Jejak di balik kabut

Berita tentang kematian Valdrosh menyebar jauh lebih cepat dari yang Rosella perkirakan.

Malam ini, gadis itu berencana kabur dari barak militer demi mencari kehidupannya sendiri. Namun, sebelum itu, ada satu hal lain yang harus ia selesaikan.

Pagi dan siang berlalu tanpa ampun, dan ketika malam kembali menyelimuti, Rosella beraksi lagi. Bedanya kali ini, ia sama sekali tidak kembali ke barak militer. Mungkin saja kabar tentang hilangnya dirinya kini tengah menjadi buah bibir di seluruh kamp.

Sementara itu, di sisi lain, Duke Orion memerintahkan seorang dokter forensik untuk menyelidiki kematian Jenderal Valdrosh.

“Apa yang terjadi sebelum Jenderal Valdrosh meninggal?” tanya dokter forensik itu, suaranya tenang namun penuh wibawa. Wajahnya menunjukkan pengalaman panjang di bidangnya.

Orion melirik ke arah Kaelric dan Veyrund, memberi isyarat agar mereka yang menjelaskan.

“Dua hari lalu, kami bersenang-senang. Menikmati tarian … meminum anggur,” ujar Kaelric, terdengar sedikit gugup. “Valdrosh bilang dia merasa sangat mabuk—padahal dia peminum tangguh. Baru satu tegukan, dia sudah mengeluh pusing.”

“Benar,” timpal Veyrund. “Tapi siapa sangka, keesokan paginya aku menemukannya tergeletak tak berdaya … muntah darah.”

Sang dokter forensik, Dr. Lucas Arvendral, menunduk memeriksa catatan dan kembali menatap mereka. “Tidak ada riwayat penyakit jantung, peminum berat. Ada kemungkinan besar … Jenderal Valdrosh diracuni.”

“Diracuni?” Kaelric mengulang, terkejut.

Lucas mengangguk mantap.

“Apakah kau yakin?” tanya Orion, matanya menyipit tajam.

“Saya yakin, Yang Mulia. Jika seseorang tanpa riwayat penyakit jantung akut meninggal mendadak dan dinyatakan terkena serangan jantung … bukankah itu cukup mencurigakan?” jawab Lucas serius.

Kaelric terdiam sejenak, lalu matanya melebar, mengingat sesuatu. “Wanita rendahan itu …! Putri tak tahu diri itu! Pasti dia! Pasti dia yang meracuni Valdrosh! Aku harus menghabisinya sekarang juga!”

Ia hendak beranjak, namun Varron cepat menghadang. “Minggir!” bentak Kaelric.

“Jenderal, semua belum terbukti. Kita tidak boleh menuduh orang sembarangan,” kata Varron tegas.

“Menuduh? Siapa lagi yang mencekoki Valdrosh minuman kalau bukan wanita sialan itu?!” Kaelric membalas garang.

Varron melirik ke arah Duke Orion, mencari keputusan. Orion hanya mengangguk pelan … lalu mengedipkan matanya sekali.

Kemarahan Kaelric semakin menjadi. Veyrund, yang berdiri di sisi lain, ikut bergerak mengikuti. Keduanya meninggalkan ruangan, tekad mereka jelas, menghakimi Rosella.

Sementara Orion melanjutkan penyelidikannya, suasana ruang strategi terasa berat. Api dari obor di sudut ruangan berkedip-kedip, memantulkan bayangan panjang di dinding.

“Bagaimana kau tahu jika dia diracuni?” tanya Orion lagi, kali ini nada suaranya lebih serius, matanya mengunci pada Dr. Lucas Arvendral.

Lucas menatap sang Duke singkat sebelum menjawab, “Mungkin saja iya … mungkin saja tidak. Hal itu hanya bisa dipastikan jika saya melakukan autopsi terhadap Jenderal Valdrosh.”

Orion langsung menimpali, “Lakukan autopsi.”

“Yang Mulia.” Varron menyahut cepat, nada suaranya hati-hati namun tegas. “Keluarga Duskbane tidak akan mengizinkan.”

Orion menoleh perlahan, tatapannya setajam belati. “Apakah aku terlihat memerlukan izin dari mereka?”

Keheningan menyelimuti ruangan. Varron menelan ludah, lalu mengangguk tipis. “Baik, akan saya atur.”

Lucas hanya menunduk sedikit, mencatat sesuatu di buku kulitnya.

