Bayangan yang Belum Pergi

Tangga batu itu turun dalam diam, tapi semakin Bell melangkah ke bawah, suara itu makin jelas.

Sebuah nyanyian.

Lembut, namun mengiris.

Bahasanya bukan dari dunia ini, namun Bell… memahaminya.

> “Wahai yang ditinggalkan waktu...

Kembalilah, karena dunia tak menyambut kematianmu…”

Nada-nada itu seakan menggetarkan tulang. Dan meski jiwanya telah beku oleh ratusan tahun penderitaan, Bell merasakan sesuatu merangkak dalam ingatannya. Suara itu... begitu mirip dengan suara ibunya.

Tapi ia tahu. Itu bukan ibunya.

Ia menjejakkan kaki di dasar kuil—ruang utama yang luas, dindingnya penuh ukiran kisah perang dan pengkhianatan. Di tengahnya, ada altar darah, di atasnya melayang pecahan kristal bercahaya merah, denyutnya serupa jantung dunia yang tersayat.

Dan di bawah altar itu, berdiri seorang perempuan.

Rambut panjang keperakan, tubuh mengenakan jubah upacara suci yang telah tercemar darah lama. Kulitnya pucat seperti bulan mati, dan wajahnya… bukan milik iblis, tapi bukan pula manusia.

Ia membuka matanya saat Bell mendekat. Matanya berwarna ungu muda, sama seperti fragmen pertama yang Bell miliki—tapi kosong, seolah melihat ke dalam kuburan masa depan.

> “Kau datang mencari fragmen,” ucapnya, dengan suara yang sama seperti nyanyian itu.

“Tapi apakah kau siap kehilangan lebih dari yang kau simpan?”

Bell menatap tajam. “Kau bukan manusia. Tapi bukan iblis juga. Apa kau penjaga fragmen ini?”

Perempuan itu mengangguk lambat. “Aku adalah sisa. Pecahan dari kehendak dewa yang menolak mati. Aku menyanyikan lagu untuk menjaga mereka yang tertidur… dan untuk menguji mereka yang masih berjalan.”

Ia mengangkat tangannya. Ruangan mulai bergemuruh. Dari dinding-dinding, muncul bayangan para ksatria, berzirah penuh darah, wajah mereka terkoyak, tubuh mereka sobek… tapi mereka berdiri—hidup kembali karena nyanyian itu.

> “Kau tidak bisa mengambil fragmen ini tanpa melewati luka dari masa lalu,” bisik penjaga itu.

“Karena di dalam fragmen ini… tersimpan memori para pengkhianat.”

Bell mencengkeram pedangnya.

Salah satu ksatria mendekat. Zirahnya membawa lambang Evenard. Bell mengenali pedangnya.

> Itu adalah komandan pasukan kerajaan, lelaki yang dulu bersumpah melindungi keluarganya…

Tapi justru mengkhianatinya dari dalam.

Bell menatap kosong. “Jadi inilah harga dari fragmen ini? Menghadapi mereka yang membawaku pada kematian… lalu menolak memberiku kematian itu?”

“Benar,” jawab penjaga itu dengan nada dingin. “Jika kau ingin mati… maka lawanlah mereka yang membuatmu hidup dalam kutukan.”

Para ksatria mulai menyerang.

Bell menebas tanpa ragu—namun setiap tebasan menyakitinya. Bukan tubuhnya. Tapi kenangan. Ia mengingat nama-nama mereka. Mengingat suara mereka di meja makan. Tawa mereka saat latihan.

Dan sekarang, mereka semua menjadi lawan.

Tapi Bell tetap berdiri.

Bukan karena kekuatan, tapi karena ia tahu: jika ia gagal di sini, ia takkan pernah mendapatkan akhir.

Dengan suara berat, ia menjawab, “Aku tidak ingin menebus masa lalu.”

“Aku ingin menebasnya… sampai aku bebas darinya.”

Dalam pukulan terakhir, ia menancapkan pedangnya ke altar.

Nyanyian terputus. Ksatria runtuh menjadi debu.

Penjaga itu menatapnya dengan hening. “Maka… terimalah fragmen ini. Tapi ingat, Bell Grezros—semakin banyak fragmen kau kumpulkan… semakin besar luka yang harus kau buka.”

Fragmen Kedua Archelion jatuh ke tangannya. Kali ini, warnanya merah. Darah murni. Dan saat Bell menggenggamnya, ia mendengar gema dari dirinya sendiri:

> “Apakah aku benar-benar ingin mati… atau hanya ingin berhenti mengingat?”

Ia tak menjawab.

Karena bahkan dirinya pun belum tahu.

