Bab 3 ~ Malam pertama di rumah Jae

Malam pertama di rumah Jae, Naya terus menangis, dia teringat sang Ibu, Dana dan orang tua lani mencoba menenangkannya.

Sungguh ini bukan hal mudah bagi Dana, ingin sekali dia menangis dan melampiaskan amarahnya kepada mereka yang telah membunuh sang Ibu, namun Dana hanya mampu menghela nafas saat ini, apalagi kini melihat sang adiknya sudah tenang dan tengah tertidur di atas pahanya.

Dana menitikkan air matanya di depan Yuni dan Jae, dengan tangan mengelus rambut Naya lembut. Dana yang seharusnya masih bermain asik dengan teman-temannya namun kini harus memikul beban yang tinggi di pundaknya.

Sungguh hatinya begitu tersayat saat melihat adiknya, nyeri itulah yang di rasa, Dana hanya mampu menghela nafas panjang kembali.

"Dana kami paham apa yang kamu rasakan, namun ingat kamu tidak sendiri, di sini ada kami, dan jangan risau karena di luar sana masih banyak pihak yang mendukung Ibumu, di mana mereka masih bekerja untuk perusahaan itu, dan di sini tinggal seorang wanita yang siap membimbing kamu," ucap Dana panjang lebar.

"Wanita yang bisa membimbing saya?, maaf maksudnya bagaimana?" tanya Dana memastikan.

"Dia seorang guru profesional, dia di ungsikan kemari oleh Ibumu, setelah selesai pendidikan dengannya, kamu bisa mendapatkan ijazah seperti yang lain, sah dan mudah untuk bekerja," ungkap Jae.

"Apa dia di ungsikan karena nyawanya juga bahaya?" Dana menjeda pertanyaannya lalu kembali bertanya, "kalau bisa aman di sini kenapa Ibuku tidak ikut bersembunyi di sini?" tanya Dana kembali.

"Terlalu rumit Dana, mungkin yang lain bisa selamat tapi tidak dengan Ibumu, seberapa keras dia bersembunyi mereka akan terus mengejarnya," ujar Jae.

Kembali Dana menghela nafas panjang, sungguh ironis nasibnya. "Baiklah kapan saya bisa bertemu dengan guru profesional tersebut?" tanya Dana.

"Besok ikutlah dengan Yuni, saya harus bekerja kembali, jangan risau di sini aman dan damai, hiruk pikuk di sini bagai di perkampungan yang bisa membuat tenang," jelas Jae.

Penjelasan Jae jelas di rasakan oleh Dana saat memasuki gerbang usang itu. Memang Dana langsung mendapatkan kenyaman berbeda dengan saat di apartemen bersama Ibunya. Harta melimpah namun nyawa selalu jadi ancamannya. Sungguh tidak merasakan kenyamanan dan kebebasan seperti anak pada usianya.

"Baik terimakasih," ujar Dana dengan menganggukkan kepalanya.

"Baiklah Dana, beristirahatlah, karena hari ini kamu begitu lelah," ujar Jae dengan meninggalkan kamar dan menutup pintu tersebut.

Setelah meninggalkan Dana, Dana pun mencoba menidurkan Naya dengan begitu perlahan dan sangat hati-hati, karena takut membuatnya kembali terbangun.

Namun lain dengan Dana, sang Adik tertidur lelap begitu juga dengan yang lain, tidak dengan Dana, dia gelisah karena bayangan Ibunya yang di tembak mati itu terus terpampang dalam benaknya.

Kembali Dana mencoba menenangkan dirinya dengan menghela nafas, otaknya kembali berpikir bagaimana dia harus bisa memasuki perusahaan saat usianya tepat, dan apa yang harus dia perbuat. Karena tidak hanya otak namun fisik pun dia harus kuat.

"Kuat?" pikir Dana. "Ya aku harus punya ilmu bela diri? tidak hanya otak namun ilmu bela diripun harus aku miliki, mereka itu licik dan aku harus bermain licik, terlihat lemah namun kuat," gumam Dana.

Dia pun mulai merencanakan masa depannya, selama adiknya aman, maka dia pun bisa fokus untuk memantapkan dirinya untuk perisapan suatu hari nanti.

"Dan aku pun harus tahu siapa saja yang mendukung Ibuku," gumamnya kembali dengan tangan langsung membuka tablet.

Kepintaran Dana di atas rata-rata orang dewasa bukan lagi usianya, dengan kecepatan membuka aplikasi dan beberapa CCTV dalam tablet, dia bisa mengetahui apa saja yang dilakukan semua orang di perusahaan Ibunya.

Dana tersenyum saat matanya fokus menatap Tablet tersebut, di mana terpampang pegawai yang bekerja pada siang tadi.

Ya Dana tersenyum karena dapat melihat mana pegawai yang loyal juga jujur dan mana yang berleha-leha.

