MWS : PART V

...◉✿🦋✿◉...

Tidak! Elva tidak bisa membiarkan Zeyan terus berada di dekat tubuhnya. Sebisa mungkin dia mendorong dan bahkan mencubit lengan Zeyan agar lelaki itu cepat sadar. Namun usahanya itu malah sia-sia. Zeyan secara tak sadar malah menggosokkan wajahnya di permukaan dada Elva sampai gadis itu merasakan kegelian.

Pipi Elva sudah merona karena perlakuan lelaki itu yang dalam keadaan tidak sadar. Elva mencoba menenangkan dirinya untuk tidak bersuara dan mencoba kembali menyingkirkan tubuh Zeyan darinya. Gadis itu juga sudah mencoba untuk memanggil seseorang dari luar namun hasilnya nihil.

“Tuan, kau mabuk. Tolong pergi lah dan istirahat.”

“Aku sedang istirahat,” sahutnya dengan mata yang masih terpejam.

“Istirahat lah di kamarmu, Tuan.” ucap Elva sambil mendorong pelan kepalanya.

“Mm?” Zeyan mendongakkan wajahnya dengan pandangan sayu. Pipinya yang merah menandakan bahwa lelaki itu memang benar-benar dalam keadaan mabuk.

“Siapa kau?” tanya Zeyan mendekatkan wajahnya dan menempelkan kening mereka. “Kenapa kau berada di ruanganku? Dan kenapa wajahmu sangat banyak?”

Elva bisa merasakan aroma anggur yang menguar dan panas dari kening milik Zeyan.

“Kamu demam tuan,” beri tahu Elva.

“Aku tidak demam bodoh!” Zeyan kembali meracau tak jelas. “Aku hanya minum anggur! Itu saja!” katanya mencoba melihat dengan jelas wajah seorang perempuan di depannya.

Elva tertegun ketika mata Zeyan menatap ke arah bibirnya. Dengan panik, gadis itu berkata, “Ke mana matamu melihat?”

“Wah, Hebat sekali! Anggurnya bisa bicara.”

“Anggur?” ulang Elva heran.

Apa Zeyan pikir bibirnya adalah anggur? Pria ini benar-benar menjengkelkan.

Elva membelalakkan matanya saat wajah Zeyan semakin maju. Ia berusaha memberi jarak dengan menempatkan kedua tangannya di tengah-tengah mereka, supaya jarak intim di antaranya tidak terjadi. Namun lelaki itu tambah semakin dekat. Napasnya menyapu permukaan wajah gadis itu secara halus. Mata Elva refleks menutup, mencoba menerima segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun setelah beberapa detik kemudian ia membukakan matanya karena merasakan sesuatu yang berat di dadanya.

“Tuan?” Elva mendapati wajah Zeyan yang terlelap dengan dengkuran halus.

“Syukurlah akhirnya dia tertidur,” Gadis itu pun akhirnya bernapas lega.

Lalu, apa yang harus dia lakukan?

Elva menggigit bibir bawahnya. Otaknya sedang memutar bagaimana cara untuk bisa menyingkirkan tubuh Zeyan dari tubuh mungilnya. “Astaga, dia ini berat sekali.” cibir gadis itu memanyunkan bibir kecilnya.

Tangannya yang kecil mencoba mendorong Zeyan, namun lagi-lagi tenaganya kalah kuat. Akhirnya dia pun menggulingkan tubuh lelaki ini sehingga Elva berada di atas tubuh kekar miliknya.

DEG!

Elva sempat terpana dengan wajah Zeyan yang terlihat damai. Zeyan terlihat polos sekali ketika sedang tidur dengan dengkuran halus yang teratur seperti itu. Seandainya sikap lelaki ini setenang wajahnya yang sedang tidur, pasti Elva tidak akan ketakutan. Setiap hari selalu dihadiahi tatapan tajam dan ucapan sarkasme dari Zeyan, bisa-bisa dalam waktu dekat Elva bisa depresi dan mati mendadak di tempat.

“Engh … bawakan aku anggur!” gumam Zeyan sambil sedikit menggerakkan kepalanya

Elva tersentak saat tangannya menyentuh kening Zeyan yang dirasa panas. Bahkan lebih panas dari sebelumnya. Gadis berpipi chubby itu kemudian keluar dan mencari seseorang. Tetapi langkahnya terhenti saat menengok ke arah jam dinding.

Pukul 01.08 pagi. Sebaiknya ia mengurungkan niat untuk memanggil pelayan. Pasti mereka semua sudah tertidur. Elva tidak ingin mengganggu mereka yang sedang beristirahat.

“Apa aku harus menurunkan demamnya?” pikir gadis itu.