Namun sebelum pembicaraan itu bisa berlanjut, suara langkah tergesa-gesa terdengar di luar koridor. Semakin dekat … hingga BRAK! pintu ruang strategi terbuka keras.

Seorang prajurit muda masuk dengan napas terengah-engah, wajahnya pucat. Matanya menyapu ruangan sebelum akhirnya jatuh pada sosok Duke Orion.

“Ya–yang Mulia!” Suaranya bergetar. “Tawanan Putri Rosella … kabur dari ruang tahanan!”

Ruangan itu seketika membeku. Varron menoleh cepat, sementara beberapa perwira saling berpandangan tak percaya. Api obor seolah meredup, menyisakan ketegangan yang menusuk.

Orion berdiri perlahan dari kursinya, mantel hitamnya bergeser mengikuti gerakan itu. Tatapannya menusuk prajurit yang baru saja memberi laporan, suaranya berat dan terkendali.

“Sejak kapan?”

“P–penjaga sel ditemukan pingsan, Yang Mulia. Kami baru menyadarinya saat pergantian jaga … dia sudah tidak ada di tempat.”

Orion menghela napas panjang, seolah menahan amarah. Lalu ia menoleh pada Varron.

“Tutup semua akses keluar dari kompleks barak. Perintahkan regu patroli menyisir setiap lorong, gudang, dan jalur pasokan. Tidak ada satu pun yang bergerak tanpa sepengetahuan kita.”

“Baik, Yang Mulia!” Varron memberi hormat tegas sebelum bergegas keluar, perintahnya langsung menggema di halaman barak.

Lucas menatap Orion, tapi tidak berkata apa-apa. Sementara sang Duke berdiri diam, sudut bibirnya terangkat tipis—sebuah senyum miring yang hanya dia tahu artinya. Rosella .…

~oo0oo~

Suara langkah tergesa menggema di halaman dalam barak. Veyrund sedang memeriksa persediaan senjata ketika seorang prajurit mendekat, wajahnya pucat.

“Jenderal! Tawanan perempuan … Putri Rosella, dia menghilang!”

Veyrund mendongak tajam. “Sejak kapan?” Suaranya rendah, bergetar menahan amarah.

“Penjaga sel ditemukan pingsan sejak malam sebelum fajar, Jenderal. Kami baru menyadarinya pagi ini … setelah kekacauan soal kematian Jenderal Valdrosh sedikit mereda.”

Belum sempat prajurit itu menambahkan, Kaelric—yang berdiri tak jauh—melangkah mendekat. “Berarti dia sudah punya banyak waktu untuk menjauh.”

Veyrund langsung meraih pistolnya, matanya menyipit. “Bagi pasukan jadi dua. Aku ke sisi barat, Kaelric ke timur. Cari sampai dapat.”

Kaelric mengangguk singkat, lalu menarik pistol dari holsternya sebelum berlari meninggalkan halaman.

Di sisi hutan timur

Kabut pagi menyelimuti pepohonan di belakang barak. Embun menetes dari dedaunan, membasahi tanah yang licin. Kaelric bergerak cepat, matanya menyapu jejak kaki samar di tanah basah, telinganya waspada menangkap suara sekecil apa pun.

Tiba-tiba, di antara bunyi ranting patah, terdengar gemerisik dari semak di depannya. Nalurinya langsung bekerja, ia mengangkat pistol, melangkah pelan mendekati sumber suara.

Namun sebelum ia sempat melihat siapa di balik semak itu, dinginnya moncong pistol menempel di pelipisnya dari belakang. Napas lembut namun terengah terdengar di dekat telinganya.

“Lepaskan senjatamu … Jenderal.” Suara Rosella pelan, tapi mengandung ancaman yang nyata.

Kaelric membeku sejenak. Ia bisa merasakan getaran halus di genggaman Rosella—tanda gadis itu gugup, namun tetap memaksakan kendali.

“Berani sekali kau membalikkan keadaan seperti ini.” Kaelric berkata tenang, matanya melirik ke samping.

“Diam … dan maju tiga langkah.” Rosella menekan pistolnya lebih kuat. “Atau peluru ini akan mengakhiri masalahmu dan masalahku sekaligus.”

Jauh di kejauhan, samar-samar terdengar suara Veyrund memanggil. Tapi di sini, di tengah kabut hutan, hanya ada Rosella … dan Kaelric yang untuk pertama kalinya berada di ujung ancaman.

Moncong pistol dingin itu menempel di pelipisnya. Kaelric berdiri kaku, tapi tatapannya tetap mengunci Rosella dari sudut mata.