Beberapa jam pun telah terlewat, Dana merasakan lelah yang tidak terkira dengan badannya yang di regangkan mengharapkan merasakan kenyamanan untuk badannya sendiri.

De ... kaka akan jamin kehidupan kita akan kembali, namun maaf selama usia kita belum cukup kamu harus sabar menunggu di sini, kaka akan usahakan mengembalikan kebahagiaan kita hak kita, dan di sini kakak akan usahakan kamu kembali ceria seperti anak-anak yang lain. Guman Dana sambil menatap adiknya nanar.

Meski hatinya bersedih melihat adiknya juga hidupnya, namun Dana anak yang tegar dan kuat sehingga tidak berlama-lama terhanyut dalam kesedihannya, otaknya telah berkembang cukup pesat, di usianya ini dia bisa mengoperasikan komputer dengan handal, mungkin IT profesional ada pada dirinya. Katakanlah dia anak yang jenius.

Didikan Ibunya berhasil, meski tidak bersekolah namun pendidikan yang di terapkan saat kecil membuatnya berhasil. Tinggal mengejar ketertinggalannya untuk mendapatkan sertifikat dan ijazah selama bersekolah agar dia bisa memasuki gerbang perusahaan milik orang tuanya.

Yang awalnya menangis sedih, kini saat melihat jam yang bertengger di dinding menunjukkan pukul satu malam, dia tersenyum. Karena dia telah mengetahui arah untuk mencapai tujuannya.

Kini dia tertidur dengan memeluk sang adik.

Di pagi hari ...

Sang mentari terang memasuki celah kamar Dana juga adiknya, dia pun terbangun namun dia tersentak kaget kala melihat adiknya menangis terisak-isak karena tidak dapat menemukan sang Ibu di sisinya.

Kembali Dana menghembuskan nafasnya kasar, Dana yang belum terbiasa mengurus adiknya pun kini otaknya berpikir, baru saja semalam dia tenang karena telah terpikir langkah ke depannya, kini dia harus kembali berpikir bagaimana menenangkan sang adik dan mengembalikan keceriaannya di kala harus banyak kehilangan dalam dirinya.

"Dek ... jangan nangis, mau ga kakak gendong?" tanya Dana mencoba untuk membuatnya tenang agar dengan pelukannya.

Karena dia tahu, seorang wanita apalagi anak kecil dapat tenang dengan pelukan dan helusan lembut pada punggungnya. Dia pun mencoba mempraktikkan itu kepada Naya.

Untungnya Naya menganggukan kepalanya, dalam gendongan Dana, Naya memeluk erat Dana, Dana pun membalas pelukan itu dengan erat pula sambil mengelus punggung adiknya lembut, lalu setelah agak tenang Dana membawanya keluar kamar dan keluar rumah.

Ya untungnya pemandangan indah dan asri itu langsung saja menghipnotis mata mereka, sehingga Naya yang awalnya bersedih kini memandang hiruk pikuk pedesaan yang tidak padat seperti di kota.

Indah satu kata yang hadir dalam bibir mereka, yang membuat mata mereka bersinar, hijau dari persawahan juga pergunungan mencuci mata mereka seketika. Seakan rasa sedih itu sirna di makan oleh keasrian daerah ini.

Naya pun saat sudah terpana melihat indahnya alam ini, dia langsung turun dari gendongan Dana.

Dia berlari mengitari halaman rumah Jae yang langsung mendekati lahan hijau mengarah ke gunung.

"Naya ...," Dana memanggil Naya sambil berlari mengejar adiknya.

Jae dan Yuni yang melihatnya langsung tersenyum melihat kedua anak itu bisa langsung berbaur dengan warga yang lain.

Bersambung ...