Tapi ia sangat kesal dengan sikap kasar Zeyan yang semena-mena kepadanya. Lelaki ini juga tidak mempercayai semua perkataannya. Namun melihat wajah Zeyan yang memerah dan terlihat tidak nyaman, Elva jadi tidak tega.

“Baiklah, demi rasa kemanusiaan aku akan menolongnya,” putus Elva dan pergi mengambil sebaskom air hangat dan juga lap.

Elva membaringkan tubuh berat Zeyan ke atas kasur dengan penuh perjuangan. Menyeretnya sampai ke tempat tidur tentu saja melelahkan. Ditambah lagi Zeyan itu berat, padahal tubuhnya terlihat kurus. Entahlah, mungkin kebanyakan dosa.

Elva kembali mengelap keringat Zeyan lalu menaruh lap hangat di kening lelaki itu. Tak terasa sudah hampir jam 2 pagi. Elva menguap dan secara tak sengaja tertidur di kamar Zeyan.

...••🦋••...

Cahaya menembus melalui ventilasi. Zeyan mengerjapkan matanya berusaha mengumpulkan nyawa. Lelaki yang hampir berumur 27 tahun itu mengangkat alisnya ketika melihat Elva tertidur di kaki ranjang miliknya.

Apa yang dilakukan perempuan murahan ini di kamarku? pikir Zeyan dalam hati.

Tangannya menyentuh lap yang menempel di keningnya, kemudian melirik Elva lagi.

“Dia merawatku?” Ingatan Zeyan mengulang kejadian semalam di mana ia sedang mabuk saat di kelab malam. Dia hanya ingat ketika dirinya minum dengan beberapa orang di kelab lalu pamit untuk pulang.

Lalu setelah itu apalagi? Zeyan tidak ingat sama sekali. Mana mungkin tubuhnya secara tak sadar pergi menemui gadis ini, kan?

Lelaki itu pun menatap Elva yang terlelap. Wajahnya sangat tenang ketika manik cokelat yang cerah itu tertutup. Tapi tunggu dulu! Kis*mar*k?

Rahang Zeyan mengeras. Dia melihat tanda merah di leher Elva. Sontak Zeyan mendorong Elva sampai gadis itu terperanjat bangun dan terjengkang ke belakang.

“Perempuan rendahan! Menyingkir dari kamarku!”

Elva berusaha menenangkan diri. Dadanya sesak karena dibangunkan secara tiba-tiba seperti itu.

“Tu-tuan … Ada apa?” tanya Elva terbata.

“Siapa yang mengizinkanmu pergi, huh?” Zeyan melotot dan bangun dari tempatnya lalu kemudian menghampiri gadis itu. “Atas ijin siapa kau pergi keluar dan membuat pria lain meninggalkan bekas c*pangan di lehermu?!”

“Akh!” pekik Elva saat Zeyan menekan lehernya. “Kemarin malam … Kau mabuk dan menggigit leherku Tuan.” jelasnya sedikit terbata karena cekikan tangan Zeyan di lehernya. “Bagaimana aku bisa keluar kalau kau saja mengunciku di gudang?”

Zeyan berpikir keras mengingat hal itu. Tetapi dia sama sekali tak ingat apapun.

“Kau mau membohongiku lagi?”

“Percayalah, aku dikurung olehmu. Mana mungkin aku bisa pergi.” kata Elva masih memegang tangan Zeyan yang menekan lehernya. “Aku, aku juga membantumu menurunkan demam. Lihat lah, aku membawa baskom berisikan air hangat dan mengompres keningmu. Bagaimana mungkin kau berpikir aku bisa keluar dari rumah ini?”

Cekalan di leher Elva mengendor. Elva segera berlari keluar sambil menangis meninggalkan Zeyan yang terdiam. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar lalu mengumpat.

“Mengapa aku bisa menyentuh barang bekas seperti itu!!” Zeyan menggeram dan meninju tembok yang ada di sampingnya hingga retak sedikit. Beruntung tangannya tidak patah karena bagaimana pun, lelaki berwajah bak aktor itu mahir dalam tinju dan bela diri.

...BERSAMBUNG...

A/n : Kalau tokoh berbicara formal di sini mereka tuh pakai bahasa Jepang. Tapi ada beberapa dialog yang pakai bahasa Inggris. Supaya kalian ingat kalo ini bukan genre orang barat:)

Contact me : IG @i_kadewa

Terpopuler

Comments

Tyah Khartiyah

Tyah Khartiyah

jangan lebay Thor...masak tembok dipukul sampe retak yg ada tangannya yg retak bukan temboknya

2021-09-01

0

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

tembok aja retak...apalagi ati Eneng baaaaang..biasa2 remuk redam 🤣🤣🤣🤣

2021-04-11

0

Josephine Marco Lourdes

Josephine Marco Lourdes

wow...elva menikahi babang Hulk....

2021-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!