Peselisihan

Dar, pinjem motor. Aku mau anterin Emy belanja beras," Yudi datang menghampiri ketua Tim, dengan pakaian yang sudah rapih. Ia baru saja selesai mandi dikali, dan perut mereka sudah keroncongan.

"Habis Maghrib saja. Kita ke mushola, shalat Magrib berjamaah," saran Darmadi, lalu mengambil kopiahnya.

"Mushola yang itu?" tunjuknya pada bangunan yang hanya seluas lima kali lima meter saja. Namun, sepertinya tidak pernah digunakan sama sekali.

"Ya." jawab Darmadi, lalu berangkat ke tempat ibadah tersebut, dengan membawa sapu milik Atok Adi.

"Bersiaplah, datang sebelum waktu shalat tiba, dan jangan lupa kunci pintu rumah kos," pesannya.

"Aku gak ikut, lagi datang bintang," ucap Kiky, sembari mengunyah crackers. Ia sedang sibuk dengan laptopnya, sebab mendapat tugas dari Andana untuk membuat nama-nama mereka, dan ditempelkan didinding rumah kos.

Darmadi hanya menganggukkan kepalanya, lalu berangkat dengan membawa sapu ditangannya, terlihat Yudi mengekorinya dari arah belakang.

Pemuda itu bergegas mendahului. "Aku yang adzan, kamu yang jadi imam." Yudi berlari menuju mushola, sebab tak ngin bertugas menjadi imam shalat.

Darmadi menggelengkan kepalanya, lalu mebiarkan ulah rekannya yang terlihat konyol.

*****

Waktu Maghrib telah tiba. Seluruh Mahasiswa berada dimushola untuk melakukan shalat berjamaah. Terlihat tidak ada satupun warga yang hadir, mereka memilih ibadah dirumah masing-masing.

Kiky masih berkutat pada keyboardnya. Ia juga membuat jurnal.sebagai laporan ke kampus, untuk kegiatan apa saja yang mereka lakukan dari hari pertama, hingga nanti genap dua bulan.

Tok tok tok

Terdengar suara pintu kos diketuk. Ia mengira jika itu adalah salah satu dari rekannya, yang mungkin saja sudah pulang dari mushala.

Ia membuka pintu. Namun, ia dikejutkan oleh kehadiran seorang pria yang sudah sepuh. Rambutnya sudah memutih, kulitnya juga terlihat kendur, dan berkeriput.

"Assalammualaikum, ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Kiky berusaha sopan. Meskipun ia sedikit merasa takut.

Pria itu memberikan sesuatu, yang dibungkus oleh daun pisang. "Makanlah, sebagai salam penyambutan kedatangan kalian didesa kami," ucapnya tanpa ekspresi.

Kiky menerimanya. Lalu menganggukkan kepalanya. "Terimakasih, Pak," ucapnya dengan sopan.

Pria itu tak menjawab, lalu pergi meninggalkan rumah kos, dan tampaknya begitu terburu-buru.

Kiky menutup pintu. Lalu kembali ke dalam ruangan yang cukup luas, dan tempat dimana ia sedang mengerjakan tugasnya.

"Aromanya enak banget." Kiky mengendus sesuatu dibalik daun pisang yang masih terasa hangat.

Ia membukanya. Terlihat panganan yang terbuat dari pulut dengan isian inti kelapa gula merah. Namun sayangnya, panganan itu hanya sebuah saja, dan mereka berjumlah delapan orang.

"Hem, cuma satu. Aku makan saja, dibagi juga gak cukup." gadis itu memakannya, lalu membuang bungkusnya keluar melalui jendela.

Ia mengunyahnya dengan lahap, lalu menelannya tanpa sisa. Makanan itu sangat gurih, dan pastinya sangat enak.

Gadis itu mem-print tugasnya. Lalu menempelkan kertas HVS bertuliskan nama mereka, lengkap dengan tempat dan tanggal lahirnya, didepan dinding rumah kos.

Tak.hanya itu, ia menuliskan beberapa rencana kegiatan yang akan mereka lakukan.

Tak berselang lama, ketujuh rekannya pulang dari mushola. Lalu melihat apa yang tertempel didinding.

Tanpa terduga. Darmadi melepaskan kertas yang bertuliskan nama mereka, beserta tanggal lahirnya. Kemudian merobeknya menjadi serpihan kecil.

Melihat hal itu, Kiky merasa tak dihargai, lalu menatap tajam pada Darmadi. "Jangan karena jabatanmu, kamu bersikap semena-mena." ucapnya sembari menahan tangis.

Andana melihat kondisi mulai tak nyaman, lalu menghampiri Kiky untuk menenangkannya. Ia mengusap lengan sang gadis, untuk memberikan terapi menahan diri.

"Kamu kenapa sih, Bang? Datang-datang main robek saja? Yayuk buka suara.

"Iya, gak menghargai banget," Emy menimpali.

"Hargai usaha orang, dong." omel Yuli.

