Dia Si Pemilik Hati

Beberapa minggu kemudian….

Seperti sebuah pemandangan umum. Rumah sakit selalu hening meski dipenuhi berbagai macam manusia. Ada yang datang hanya untuk menjenguk atau mengantar, ada juga yang mengantre sejak sore di koridor ruang rawat jalan.

Namun, yang paling parah sunyinya ada di sini. Di ruangan yang memiliki peraturan untuk tidak berbicara sembarangan atau mereka tak akan bisa pulang tepat waktu malam ini.

Ruangan paling sunyi dan tenang daripada yang lain. Tak ada yang berani membuka suara selain topik menu makan malam apa yang akan mereka pesan dan makan bersama di sana. Hanya ada satu bilik yang tertutup rapat di sana.

Di balik tirai itu, Wisnu sebagai dokter internship di bulan pertama memeriksa kondisi pasien remaja di hadapannya bersama seorang dokter senior.

“Nyeri menstruasi, ya?” tanya dokter Olin —dokter senior dari spesialisasi obsteri.

Remaja itu mengangguk pelan. “Kali ini lebih sakit daripada biasanya, Dok. Terus, juga … darahnya …” Dia melirik pada Wisnu yang masih berdiri diam di samping dokter senior.

Tatapan mereka bertemu, Wisnu dapat menemukan gurat tak nyaman dan malu saat remaja itu hendak mengatakan keluhannya. Melihat itu, Wisnu pamit keluar dari bilik, sedikit menjauh dari sana agar pasiennya tetap nyaman.

“Sudah selesai, Nu?” tanya Raka — teman Wisnu sejak masih kuliah. Pria itu juga baru selesai memeriksa seorang pasien yang baru datang.

Wisnu menggeleng. “Pasiennya nggak mau ngomong kalau ada aku.”

Raka mengangguk beberapa kali. Matanya fokus pada ponselnya yang tengah menampilkan aplikasi ojek online. Deretan nama restoran dengan menu andalan mereka, tampil menggiurkan pada layar pipih itu.

“Nu.”

Wisnu menoleh pada dokter Olin yang baru keluar dari bilik. Wanita itu berdiri di samping Wisnu, sedikit membungkuk untuk mengetikkan resep di komputer.

“Pasien tadi, cuma nyeri datang bulan biasa. Saya resep kan obat pereda nyeri, nanti tolong kamu berikan, ya. Setelah istirahat sebentar dan nyerinya sudah mendingan, boleh pulang.”

Wisnu terdiam sebentar sebelum bertanya, “Pasiennya, Dok?”

“Kamu juga,” sahut dokter Olin sambil tersenyum sebelum melangkah pergi.

Setelah dokter Olin pergi dari sana, Wisnu mendudukkan dirinya di balik meja tinggi itu. Dia meraih ponselnya yang bergeming di dalam sakunya, mengirimkan sebuah pesan pada seseorang yang memiliki janji dengannya malam ini.

“Mau makan malam apa, Nu?” tanya Raka tanpa menoleh. Ibu jarinya masih menjelajah pada laman berisi daftar makanan itu.

Wisnu melirik sebentar. “Nggak usah, kamu aja.”

“Kenapa? Lama loh, nunggu pasien. Kita pesan makan dulu aja.” Raka masih kekeh. Tangannya mengulurkan ponsel pada Wisnu, meminta temannya itu untuk memilih menu makan malam mereka.

Wisnu menggeleng lagi. Pria itu beranjak dari tempatnya untuk mengambil obat yang diresepkan dokter Olin sebelumnya.

Sebelum itu, dia sempat menjawab ucapan Raka lebih dulu. “Ada janji makan malam sama Dara.”

...****************...

Aroma bunga lavender dari parfum yang dia kenakan bercampur dengan aroma khas hand sanitizer puskesmas tempatnya bekerja sekarang. Senyuman manis terukir begitu matanya menangkap siluet pria yang duduk di depan sana.

“Wisnu!” panggilnya dengan senyuman paling manis.