“Kau pikir bisa lolos sendirian di luar sana?” Suaranya rendah, dalam, seolah mencoba menembus lapisan ketenangan gadis itu. “Turunkan senjatamu, Putri. Aku bisa—”

Klik!

Suara pelatuk yang ditarik terdengar nyaring, memotong kata-katanya. Burung-burung di dahan terdekat seketika beterbangan, dan hutan kembali tenggelam dalam keheningan yang mencekik.

Dor!

Kaelric terdiam sepersekian detik, rahangnya mengeras. Rosella mencondongkan tubuh sedikit, jarak wajah mereka hanya sejengkal. Mata amber itu berkilat—penuh tekad dan kegelisahan, seperti binatang buruan yang siap menerkam pemburu.

“Aku tidak butuh perlindunganmu, Jenderal,” bisiknya, suaranya dingin namun bergetar tipis. “Langkahkan kakimu sekali saja … dan kita lihat siapa yang masih berdiri.”

~oo0oo~

Siang itu, matahari menggantung tinggi di atas barak militer Ashguard Hall, memanggang batu-batu halaman hingga memantulkan cahaya menyilaukan. Udara panas membuat para prajurit berkeringat di balik zirah, namun kegiatan mereka berjalan normal—sampai teriakan panik dari arah pagar timur memecah rutinitas.

Dua penjaga yang sedang berpatroli muncul tergesa, napas memburu, mata mereka lebar penuh kepanikan. Mereka memanggil bantuan, dan langkah kaki pasukan yang mendekat terhenti begitu melihat apa yang terbujur di tanah berumput dekat batas hutan.

Jenderal Kaelric.

Tubuhnya tergeletak miring, seragam militernya ternoda darah yang mulai menghitam, mengering di serat kain. Di pelipis kanannya menganga lubang tembak jarak dekat—bersih, dingin, mematikan. Burung gagak berputar rendah di atas kepala, mengeluarkan suara serak yang membuat udara siang terasa lebih berat.

Seorang prajurit berlutut di sisinya, jemarinya gemetar saat menyentuh tanah becek di dekat kepala sang jenderal. “Dia … dia sudah dingin ...,” ucapnya parau, matanya tak berani menatap wajah pucat itu terlalu lama.

Tak jauh dari tubuhnya, setengah tersembunyi di balik dedaunan, tergeletak sebuah pistol. Cahaya matahari memantul pada ukiran khas lambang keluarga Duskbane di pegangannya. Begitu melihatnya, para penjaga saling bertukar pandang—wajah mereka menegang. Semua tahu, itu adalah senjata pribadi milik mendiang Jenderal Valdrosh.

“Bagaimana bisa …?” bisik salah satu dari mereka, nadanya nyaris tercekat. “Valdrosh sudah mati .…”

Tanpa buang waktu, pistol itu dibungkus dengan kain dan dibawa menuju ruang strategi.

Di dalam, Duke Orion berdiri di depan meja peta, tangannya bertumpu pada permukaan kayu, sementara Varron dan beberapa perwira menunggu instruksi. Pintu terbuka keras, membuat semua kepala menoleh.

“Yang Mulia.” Salah satu penjaga memberi hormat, napasnya masih terengah. “Kami menemukan Jenderal Kaelric di dekat batas hutan … mati tertembak di pelipis. Dan … ini.”

Ia membuka gulungan kain. Pistol dengan ukiran Duskbane berkilau dingin di bawah cahaya obor.

Ruangan mendadak sunyi. Orion menatap senjata itu tanpa berkedip, jemarinya perlahan menyusuri ukirannya seakan mencoba meraba jejak tangan terakhir yang memegangnya. Udara di ruangan terasa menekan, para perwira saling melirik, menunggu reaksi sang Duke.

“Di mana kalian menemukannya?” tanya Orion, suaranya datar namun mengandung ketajaman yang membuat punggung siapa pun merinding.

“Di atas rerumputan, tak jauh dari tubuh Jenderal Kaelric, Yang Mulia. Tidak ada jejak jelas menuju atau meninggalkan lokasi.”

Orion mengangguk perlahan. Sorot matanya berubah—dingin, tajam, seolah potongan terakhir dari teka-teki kini sudah di tangannya. Sudut bibirnya terangkat sedikit, membentuk senyum miring yang hanya dia pahami.

Dan di dalam kepalanya, nama itu muncul lagi … jelas, tak terbantahkan.

Rosella.

.

.

.

Bersambung ....