Episodes
1 Bab 1 ~ Kematian sang ibu
2 Bab 2 ~ Suasana Rumah Jaenudin
3 Bab 3 ~ Malam pertama di rumah Jae
4 Bab 4 ~ Mengenal Lingkungan
5 Bab 5 ~ Belajar dengan di selingi cinta (Revisi perubahan waktu saja)
6 Bab 6 ~ Moment terindah di saat latihan
7 Bab 7 ~ Permintaan maaf
8 Bab 8 ~ Pendekatan vs bekerja
9 Bab 9 ~ Serangan Mendadak dalam Berlatih
10 Bab 10 ~ Ketahuan Memar
11 Bab 11 ~ Di tengok kekasih
12 Bab 12 ~ Skorsing penuh ancaman
13 Bab 13 ~ Pria itu ternyata ...
14 Bab 14 ~ Menyelamatkan Ojol
15 Bab 15 ~ Latihan Lomba = latihan di kehidupan nyata
16 Bab 16 ~ Area pertandingan
17 Bab 17 ~ Mengirim Bunga
18 Bab 18 ~ Melamar pekerjaan
19 Bab 19 - Klien pertama
20 Bab 20 ~ Terjebak Demonstrasi
21 Bab 21 ~ Sylvia dengan segala pikirannya
22 Bab 22 ~ Dana pulang lebih awal
23 Bab 23 ~ Penjelasan Dana
24 Bab 24 ~ Tereksposnya tubuh sexy Fawn
25 Bab 25 ~ Dana menahan godaan Fawn
26 Bab 26 ~ Di ajak kerjasama (revisi)
27 Bab 27 ~ Mengecek CCTV beberapa tahun silam
28 Bab 28~Dana bersepakat dengan Aldo
29 Bab 29 ~ Fawn menangis
30 Bab 30 ~ Kepergok Fernando
31 Bab 31 ~ Asal usul Dana mulai di lacak
32 Bab 32 ~ Dana menjadi anak panti
33 Bab 33 ~ Private Room
34 Bab 34 ~ Kemelut diri Dana
35 Bab 35 ~ Rapat Dadakan
36 Bab 36 ~ Sylvia kecewa
37 Bab 37 ~ Jalan dalam penyelesaian masalah
38 Bab 38 ~ Penjelasan Sylvia
39 Bab 39 ~ Fawn cemburu
40 Bab 40 ~ Fawn Menangis karena cemburu
41 Bab 41 ~ Permintaan menemani ke pesta
42 Bab 42 ~ Butik
43 Bab 43 ~ Bertemu sang nenek
44 Bab 44 ~ Kecurigaan Frida
45 Bab 45 ~ Sepulangnya dari pesta
46 Bab 46 ~ Weekend sarapan ketegangan
47 Bab 47 ~ Frida Bersikeras
48 Bab 48 ~ Menghadapi dengan santai
49 Bab 49 ~ Penyelidikan Frida
50 Bab 50 ~ Kilas Balik Fernando
51 Bab 51 ~ Ajakan makan bersama
52 Bab 52 ~ Dana di hadang
53 Bab 53 ~ Penculikan Dana
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 ~ Kematian sang ibu
2
Bab 2 ~ Suasana Rumah Jaenudin
3
Bab 3 ~ Malam pertama di rumah Jae
4
Bab 4 ~ Mengenal Lingkungan
5
Bab 5 ~ Belajar dengan di selingi cinta (Revisi perubahan waktu saja)
6
Bab 6 ~ Moment terindah di saat latihan
7
Bab 7 ~ Permintaan maaf
8
Bab 8 ~ Pendekatan vs bekerja
9
Bab 9 ~ Serangan Mendadak dalam Berlatih
10
Bab 10 ~ Ketahuan Memar
11
Bab 11 ~ Di tengok kekasih
12
Bab 12 ~ Skorsing penuh ancaman
13
Bab 13 ~ Pria itu ternyata ...
14
Bab 14 ~ Menyelamatkan Ojol
15
Bab 15 ~ Latihan Lomba = latihan di kehidupan nyata
16
Bab 16 ~ Area pertandingan
17
Bab 17 ~ Mengirim Bunga
18
Bab 18 ~ Melamar pekerjaan
19
Bab 19 - Klien pertama
20
Bab 20 ~ Terjebak Demonstrasi
21
Bab 21 ~ Sylvia dengan segala pikirannya
22
Bab 22 ~ Dana pulang lebih awal
23
Bab 23 ~ Penjelasan Dana
24
Bab 24 ~ Tereksposnya tubuh sexy Fawn
25
Bab 25 ~ Dana menahan godaan Fawn
26
Bab 26 ~ Di ajak kerjasama (revisi)
27
Bab 27 ~ Mengecek CCTV beberapa tahun silam
28
Bab 28~Dana bersepakat dengan Aldo
29
Bab 29 ~ Fawn menangis
30
Bab 30 ~ Kepergok Fernando
31
Bab 31 ~ Asal usul Dana mulai di lacak
32
Bab 32 ~ Dana menjadi anak panti
33
Bab 33 ~ Private Room
34
Bab 34 ~ Kemelut diri Dana
35
Bab 35 ~ Rapat Dadakan
36
Bab 36 ~ Sylvia kecewa
37
Bab 37 ~ Jalan dalam penyelesaian masalah
38
Bab 38 ~ Penjelasan Sylvia
39
Bab 39 ~ Fawn cemburu
40
Bab 40 ~ Fawn Menangis karena cemburu
41
Bab 41 ~ Permintaan menemani ke pesta
42
Bab 42 ~ Butik
43
Bab 43 ~ Bertemu sang nenek
44
Bab 44 ~ Kecurigaan Frida
45
Bab 45 ~ Sepulangnya dari pesta
46
Bab 46 ~ Weekend sarapan ketegangan
47
Bab 47 ~ Frida Bersikeras
48
Bab 48 ~ Menghadapi dengan santai
49
Bab 49 ~ Penyelidikan Frida
50
Bab 50 ~ Kilas Balik Fernando
51
Bab 51 ~ Ajakan makan bersama
52
Bab 52 ~ Dana di hadang
53
Bab 53 ~ Penculikan Dana
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!