 Mereka
80 Siapa gadis itu?
81 Gadis itu-2
82 Pesan
83 Tumbal
84 Pemuda Itu
85 Desa Penuh Misteri
86 Attah
87 Hasutan
88 Dilema
89 Romlah
90 Berlalu
91 Dia
92 Sosok itu
93 Hari Itu
94 Racun itu
95 Panik
96 Jasad Titin
97 Darmadi
98 Yudi
99 Badai
100 Hambatan
101 Bersih Desa
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Pembagian
2
Hari Pertama
3
Rumah Kos
4
Peselisihan
5
Kesal
6
Pria Itu
7
Mendadak Pendiam
8
Lelah
9
Makan Bajambar
10
Makan bajambar-2
11
Pemeriksaan
12
Batuk Panjang
13
Makanan itu
14
Ataok Hasyim
15
Malam Itu
16
Pengobatan
17
Kembali KKN
18
Obat
19
Santau Angin
20
Santau Angin-2
21
Santau Angin-3
22
Santau Angin-3
23
Rasa Takut
24
Tatapan Itu
25
Kekacauan
26
Berobat
27
Dendam
28
Malam Yang Dingin
29
Kembali
30
Tidak berselera
31
Maghrib Yang Mendebarkan
32
Malam Yang Sunyi
33
Rasa Itu
34
Berbalik
35
Berbalik-2
36
Membusuk
37
Sorak
38
Rodiah
39
Mengulik Sisi Lain
40
Mengulik-2
41
Mengembalikan
42
Bulan
43
Pemupakatan
44
Ungakapan Hati Kiky
45
Teror malam ini
46
Kegaduhan
47
Kegaduhan-2
48
Kegaduhan-3
49
Firasat
50
Hilang
51
Bercak Darah
52
Bercak darah-2
53
Susuk
54
Pertemuan Kembali
55
Menggigil
56
Membawa Pulang
57
Perobatan
58
Rasa Sesal
59
Yudi
60
Hati
61
Hati--2
62
Sidang Skripsi
63
Cinta itu
64
Menggigil-2
65
Wisuda
66
Rasa yang ada
67
Denyutan didahi
68
Sorot mata yang Sayu
69
Pemandangan yang indah
70
Makan
71
Senyum Termanis Yang Pernah Ada
72
Pemakaman
73
Ikhlas
74
Cinta itu
75
Hati itu
76
Rasa yang telah usai
77
Rasa sesal
78
Mereka
79
Mereka
80
Siapa gadis itu?
81
Gadis itu-2
82
Pesan
83
Tumbal
84
Pemuda Itu
85
Desa Penuh Misteri
86
Attah
87
Hasutan
88
Dilema
89
Romlah
90
Berlalu
91
Dia
92
Sosok itu
93
Hari Itu
94
Racun itu
95
Panik
96
Jasad Titin
97
Darmadi
98
Yudi
99
Badai
100
Hambatan
101
Bersih Desa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!