Sejak kedua fragmen berada dalam genggamannya, dunia mulai bernapas berbeda.

Udara menjadi lebih berat, waktu seakan bergetar di antara langkahnya. Suara bisikan terdengar saat malam, dan kadang, nama Bell dipanggil oleh suara-suara yang tidak dikenalnya… tapi terasa akrab.

Bell mendirikan kemah kecil di pinggir danau hitam, tak jauh dari reruntuhan kuil berdarah. Air danau tampak tenang, tapi tak memantulkan apa pun. Bintang-bintang menghindari wilayah ini. Malamnya seperti kegelapan yang menolak diterangi cahaya.

Ia menyalakan api kecil, duduk diam, dan saat itu…

Fragmen pertama dan kedua mulai berdenyut bersamaan.

Cahaya ungu dan merahnya berpadu seperti nadi dalam jantung mati. Dari antara bayangan di belakang Bell, seseorang mulai muncul. Tapi sosok itu tidak berjalan—ia terbentuk. Seperti asap, seperti kenangan yang enggan pergi.

> "Akhirnya kita bertemu… Bell Grezros."

Suara itu dalam dan menenangkan, namun membawa duka yang menindih seperti hujan musim dingin. Bell berdiri, menatap sosok itu. Seorang pria berpakaian zirah tua, jubah putih berlumuran bayangan, dan mata yang redup seperti bintang sekarat.

> “Siapa kau?”

> “Aku… adalah pecahan jiwa. Aku tidak punya nama lagi. Aku hanya... gema dari mereka yang pernah menyentuh cahaya Archelion.”

“Tapi untukmu, aku bisa jadi—cermin.”

Sosok itu melangkah ke dekat api.

> “Setiap fragmen Archelion mengandung memori. Bukan hanya milikmu. Tapi milik dunia. Kau menyatukannya… maka kau membuka kunci ke semua yang tersembunyi. Termasuk aku.”

Bell menatapnya lekat. “Kau dari masa lalu?”

> “Bukan. Aku dari kemungkinan… Aku adalah apa yang kau bisa jadi jika memilih menyerah.”

Seketika, wajah roh itu berubah. Wajahnya menjadi wajah Bell. Tapi lebih tua, lebih rusak, matanya hitam kosong, dan dagingnya separuh membusuk.

Bell menahan nafas.

> “Kau melihatnya, bukan? Apa yang menantimu jika kau lelah. Jika kau menerima takdirmu sebagai abadi.”

> “Menjadi iblis. Menjadi penunggu kekosongan. Menjadi... pelayan dari sang Kejatuhan.”

Fragmen-fragmen di tangan Bell mulai bergetar hebat. Ia mendengar bisikan dari roh-roh lain, suara dari tempat yang tak terlihat, tangisan para korban, jeritan masa lalu, dan tawa iblis yang mengubahnya menjadi makhluk abadi.

Tapi roh di depannya menatapnya dengan tenang.

> “Tapi jika kau terus berjalan, Bell...

Maka mungkin, hanya mungkin… kau akan menemukan lebih dari kematian.”

“Kau akan menemukan makna mengapa kau harus hidup—meski dunia ini sudah mati.”

Roh itu mulai memudar.

Namun sebelum menghilang, ia menunjuk ke arah timur.

> “Fragmen berikutnya... disimpan oleh pemilik kematian.

Dan ia tahu kau akan datang.”

“Hati-hatilah, karena yang akan kau hadapi... bukan iblis. Tapi tubuhmu sendiri.”

Bell mengatupkan tangan, menyatukan kedua fragmen dalam kantong di dadanya.

Dan malam itu, ia tidak tidur.

Karena untuk pertama kalinya dalam waktu yang tak terukur, Bell merasa... takut.