Wisnu yang sebelumnya hanya duduk di kursi tunggu yang sepi sambil menunduk itu kini mengangkat kepalanya. Pandangannya langsung tertuju pada pujaan hatinya yang berjalan mendekat.

Lelah yang semula bergelayut di pundak Wisnu itu hilang seketika. Senyuman manis itu menyambutnya dengan hangat seperti biasanya. Bertemu dengan Dara setiap hari ternyata tidak membuatnya bosan.

Tangannya terbuka lebar, membawa Dara ke dalam pelukannya. Wanita itu mendongak dan menumpukan dagunya di dada Wisnu. Matanya berbinar indah seperti bulan purnama yang menggantung di langit malam ini.

“Maaf, ya, aku telat jemputnya,” kata Wisnu. Dia menunduk, menatap langsung pada pujaan hatinya.

Dara menguraikan pelukannya, dia meraih tangan Wisnu untuk bergandengan dengan tangan rampingnya. Sambil menggeleng, dia berkata, “Tapi, kamu masih bisa tepati janji kamu buat makan malam bareng aku hari ini, kan?”

Keduanya berjalan masuk ke dalam mobil Wisnu. Membiarkan ke mana saja kendaraan roda empat itu membawa mereka malam ini.

Sinar hangat lampu jalanan menyapa mereka dari luar sana. Jalanan malam ini tidak terlalu padat, Wisnu dapat menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal di tengah jalanan Jogja.

Sesekali obrolan ringan terdengar tumpang tindih dengan suara radio yang menguar pelan di dalam mobil itu. Sementara Wisnu yang fokus dengan jalanan di depan sana, Dara tidak sedikit pun melepas pandangan dari kekasihnya.

“Tadi, pasien aku-”

“Shut!” Dara buru-buru menghentikan kalimat Wisnu. “Kalau kita lagi berdua, jangan ngomongin kerjaan!” pintanya.

Wisnu tersenyum tipis tanpa menoleh. “Ya udah. Mau makan apa malam ini, Cantik?”

Senyuman Dara semakin tinggi begitu mendengar panggilan hangat dari Wisnu untuknya. Wanita itu memalingkan wajahnya yang memerah, pandangannya kini mengarah ke luar jendela.

“Apa aja, aku nggak rewel anaknya,” sahut Dara tanpa menoleh pada kekasihnya.

Wisnu mencuri pandang sebentar pada Dara yang masih memalingkan wajahnya. Dia terdiam sebentar sebelum berkata, “Makan di rumah aku aja, mau nggak?”

“Apa?”

Dara akhirnya kembali menoleh pada Wisnu. Tempo bicara Wisnu yang cepat itu membuatnya tak yakin dengan apa yang dia dengar tadi. Maka dari itu, Dara kembali memastikannya.

“Makan di rumah aku,” ulang Wisnu dengan lebih jelas. “Makan bareng sama Ayah, sama Bunda. Nanti aku kenalin kamu ke mereka.”

Dara terdiam, tak bisa berkata-kata. Momen ini kembali terjadi sekarang. Momen di mana Wisnu memintanya untuk bertemu dengan orang tuanya.

“Kenapa?” tanya Dara setelahnya.

Wisnu menaikkan bahunya. “Kan, aku udah kenal sama keluarga kamu. Emang kamu nggak mau kenal sama keluarga aku juga?”

Wisnu tahu betul, topik ini menjadi pembicaraan yang paling dihindari oleh Dara. Sejak mereka menjalin hubungan, Dara selalu menghindar jika Wisnu memintanya untuk berkenalan dengan Ayah dan Bunda.

Dara menunduk dalam-dalam. Dia meremas kain celananya erat. “Maaf, kayaknya aku belum siap.”

Wisnu menghela nafasnya pelan, membuat Dara melirik dari ujung matanya.

Jawaban yang Dara berikan selalu sama. Entah persiapan seperti apa yang akan dia lakukan sebelum bertemu keluarga Wisnu. Entah definisi siap seperti apa yang dapat membuatnya mau bertemu dengan keluarga Wisnu.

