Kitab yang Tak Boleh Dibaca

Helmsgrave.

Dulunya sebuah perpustakaan megah, dibangun dengan kristal suci dan batu bercahaya dari inti dunia. Kini, hanya reruntuhan sunyi terselimuti akar-akar iblis dan ukiran yang terhapus waktu. Kabut pekat menyelimuti bangunan, menelan siapa pun yang berani masuk terlalu dalam.

Bell menjejakkan kaki di depan gerbang runtuhnya. Di matanya, tempat ini seolah masih menyimpan gema langkah para penjaga suci, suara halaman kitab yang dibalik dengan lembut… sebelum semuanya dibakar oleh pasukan neraka.

Tapi malam ini bukan nostalgia yang datang—melainkan tipu daya.

Dari balik reruntuhan, muncul seorang anak kecil. Rambutnya emas, matanya biru jernih. Ia tersenyum cerah pada Bell. “Paman, kau tersesat?”

Bell tidak menjawab. Ia hanya memandangi anak itu dengan tajam.

Lalu muncul seorang gadis muda, berpakaian seperti pendeta. “Pahlawan… kau datang terlambat. Kami sudah menunggumu…”

Satu demi satu, mereka datang. Lelaki tua, wanita setengah baya, bahkan anjing peliharaan yang menggonggong lembut. Semua menyambut Bell seolah ia adalah harapan terakhir dunia.

Bell melangkah di antara mereka, tanpa bicara. Matanya tak gentar, tapi ada bayang-bayang keraguan—semua wajah ini… terlalu sempurna. Terlalu bersih. Terlalu hidup untuk tempat yang sudah mati ratusan tahun.

“Apa kau benar ingin mati?” tanya gadis muda itu dengan suara lembut, mengiringi langkahnya. “Kami tahu kutukanmu berat. Tapi bukankah lebih baik menyerah saja? Jadilah manusia kembali… Bersama kami.”

Bell berhenti. Perlahan, ia berbalik dan menatap gadis itu.

“Kau bukan manusia.”

Gadis itu tersenyum. Tapi senyuman itu perlahan melengkung menjadi tawa menusuk. Matanya berubah hitam sepenuhnya. Kulitnya retak, memperlihatkan taring iblis dan tanduk yang mencuat dari dahinya.

Sekejap, semua "manusia" di sekelilingnya berubah—mereka bukan anak kecil, bukan pendeta, bukan orang tua. Mereka adalah iblis kecil, penyamar, penjaga Helmsgrave yang menguji siapa pun yang masuk: apakah mereka pantas… atau akan tenggelam dalam ilusi yang membunuh tekad mereka.

“Kami hanya ingin tahu,” kata pemimpin mereka, kini bermetamorfosis jadi iblis berkulit hitam dan mata seperti rembulan terbalik, “apakah kau masih pantas disebut mati… atau masih menyimpan sisi hidupmu yang ingin kembali.”

Bell mencabut pedangnya. Cahaya ungu menyala dari bilahnya.

“Aku sudah mati. Yang tersisa hanya kehendak.”

Iblis-iblis itu menyerang.

Tubuh mereka lentur, melompat dari dinding ke dinding, membentuk ilusi di tengah pertempuran. Tapi Bell tidak butuh mata. Ia bertarung dengan insting tajam yang dilatih oleh waktu dan penderitaan.

Pedangnya menebas bayangan.

Darah hitam mengalir dari udara.

Jeritan menembus kabut malam.

Satu demi satu makhluk itu jatuh, dan akhirnya, hanya pemimpin mereka yang tersisa. Dalam napas terakhirnya, ia menatap Bell dengan rasa heran dan kagum bercampur takut.

“Kau… benar-benar memilih jalan sepi ini.”

Bell tidak menjawab. Ia menurunkan pedangnya dan menatap pintu utama reruntuhan perpustakaan yang kini terbuka perlahan—mengundangnya masuk.

Fragmen pertama Archelion… berada di dalam.

Tapi Bell tahu—ini baru awal dari serangkaian ujian. Dan yang berikutnya… tidak hanya akan menguji tubuhnya, tapi jiwanya.

Langkah kaki Bell menggema di lorong batu kuno yang dipenuhi debu berabad-abad. Dinding-dinding perpustakaan Helmsgrave menjulang tinggi, melingkar seperti labirin pikiran orang mati. Cahaya ungu dari matanya memantul di rak-rak kosong, seolah menuntunnya menyusuri sisa-sisa kebijaksanaan yang telah dilupakan dunia.

Helmsgrave bukan perpustakaan biasa.