Episodes
1 Kutukan dalam darah
2 Api dan Belati
3 Tarian di sarang serigala
4 Bisikan dari Aelwynth
5 Jejak di balik kabut
6 Batas antara mati dan terhina
7 Batas yang retak
8 Bayangan Dreadholt
9 Antara ancaman dan lelucon
10 Bara di balik air mata
11 Ketika malam menyaksikan
12 Salju tak pernah lupa
13 Di antara salju dan senja
14 Dingin yang membungkam
15 Tawanan yang ditandai
16 Permainan di atas api
17 Mak comblang istana
18 Kebebasan yang palsu
19 Jejak Pengkhianat
20 Pedang dan lidah
21 Hilangnya sayap hitam
22 Bisikan di sayap hitam
23 Langkah tersembunyi
24 Mawar di balik duri
25 Permainan dua wajah
26 Intrik mawar dan gagak
27 Riuh pasar Ashgrath
28 Langkah yang tertahan
29 Ketukan di tengah malam
30 Cermin yang mengkhianati
31 Rantai yang tersisa
32 Luka yang kembali hidup
33 Di balik pesta kristal
34 Racun dalam senyum
35 Panggung yang berbalik
36 Teratai yang tenggelam
37 Jebakan di balik tinta
38 Tawanan hasrat
39 Air mata yang tidak terucap
40 Ketenangan yang mencurigakan
41 Rantai yang terputus
42 Jeratan halus
43 Rahasia negara
44 Senyum yang diawasi
45 Tatapan yang tak terlupakan
46 Hanya teman
47 Senyum di ujung luka
48 Satu nama
49 Di bawah perintahnya
50 Di bawah tatapan biru
51 Dalam cengkraman Draevenhart
52 Aula penghakiman
53 Keheningan di aula kekaisaran
54 Hukum tanpa belas kasih
55 Sentuhan yang tidak seharusnya
56 Api dalam kurungan
57 Jerat sang Duke
58 Jebakan halus
59 Logistik perbatasan barat
60 Jejak racun
61 Harga dari sebuah kebebasan
62 Dalam genggaman bayangmu
63 Darah Draevenhart
64 Rona terakhir di rambut emas
65 Dalam nafas yang sama
66 Luka yang abadi
67 Kau, dan danau itu
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Kutukan dalam darah
2
Api dan Belati
3
Tarian di sarang serigala
4
Bisikan dari Aelwynth
5
Jejak di balik kabut
6
Batas antara mati dan terhina
7
Batas yang retak
8
Bayangan Dreadholt
9
Antara ancaman dan lelucon
10
Bara di balik air mata
11
Ketika malam menyaksikan
12
Salju tak pernah lupa
13
Di antara salju dan senja
14
Dingin yang membungkam
15
Tawanan yang ditandai
16
Permainan di atas api
17
Mak comblang istana
18
Kebebasan yang palsu
19
Jejak Pengkhianat
20
Pedang dan lidah
21
Hilangnya sayap hitam
22
Bisikan di sayap hitam
23
Langkah tersembunyi
24
Mawar di balik duri
25
Permainan dua wajah
26
Intrik mawar dan gagak
27
Riuh pasar Ashgrath
28
Langkah yang tertahan
29
Ketukan di tengah malam
30
Cermin yang mengkhianati
31
Rantai yang tersisa
32
Luka yang kembali hidup
33
Di balik pesta kristal
34
Racun dalam senyum
35
Panggung yang berbalik
36
Teratai yang tenggelam
37
Jebakan di balik tinta
38
Tawanan hasrat
39
Air mata yang tidak terucap
40
Ketenangan yang mencurigakan
41
Rantai yang terputus
42
Jeratan halus
43
Rahasia negara
44
Senyum yang diawasi
45
Tatapan yang tak terlupakan
46
Hanya teman
47
Senyum di ujung luka
48
Satu nama
49
Di bawah perintahnya
50
Di bawah tatapan biru
51
Dalam cengkraman Draevenhart
52
Aula penghakiman
53
Keheningan di aula kekaisaran
54
Hukum tanpa belas kasih
55
Sentuhan yang tidak seharusnya
56
Api dalam kurungan
57
Jerat sang Duke
58
Jebakan halus
59
Logistik perbatasan barat
60
Jejak racun
61
Harga dari sebuah kebebasan
62
Dalam genggaman bayangmu
63
Darah Draevenhart
64
Rona terakhir di rambut emas
65
Dalam nafas yang sama
66
Luka yang abadi
67
Kau, dan danau itu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!