Bab 4 ~ Mengenal Lingkungan

"Kaka ...," teriak Naya.

"Apa dek?" tanya Dana sambil menghampiri adiknya.

"Ternyata ada taman bunga ka, indah sekali, di sini lebih terlihat di banding di rumah Pak jae, pantas saja halaman rumah pak Jae begitu indah dengan bunga-bunga yang bermekaran, ternyata dari sana ya ka pusatnya," ucap Naya penuh kekaguman dengan mata yang berbinar.

"Kalian boleh ke sana karena Itu perkebunan bunga kami, dan kami menjualnya ke seluruh kota bahkan kadang ada permintaan dunia, dan pengurusnya adalah guru yang akan mengajarmu nanti Dana," ujar Yuni menjelaskan.

Dana dan Naya pun berjalan menuju perkebunan bunga yang beraneka ragam dari berbagai negara, indah itulah yang semakin di ungkapkan kaka beradik tersebut.

Tentu Naya menyukainya karena selalu di ajarkan keindahan oleh sang Ibu, Dana yang melihat itu semakin bahagia melihat adiknya yang begitu antusias dengan bunga-bunga itu. Meski masih kecil tapi Naya selalu melihat bagaimana sang ibu mengurus bunga-bunga itu menjadi sangat indah.

Kekaguman akan daerah tersembunyi ini semakin membuatnya semangat dan mampu menyegarkan otaknya, dia bisa belajar di mana saja yang dia inginkan. Begitu juga dengan Naya dia bisa mengembangkan hobi sedari kecilnya dengan bunga-bunga yang ada di kebun ini.

Dana pun membiarkan Naya bermain dan membantu mengurus bunga itu, dia kembali ke rumah jae untuk mempersiapkan diri dan mengenal lingkungan ini semakin jauh.

Mungkin saja aku bisa menemukan yang aku inginkan di tempat ini, biar waktu sehari ini aku untuk perkenalan dengan mereka semua dan untuk melihat perkembangan apa saja yang ada di sini, mungkin bisa membuat otakku lebih terbuka dan semakin berkembang untuk melangkah lebih jauh suatu hari nanti. gumam Dana sambil berjalan-jalan untuk melihat lebih jauh lingkungan yang ada di daerah itu.

Bukan saja Dana, Naya yang masih kecil pun semakin betah dan nyaman bahkan bunga itu bisa membuatnya lupa akan Ibunya, dia cantik dan sangat menyukai kecantikan yang ada pada bunga-bunga tersebut.

Pada siang hari, Dana telah kembali dan menghampiri ke rumah di mana gurunya itu berada. Dana mengetuk pintu itu, namun tanpa di duga, wanita itu langsung memeluk Dana, seakan dia begitu merindukan Dana, bahkan seakan dia begitu mengenal Dana.

"Apakah Anda mengenalku?" tanya Dana dengan heran sambil mengerutkan keningnya.

"Tentu sayang, aku mengenalmu, Ibumu yang sudah mengenalkannya padaku, melalui foto-fotomu juga Naya aku bisa mengenal kalian, jelas aku pun menunggu momen ini," jelas wanita itu yang akan menjadi guru Cendana yang bernama shifa.

Dana semakin terheran akan ucapan wanita dewasa itu, tak jauh darinya keluarlah seorang wanita yang seumuran dengan dirinya.

Dana terdiam, terpukau melihat pemandangan yang tak jauh berbeda dengan keindahan tempat ini.

Wanita itu bisa di katakan elegan, persis dirinya, namun dengan pakaian sopan dan sederhana.

Kemudian wanita itu tersenyum dan ketika wanita itu semakin dekat, senyuman itu begitu memikat, "Hallo Ka apa kabar?" tanya slyvia anak dari shifa.

"Emm baik," jawab singkat Dana.

"Ibu kenapa tidak menyuruhnya masuk?" tanya Sylvia.

"Oh iya, ayo sayang masuk," ajak Shifa dengan mengarahkan kepada sofa yang sederhana di rumah itu. Dana pun mengikutinya dan ikut duduk di sofa tersebut.

"Ini anak Ibu Dana namanya Slyvia, sedangkan Ibu sendiri bernama Shifa," ucap Shifa mengenalkan diri. Dan di tanggapi dengan anggukan oleh Dana.

Namun sebelum bercerita panjang lebar, shifa menyuruh anaknya mengambilkan minum untuk Dana.

Beberapa menit kemudian air itu telah tiba di meja tamu tersebut.

"Dana ... jangan sungkan pada kami, karena sebenarnya kami itu tangan kanan Ibumu, beliaulah yang telah menyelamatkan kami dengan bersembunyi di tempat ini," jelas Shifa.

Dana mencerna setiap kata-kata yang terlontar dari wanita yang berumuran dengan Ibunya, mungkinkah benar jika masih banyak yang setia kepada Ibunya?, pertanyaan itulah yang menghinggapi pikirannya.