Episodes
1 Suara dari Abu Kerajaan
2 Kitab yang Tak Boleh Dibaca
3 Kuil di Bawah Darah
4 Bayangan yang Belum Pergi
5 Menuju Kerajaan Bayangan
6 Gerbang Eclipsia
7 Bayangan Masa Lalu
8 Lantai Waktu yang Retak
9 Harga dari Sebuah Kenangan
10 Nafas Abadi di Tengah Kabut
11 Pemanggilan di Jantung Menara
12 Membakar Bayangan
13 Runtuhnya Menara Umbra
14 Desa yang Tertidur dengan Mata Terbuka
15 Kabut yang Menelan
16 Bayang yang Memanggil
17 Bayangan di Atas Genting
18 Rahasia di Balik Topeng
19 Gerbang Lupa
20 Lorong Tanpa Ujung
21 Bayangan di Balik Kaca
22 Retakan di Kabut
23 Denyut Kutukan
24 Panggilan dari Sisi Lain
25 Bisikan di Dataran Luminar
26 Lembah Tirai Kelam
27 Roh Antara Dua Cahaya
28 Bayangan yang Menguntit
29 Pertemuan Misterius
30 Sekutu dari Bayangan
31 Penjaga Rantai Waktu
32 Pertarungan di Ambang Waktu
33 Api Pertarungan
34 Bayangan yang Tidak Bisa Ditebas
35 Jalan Berduri Menuju Bayangan
36 Pedang Abadi Sang Undead
37 Ilusi Jalan Iblis
38 Bayangan Penghalang
39 Gerbang yang Terbuka
40 Pertarungan Bayangan Masa Lalu
41 Banjir Bayangan
42 Nyala yang Tak Pernah Mati
43 Jejak dalam Kabut
44 Jalan yang Terselubung
45 Wajah di Balik Topeng
46 Api Gelap yang Membara
47 Lorong yang Menyempit
48 Arena Bayangan
49 Serangan Bayangan
50 Labirin Kutukan
51 Menembus Kegelapan
52 Tangan di Balik Bayangan
53 Tubrukan Bayangan dan Tulang
54 Cahaya yang Hampir Padam
55 Retakan Takdir
56 Retakan di Balik Topeng
57 Klimaks dalam Bayangan dan Cahaya
58 Bayangan yang Lenyap
59 Kerajaan di Timur
60 Luka yang Tidak Terlihat
61 Gerbang Arvendral
62 Bayangan di Balik Kota
63 Keadaan di Balik Tahta
64 Pertemuan yang Tak Terduga
65 Laporan Bayangan
66 Suara Putri, Telinga Raja
67 Jejak Malam yang Basah
68 Bisik-bisik di Balik Tirai
69 Langkah di Balik Gerbang Emas
70 Rencana Rahasia Sang Putri
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Suara dari Abu Kerajaan
2
Kitab yang Tak Boleh Dibaca
3
Kuil di Bawah Darah
4
Bayangan yang Belum Pergi
5
Menuju Kerajaan Bayangan
6
Gerbang Eclipsia
7
Bayangan Masa Lalu
8
Lantai Waktu yang Retak
9
Harga dari Sebuah Kenangan
10
Nafas Abadi di Tengah Kabut
11
Pemanggilan di Jantung Menara
12
Membakar Bayangan
13
Runtuhnya Menara Umbra
14
Desa yang Tertidur dengan Mata Terbuka
15
Kabut yang Menelan
16
Bayang yang Memanggil
17
Bayangan di Atas Genting
18
Rahasia di Balik Topeng
19
Gerbang Lupa
20
Lorong Tanpa Ujung
21
Bayangan di Balik Kaca
22
Retakan di Kabut
23
Denyut Kutukan
24
Panggilan dari Sisi Lain
25
Bisikan di Dataran Luminar
26
Lembah Tirai Kelam
27
Roh Antara Dua Cahaya
28
Bayangan yang Menguntit
29
Pertemuan Misterius
30
Sekutu dari Bayangan
31
Penjaga Rantai Waktu
32
Pertarungan di Ambang Waktu
33
Api Pertarungan
34
Bayangan yang Tidak Bisa Ditebas
35
Jalan Berduri Menuju Bayangan
36
Pedang Abadi Sang Undead
37
Ilusi Jalan Iblis
38
Bayangan Penghalang
39
Gerbang yang Terbuka
40
Pertarungan Bayangan Masa Lalu
41
Banjir Bayangan
42
Nyala yang Tak Pernah Mati
43
Jejak dalam Kabut
44
Jalan yang Terselubung
45
Wajah di Balik Topeng
46
Api Gelap yang Membara
47
Lorong yang Menyempit
48
Arena Bayangan
49
Serangan Bayangan
50
Labirin Kutukan
51
Menembus Kegelapan
52
Tangan di Balik Bayangan
53
Tubrukan Bayangan dan Tulang
54
Cahaya yang Hampir Padam
55
Retakan Takdir
56
Retakan di Balik Topeng
57
Klimaks dalam Bayangan dan Cahaya
58
Bayangan yang Lenyap
59
Kerajaan di Timur
60
Luka yang Tidak Terlihat
61
Gerbang Arvendral
62
Bayangan di Balik Kota
63
Keadaan di Balik Tahta
64
Pertemuan yang Tak Terduga
65
Laporan Bayangan
66
Suara Putri, Telinga Raja
67
Jejak Malam yang Basah
68
Bisik-bisik di Balik Tirai
69
Langkah di Balik Gerbang Emas
70
Rencana Rahasia Sang Putri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!