"Sudah, sudah. Jangan diperpanjang." Fitri mencoba menenangkan. "Apa ada alasannya, Bang? Biar tidak terjadi kesalah fahaman," tanya Fitri, dengan tatapan intimidasi.

"Kalian tidak tahu tentang desa ini. Ada banyak hal diluar nalar yang kalian tidak ketahui." ucapnya dengan tenang.

"Ya tapi, apa alasannya?" desak Emy.

Darmadi menoleh kearah Emy. "Nama dan tanggal lahurmu, bisa dijadikan alat untuk teluh, dan juga pelet," ucapnya dengan wajah serius.

Hal itu membuat mereka tercengang. Namun sebelum mereka protes lebih jauh, Darmadi memilih untuk masuk le dalam rumah, meninggalkan rekannya yang kebingungan.

Tak berselang lama, ia kembali keluar. "Yud, ini kunci motor, tadi katanya mau ke warung." pemuda itu menyerahkan kunci motor kepada rekannya.

Yudi menyambarnya, lalu mencolek lengan Emy, dan mengajaknya untuk berbelanja.

"Jangan beli makanan yang terbuka, usahakan yang terbungkus," pesannya pada kedua rekannya.

Yudi hanya menanggukkan kepalanya, lalu beranjak pergi, dan diikuti oleh Emy, yang rasa kesalnya sudah mereda.

Kiky yang tadinya kesal, perlahan mulai melunak. Lalu memilih masuk ke dalam kos, tanpa menoleh kearah Darmadi.

Andana mencebikkan bibirnya. Lalu masuk kedalam rumah kos, dan dikuti yang lainnya.

Yuli dan Yayuk mulai meracik bumbu untuk memasak mie instan, sembari menunggu Emy dan juga Yudi datang membawa beras.

"Uhuk," terdengar Kiky terbatuk. Ia merasakan tenggorokannya sedikit gatal. Lalu pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

Sedangkan Andana menghidupkan kompor untuk memasak air, karena ingin menyeduh teh.

Mereka mendapatkan pinjaman kompor dari Atok Adi, dan beberapa perlengkapan memasak lainnya.

Kiky mengambil air panas yang sudah mendidih, mencampurnya dengan air mineral, lalu meminumnya.

"Uhuk!" ia kembali terbatuk. Rasa pegal menjalar dibagian punggungnya, ia meneguknya hingga habis, namun tak juga meredakan rasa gatal ditenggorokannya.

"Kamu titip obat batuk sama kak Emy, Ki. Coba telpon dia," saran Andana, yang melihat gadis itu terlihat tidak sehat.

Kiky menganggukkan kepalanya, lalu kembali ke ruang tengah, dan menghubungi Emy, untuk menitipkan obat batuk.

Gadis itu keluar dari rumah. Lalu mencari titk signal, dan mencoba menghubungi Emy. Setelah tersambung, ia merasa lega, lalu meminta rekannya untuk membelikannya obat batuk warung.

Setelah dengan pesanannya, ia berniat kembali ke dalam ruangan, namun ia kembali terbatuk, dan ketika ia menutup mulutnya, terlihat bercak darah ditelapak tangannya.

Ia sangat kaget, juga panik. "Apa aku terkena TBC?" gumamnya lirih. Ia sangat takut jika rekan-rekannya itu mengetahui kondisinya. Bisa jadi mereka akan me jauhinya, sebab takut tertular penyakitnya.

Ia mencoba menutupi perasaannya yang saat ini benar-benar takut dan juga lelah. Gadis itu menatap sungai yang berada dihadapannya. Ia melihat seseorang sedang mengayuh sampan dengan dayung tradisional yang menuju keseberang.

Sepertinya ia menuju rumpun bambu. Namun, wajahnya tidak terlihat, sebab hari sangat gelap, hanya saja, ia menggunakan topi capil, sama seperti pria tua yang tadi memberinya makanan ringan, berupa pulut dengan topping inti kelapa gula merah

Terpopuler

Comments

kinoy

kinoy

wah..bahaya ni Kiky..eh samaan namanya ma AQ..wkwkwk

2025-08-07

6

V3

V3

si Darmadi yaa bikin emosi ja orang nya ,, pdhal seharusnya Darmadi itu sbg Ketua ngomong ke teman-temannya ttg seluk beluk Desa itu ,,, kn Dia yg sdh Tahu ttg Desa itu.
apa ja yg harus di hindari dan apa ja yg hrs di lakukan ,, jgn cm diam ja spt itu ,, bikin emosi kn JD nya ,, jd penuh misteri tuh orang 🤬😱😱

Kiki jg Yoo rakus bgt ,, mentang-mentang pulut cm sebiji main di emplok ja ,, alhasil skrg mlh batuk darah ,, psti nya dh keracunan tuh si Kiki.
Ndang ngomong Jo meneng wae 🤧🤧🏃🤧🤧