"Jika Ibu adalah tangan kanannya? boleh saya mengetahui ceritanya? lalu kenapa Ibu harus bersembunyi di tempat ini sepertiku?" tanya Dana.

"Suami saya yang bekerja dengan Ayahmu Dana, saya hanya sekedar seorang guru atau Dosen, namun saat hidup kami terancam tepatnya suami saya meninggal dengan segera mungkin Ibumu menyuruh Pak Jae membawa saya beserta anak saya ke tempat ini," jelas Shifa.

Dana kembali terdiam, begitu rumit hidupnya, bahkan orang yang bekerja untuk keluarganya harus kena imbasnya, sungguh orang itu begitu kejam.

"Sudah berapa lama Ibu berdiam di sini?" tanya Dana kemudian.

"Saat usia sylvia 9 tahun Nak, bahkan Ibumu telah memberitahu jika kamu dan adikmu akan di amankan pula di sini, dan saya mendapatkan amanah untuk mendidikmu mendapatkan ijazah yang sesuai seperti yang lain, agar bisa memasuki perusahaan keluargamu," jelas Shifa kembali.

Lagi-lagi Dana terdiam, begitu berat bebannya namun ini semua tidak dapat di biarkan, apalagi dia telah menyaksikan bagaimana Ibunya tewas di tangan pria keji itu.

"Terimakasih karena Ibu sekeluarga telah banyak membantu keluarga saya, saya mewakili orang tua saya meminta maaf kepada Ibu, karena sudah terlibat dalam masalah serumit ini. Dan Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada Ibu, karena mau membantu keluarga saya termasuk diri saya untuk bisa mendapatkan ijazah seperti anak pada usia saya, meski saya masih belum dapat memahami secara jelas akar permasalahannya." ucap Dana panjang lebar.

"Kamu benar anak cerdas, usia sebesar ini kamu bisa merangkai kata bak seorang pangeran atau petinggi, kamu cocok menduduki yang seharusnya kamu tempati Dana, saya tidak pernah keberatan membantu keluargamu, meski keluarga saya harus berakhir seperti ini, justru tanpa keluargamu mungkin dari dulu keluarga saya sudah terlantar. Namun berkat jasa kedua orang tuamu kami bisa seperti ini, jadi saya pinta kamu jangan segan menganggap saya seperti Ibumu ya nak," ujar Shifa.

"Terimakasih banyak Bu, kalau begitu saya pamit, mungkin besok saya akan kembali untuk memulai belajarnya," ucap Dana karena dia pergi tidak pamit kepada adiknya khawatir adiknya mencari dirinya.

Setelah berpamitan dan Dana pun pergi, selama berjalan dia berpikir, semua terlalu rumit, sebesar ini dia di tuntut belajar lebih dari usianya.

Saat berjalan dan hari semakin petang, tiba-tiba dari kejauhan dia melihat beberapa pemuda sedang berlatih. Langkahnya tiba-tiba terhenti kemudian berbelok arah menuju tempat di mana orang-orang itu sedang berlatih.

Dia seperti menemukan apa yang semalam dia inginkan, Dana begitu antusias hingga lupa akan adiknya.

Dana duduk di sebuah bangku yang terbuat dari kayu pohon yang panjang, tepat di bawah pohon yang rindang, tatapan dia begitu serius menatap para pria yang sedang berlatih itu.

Terpancar senyuman dari bibirnya, ada secercah cahaya yang kembali menyelimuti dirinya.

Seandainya hidup tanpa musuh mungkin akan terasa damai seperti ini. Gumam Dana.

Asri ... tenang, segar, menenangkan, tanpa musuh atau balas dendam, enak ... nyaman. pikir Dana sambil terus memandang kepada yang kelompok yang masih berlatih tersebut.

Bersambung ...