Ini adalah tempat di mana kenangan dan kutukan dikurung bersama.

Rak bukunya tidak hanya menyimpan teks, tapi juga jiwa-jiwa yang terikat dalam tinta dan halaman. Suara bisikan samar terdengar saat Bell lewat—bukan suara angin, tapi gumaman para pencari ilmu yang tak pernah bisa pergi.

> “Kau tidak akan menemukan kematian di sini, putra Evenard…”

“…Tapi kau mungkin akan menemukan dirimu sendiri, jika kau cukup berani untuk melihat.”

Bell tidak menanggapi. Tapi ia tahu ia sedang diawasi.

Di ujung lorong besar, terdapat pintu batu setengah terbuka. Simbol Archelion terukir samar di atasnya: sebuah mata bersayap yang menatap ke segala arah.

Saat ia mendorong pintu itu, suara mendesing menggema—bukan dari engsel, tapi dari perjanjian sihir yang telah lama ditinggalkan.

Ruangan itu bundar, dan di tengahnya terdapat altar batu yang dikelilingi oleh lilin-lilin mati. Di atas altar, tergeletak sebuah kitab besar berlapis rantai, dijaga oleh roh penjaga—sosok bercahaya dengan wujud seperti manusia tanpa wajah, melayang dengan tubuh yang diikat tulisan suci.

Bell tidak gentar. Ia mendekat.

> “Nama dan darahmu telah tercatat dalam kitab ini, Bell Grezros,” bisik roh penjaga dengan suara bergema.

“Mengapa kau ingin membaca halaman yang bahkan dewa pun tak berani sentuh?”

“Aku tidak ingin membaca,” jawab Bell datar. “Aku ingin mengambil fragmen Archelion yang tersegel di dalamnya.”

Roh penjaga mengayun pedangnya yang terbuat dari cahaya kabut. “Untuk apa kau menginginkan kematian, padahal kau telah melampauinya?”

Bell menggenggam pedangnya erat. “Karena aku sudah mencicipi keabadian, dan rasanya… kosong.”

Dunia di sekeliling mereka mulai bergetar. Lantai memunculkan tulisan-tulisan bercahaya yang naik ke udara, menciptakan pusaran mantra. Fragmen pertama Archelion memang berada di sini—tapi tak bisa diambil begitu saja.

Ujian dalam bentuk pertarungan mental dan spiritual dimulai.

Bell diseret ke dalam ilusi masa lalunya—ia melihat ibunya tersenyum, ayahnya duduk di singgasana, saudara-saudaranya tertawa. Semua begitu hidup. Tangannya bergetar. Ia ingin menyentuh mereka.

Tapi di balik setiap senyum… ada taring.

Di balik setiap pelukan… ada belati.

Semua itu palsu.

Ia mencabut pedangnya dan menebas ilusi itu dengan satu ayunan.

Jeritan menyayat langit yang tidak terlihat.

Dan saat ilusi runtuh, roh penjaga membungkuk padanya—bukan karena kalah, tapi karena mengakui tekadnya yang tak bisa digoyahkan.

Dari dalam kitab yang terbuka sendiri, melayang sebuah pecahan kristal cahaya. Kecil, namun denyutnya seperti jantung bintang yang terkunci di dalam ruang sempit.

Bell menggenggam Fragmen Pertama Archelion.

Tubuhnya sedikit bergetar. Tapi bukan karena luka. Melainkan karena untuk pertama kalinya, ia merasa sedikit lebih dekat pada akhir.

Tapi ia tahu—masih ada enam lagi.

Dan neraka pasti sudah tahu… dia bergerak.