2025-08-07

4

kaliaa🐈🐈‍⬛👯

kaliaa🐈🐈‍⬛👯

itu si darma juga bukan nya ceritain asal usul desa itu sama pantangan pantangan nya, gimana sih😡😡😡😡

2025-08-07

3

lihat semua
Episodes
1 Pembagian
2 Hari Pertama
3 Rumah Kos
4 Peselisihan
5 Kesal
6 Pria Itu
7 Mendadak Pendiam
8 Lelah
9 Makan Bajambar
10 Makan bajambar-2
11 Pemeriksaan
12 Batuk Panjang
13 Makanan itu
14 Ataok Hasyim
15 Malam Itu
16 Pengobatan
17 Kembali KKN
18 Obat
19 Santau Angin
20 Santau Angin-2
21 Santau Angin-3
22 Santau Angin-3
23 Rasa Takut
24 Tatapan Itu
25 Kekacauan
26 Berobat
27 Dendam
28 Malam Yang Dingin
29 Kembali
30 Tidak berselera
31 Maghrib Yang Mendebarkan
32 Malam Yang Sunyi
33 Rasa Itu
34 Berbalik
35 Berbalik-2
36 Membusuk
37 Sorak
38 Rodiah
39 Mengulik Sisi Lain
40 Mengulik-2
41 Mengembalikan
42 Bulan
43 Pemupakatan
44 Ungakapan Hati Kiky
45 Teror malam ini
46 Kegaduhan
47 Kegaduhan-2
48 Kegaduhan-3
49 Firasat
50 Hilang
51 Bercak Darah
52 Bercak darah-2
53 Susuk
54 Pertemuan Kembali
55 Menggigil
56 Membawa Pulang
57 Perobatan
58 Rasa Sesal
59 Yudi
60 Hati
61 Hati--2
62 Sidang Skripsi
63 Cinta itu
64 Menggigil-2
65 Wisuda
66 Rasa yang ada
67 Denyutan didahi
68 Sorot mata yang Sayu
69 Pemandangan yang indah
70 Makan
71 Senyum Termanis Yang Pernah Ada
72 Pemakaman
73 Ikhlas
74 Cinta itu
75 Hati itu
76 Rasa yang telah usai
77 Rasa sesal
78 Mereka
79 Mereka
80 Siapa gadis itu?
81 Gadis itu-2
82 Pesan
83 Tumbal
84 Pemuda Itu
85 Desa Penuh Misteri
86 Attah
87 Hasutan
88 Dilema
89 Romlah
90 Berlalu
91 Dia
92 Sosok itu
93 Hari Itu
94 Racun itu
95 Panik
96 Jasad Titin
97 Darmadi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Pembagian
2
Hari Pertama
3
Rumah Kos
4
Peselisihan
5
Kesal
6
Pria Itu
7
Mendadak Pendiam
8
Lelah
9
Makan Bajambar
10
Makan bajambar-2
11
Pemeriksaan
12
Batuk Panjang
13
Makanan itu
14
Ataok Hasyim
15
Malam Itu
16
Pengobatan
17
Kembali KKN
18
Obat
19
Santau Angin
20
Santau Angin-2
21
Santau Angin-3
22
Santau Angin-3
23
Rasa Takut
24
Tatapan Itu
25
Kekacauan
26
Berobat
27
Dendam
28
Malam Yang Dingin
29
Kembali
30
Tidak berselera
31
Maghrib Yang Mendebarkan
32
Malam Yang Sunyi
33
Rasa Itu
34
Berbalik
35
Berbalik-2
36
Membusuk
37
Sorak
38
Rodiah
39
Mengulik Sisi Lain
40
Mengulik-2
41
Mengembalikan
42
Bulan
43
Pemupakatan
44
Ungakapan Hati Kiky
45
Teror malam ini
46
Kegaduhan
47
Kegaduhan-2
48
Kegaduhan-3
49
Firasat
50
Hilang
51
Bercak Darah
52
Bercak darah-2
53
Susuk
54
Pertemuan Kembali
55
Menggigil
56
Membawa Pulang
57
Perobatan
58
Rasa Sesal
59
Yudi
60
Hati
61
Hati--2
62
Sidang Skripsi
63
Cinta itu
64
Menggigil-2
65
Wisuda
66
Rasa yang ada
67
Denyutan didahi
68
Sorot mata yang Sayu
69
Pemandangan yang indah
70
Makan
71
Senyum Termanis Yang Pernah Ada
72
Pemakaman
73
Ikhlas
74
Cinta itu
75
Hati itu
76
Rasa yang telah usai
77
Rasa sesal
78
Mereka
79
Mereka
80
Siapa gadis itu?
81
Gadis itu-2
82
Pesan
83
Tumbal
84
Pemuda Itu
85
Desa Penuh Misteri
86
Attah
87
Hasutan
88
Dilema
89
Romlah
90
Berlalu
91
Dia
92
Sosok itu
93
Hari Itu
94
Racun itu
95
Panik
96
Jasad Titin
97
Darmadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!