Episodes
1 Bab 1 ~ Kematian sang ibu
2 Bab 2 ~ Suasana Rumah Jaenudin
3 Bab 3 ~ Malam pertama di rumah Jae
4 Bab 4 ~ Mengenal Lingkungan
5 Bab 5 ~ Belajar dengan di selingi cinta (Revisi perubahan waktu saja)
6 Bab 6 ~ Moment terindah di saat latihan
7 Bab 7 ~ Permintaan maaf
8 Bab 8 ~ Pendekatan vs bekerja
9 Bab 9 ~ Serangan Mendadak dalam Berlatih
10 Bab 10 ~ Ketahuan Memar
11 Bab 11 ~ Di tengok kekasih
12 Bab 12 ~ Skorsing penuh ancaman
13 Bab 13 ~ Pria itu ternyata ...
14 Bab 14 ~ Menyelamatkan Ojol
15 Bab 15 ~ Latihan Lomba = latihan di kehidupan nyata
16 Bab 16 ~ Area pertandingan
17 Bab 17 ~ Mengirim Bunga
18 Bab 18 ~ Melamar pekerjaan
19 Bab 19 - Klien pertama
20 Bab 20 ~ Terjebak Demonstrasi
21 Bab 21 ~ Sylvia dengan segala pikirannya
22 Bab 22 ~ Dana pulang lebih awal
23 Bab 23 ~ Penjelasan Dana
24 Bab 24 ~ Tereksposnya tubuh sexy Fawn
25 Bab 25 ~ Dana menahan godaan Fawn
26 Bab 26 ~ Di ajak kerjasama (revisi)
27 Bab 27 ~ Mengecek CCTV beberapa tahun silam
28 Bab 28~Dana bersepakat dengan Aldo
29 Bab 29 ~ Fawn menangis
30 Bab 30 ~ Kepergok Fernando
31 Bab 31 ~ Asal usul Dana mulai di lacak
32 Bab 32 ~ Dana menjadi anak panti
33 Bab 33 ~ Private Room
34 Bab 34 ~ Kemelut diri Dana
35 Bab 35 ~ Rapat Dadakan
36 Bab 36 ~ Sylvia kecewa
37 Bab 37 ~ Jalan dalam penyelesaian masalah
38 Bab 38 ~ Penjelasan Sylvia
39 Bab 39 ~ Fawn cemburu
40 Bab 40 ~ Fawn Menangis karena cemburu
41 Bab 41 ~ Permintaan menemani ke pesta
42 Bab 42 ~ Butik
43 Bab 43 ~ Bertemu sang nenek
44 Bab 44 ~ Kecurigaan Frida
45 Bab 45 ~ Sepulangnya dari pesta
46 Bab 46 ~ Weekend sarapan ketegangan
47 Bab 47 ~ Frida Bersikeras
48 Bab 48 ~ Menghadapi dengan santai
49 Bab 49 ~ Penyelidikan Frida
50 Bab 50 ~ Kilas Balik Fernando
51 Bab 51 ~ Ajakan makan bersama
52 Bab 52 ~ Dana di hadang
53 Bab 53 ~ Penculikan Dana
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 ~ Kematian sang ibu
2
Bab 2 ~ Suasana Rumah Jaenudin
3
Bab 3 ~ Malam pertama di rumah Jae
4
Bab 4 ~ Mengenal Lingkungan
5
Bab 5 ~ Belajar dengan di selingi cinta (Revisi perubahan waktu saja)
6
Bab 6 ~ Moment terindah di saat latihan
7
Bab 7 ~ Permintaan maaf
8
Bab 8 ~ Pendekatan vs bekerja
9
Bab 9 ~ Serangan Mendadak dalam Berlatih
10
Bab 10 ~ Ketahuan Memar
11
Bab 11 ~ Di tengok kekasih
12
Bab 12 ~ Skorsing penuh ancaman
13
Bab 13 ~ Pria itu ternyata ...
14
Bab 14 ~ Menyelamatkan Ojol
15
Bab 15 ~ Latihan Lomba = latihan di kehidupan nyata
16
Bab 16 ~ Area pertandingan
17
Bab 17 ~ Mengirim Bunga
18
Bab 18 ~ Melamar pekerjaan
19
Bab 19 - Klien pertama
20
Bab 20 ~ Terjebak Demonstrasi
21
Bab 21 ~ Sylvia dengan segala pikirannya
22
Bab 22 ~ Dana pulang lebih awal
23
Bab 23 ~ Penjelasan Dana
24
Bab 24 ~ Tereksposnya tubuh sexy Fawn
25
Bab 25 ~ Dana menahan godaan Fawn
26
Bab 26 ~ Di ajak kerjasama (revisi)
27
Bab 27 ~ Mengecek CCTV beberapa tahun silam
28
Bab 28~Dana bersepakat dengan Aldo
29
Bab 29 ~ Fawn menangis
30
Bab 30 ~ Kepergok Fernando
31
Bab 31 ~ Asal usul Dana mulai di lacak
32
Bab 32 ~ Dana menjadi anak panti
33
Bab 33 ~ Private Room
34
Bab 34 ~ Kemelut diri Dana
35
Bab 35 ~ Rapat Dadakan
36
Bab 36 ~ Sylvia kecewa
37
Bab 37 ~ Jalan dalam penyelesaian masalah
38
Bab 38 ~ Penjelasan Sylvia
39
Bab 39 ~ Fawn cemburu
40
Bab 40 ~ Fawn Menangis karena cemburu
41
Bab 41 ~ Permintaan menemani ke pesta
42
Bab 42 ~ Butik
43
Bab 43 ~ Bertemu sang nenek
44
Bab 44 ~ Kecurigaan Frida
45
Bab 45 ~ Sepulangnya dari pesta
46
Bab 46 ~ Weekend sarapan ketegangan
47
Bab 47 ~ Frida Bersikeras
48
Bab 48 ~ Menghadapi dengan santai
49
Bab 49 ~ Penyelidikan Frida
50
Bab 50 ~ Kilas Balik Fernando
51
Bab 51 ~ Ajakan makan bersama
52
Bab 52 ~ Dana di hadang
53
Bab 53 ~ Penculikan Dana
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!