Episodes
1 Suara dari Abu Kerajaan
2 Kitab yang Tak Boleh Dibaca
3 Kuil di Bawah Darah
4 Bayangan yang Belum Pergi
5 Menuju Kerajaan Bayangan
6 Gerbang Eclipsia
7 Bayangan Masa Lalu
8 Lantai Waktu yang Retak
9 Harga dari Sebuah Kenangan
10 Nafas Abadi di Tengah Kabut
11 Pemanggilan di Jantung Menara
12 Membakar Bayangan
13 Runtuhnya Menara Umbra
14 Desa yang Tertidur dengan Mata Terbuka
15 Kabut yang Menelan
16 Bayang yang Memanggil
17 Bayangan di Atas Genting
18 Rahasia di Balik Topeng
19 Gerbang Lupa
20 Lorong Tanpa Ujung
21 Bayangan di Balik Kaca
22 Retakan di Kabut
23 Denyut Kutukan
24 Panggilan dari Sisi Lain
25 Bisikan di Dataran Luminar
26 Lembah Tirai Kelam
27 Roh Antara Dua Cahaya
28 Bayangan yang Menguntit
29 Pertemuan Misterius
30 Sekutu dari Bayangan
31 Penjaga Rantai Waktu
32 Pertarungan di Ambang Waktu
33 Api Pertarungan
34 Bayangan yang Tidak Bisa Ditebas
35 Jalan Berduri Menuju Bayangan
36 Pedang Abadi Sang Undead
37 Ilusi Jalan Iblis
38 Bayangan Penghalang
39 Gerbang yang Terbuka
40 Pertarungan Bayangan Masa Lalu
41 Banjir Bayangan
42 Nyala yang Tak Pernah Mati
43 Jejak dalam Kabut
44 Jalan yang Terselubung
45 Wajah di Balik Topeng
46 Api Gelap yang Membara
47 Lorong yang Menyempit
48 Arena Bayangan
49 Serangan Bayangan
50 Labirin Kutukan
51 Menembus Kegelapan
52 Tangan di Balik Bayangan
53 Tubrukan Bayangan dan Tulang
54 Cahaya yang Hampir Padam
55 Retakan Takdir
56 Retakan di Balik Topeng
57 Klimaks dalam Bayangan dan Cahaya
58 Bayangan yang Lenyap
59 Kerajaan di Timur
60 Luka yang Tidak Terlihat
61 Gerbang Arvendral
62 Bayangan di Balik Kota
63 Keadaan di Balik Tahta
64 Pertemuan yang Tak Terduga
65 Laporan Bayangan
66 Suara Putri, Telinga Raja
67 Jejak Malam yang Basah
68 Bisik-bisik di Balik Tirai
69 Langkah di Balik Gerbang Emas
70 Rencana Rahasia Sang Putri
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Suara dari Abu Kerajaan
2
Kitab yang Tak Boleh Dibaca
3
Kuil di Bawah Darah
4
Bayangan yang Belum Pergi
5
Menuju Kerajaan Bayangan
6
Gerbang Eclipsia
7
Bayangan Masa Lalu
8
Lantai Waktu yang Retak
9
Harga dari Sebuah Kenangan
10
Nafas Abadi di Tengah Kabut
11
Pemanggilan di Jantung Menara
12
Membakar Bayangan
13
Runtuhnya Menara Umbra
14
Desa yang Tertidur dengan Mata Terbuka
15
Kabut yang Menelan
16
Bayang yang Memanggil
17
Bayangan di Atas Genting
18
Rahasia di Balik Topeng
19
Gerbang Lupa
20
Lorong Tanpa Ujung
21
Bayangan di Balik Kaca
22
Retakan di Kabut
23
Denyut Kutukan
24
Panggilan dari Sisi Lain
25
Bisikan di Dataran Luminar
26
Lembah Tirai Kelam
27
Roh Antara Dua Cahaya
28
Bayangan yang Menguntit
29
Pertemuan Misterius
30
Sekutu dari Bayangan
31
Penjaga Rantai Waktu
32
Pertarungan di Ambang Waktu
33
Api Pertarungan
34
Bayangan yang Tidak Bisa Ditebas
35
Jalan Berduri Menuju Bayangan
36
Pedang Abadi Sang Undead
37
Ilusi Jalan Iblis
38
Bayangan Penghalang
39
Gerbang yang Terbuka
40
Pertarungan Bayangan Masa Lalu
41
Banjir Bayangan
42
Nyala yang Tak Pernah Mati
43
Jejak dalam Kabut
44
Jalan yang Terselubung
45
Wajah di Balik Topeng
46
Api Gelap yang Membara
47
Lorong yang Menyempit
48
Arena Bayangan
49
Serangan Bayangan
50
Labirin Kutukan
51
Menembus Kegelapan
52
Tangan di Balik Bayangan
53
Tubrukan Bayangan dan Tulang
54
Cahaya yang Hampir Padam
55
Retakan Takdir
56
Retakan di Balik Topeng
57
Klimaks dalam Bayangan dan Cahaya
58
Bayangan yang Lenyap
59
Kerajaan di Timur
60
Luka yang Tidak Terlihat
61
Gerbang Arvendral
62
Bayangan di Balik Kota
63
Keadaan di Balik Tahta
64
Pertemuan yang Tak Terduga
65
Laporan Bayangan
66
Suara Putri, Telinga Raja
67
Jejak Malam yang Basah
68
Bisik-bisik di Balik Tirai
69
Langkah di Balik Gerbang Emas
70
Rencana Rahasia Sang Putri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!