Meski begitu, Wisnu tetap diam. Dia tak akan memaksa jika memang Dara masih tidak mau bertemu dengan orang tuanya.

Wisnu menghentikan mobilnya di depan bangunan tempat makan yang sudah menjadi langganan mereka sejak kuliah. Dia melepaskan seatbelt dan bersiap untuk turun.

“Bukannya aku nggak mau. Maaf.”

Wisnu menoleh pada Dara yang masih bergeming dengan posisi yang sama. Dia mengusap surai lembut wanita itu sambil mengangguk. “Nggak apa-apa, Sayang.”

“Turun, yuk. Kita makan yang enak.”

Terpopuler

Comments

★lucy★.

★lucy★.

Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡

2025-08-07

1

Nurhikma Arzam

Nurhikma Arzam

Dara awas aja kalau kamu menyesal ya. awas aja kalau akhirnya wisnu mengiyakan perjodohan itu. jangan jadi duri kamu 😏

2025-08-19

0

lihat semua
Episodes
1 Berpayung Jingga
2 Semua Berawal Dari Sini
3 Topik Yang Tak Kunjung Usai
4 Dia Si Pemilik Hati
5 Dia yang Jatuh Cinta Pada Seni
6 Tekad Sewindu
7 Bagaimana Jika ....
8 Pria Tempo Hari
9 Bayang-bayang Pernikahan
10 Bintang Yang Tergapai
11 Hubungan Yang Retak
12 Pilihan dari Romo
13 Jangan Sampai Lepas
14 Dara Oh Dara
15 Malam Perjodohan
16 Perjanjian
17 Menjelang Hari Putih
18 Hari Tanpa Mentari
19 Satu Hari di Antara Kita
20 Malam Pertama dan Rahasia Romo
21 Babak Baru
22 Berdua Saja
23 Topeng Tak Kasat Mata
24 Pesan Jauh dari Ibu
25 Malam Bersama Dara
26 Bingkai Foto dari Ratih
27 Salah Arti
28 Antara Dara dan Umma
29 Salim!
30 Ketahuan?
31 Wajah yang Familiar
32 Tentang Prioritas
33 Kekesalan Sewindu
34 "Kamu Berubah, Wisnu."
35 Yang Pernah Hilang
36 Semakin Dalam
37 Apa Judul Dramanya?
38 Siapa yang Ada Dalam Hati
39 Terlanjur Jatuh
40 Ruang Kosong Dalam Hati
41 Adara atau Sewindu
42 Rindu dari Sudut Kota
43 Rahasia Umum
44 Dua Cinta
45 Orang Lain Dalam Hati
46 Titipan dari Mbak Ratih
47 Mereka yang Dicari
48 Tamu Tak Diundang
49 Debar yang Tak Asing
50 Harapan Semu Sewindu
51 Janji yang Ingkar
52 Dia yang Tahu Segalanya
53 Cinta Lama yang Tak Pernah Hilang
54 Pelukan Pertama di Ujung Hari
55 Ayo Putus
56 Siapa Dia?
57 Penuh Tanda Tanya
58 Serba Salah
59 Tak Semudah Itu
60 Rumah
61 Satu yang Tak Bisa Lepas
62 Julukan Baru untuk Dara?
63 Suami yang Baik?
64 Bingkisan Kecil-kecilan
65 Dari Dara untuk Sewindu
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Berpayung Jingga
2
Semua Berawal Dari Sini
3
Topik Yang Tak Kunjung Usai
4
Dia Si Pemilik Hati
5
Dia yang Jatuh Cinta Pada Seni
6
Tekad Sewindu
7
Bagaimana Jika ....
8
Pria Tempo Hari
9
Bayang-bayang Pernikahan
10
Bintang Yang Tergapai
11
Hubungan Yang Retak
12
Pilihan dari Romo
13
Jangan Sampai Lepas
14
Dara Oh Dara
15
Malam Perjodohan
16
Perjanjian
17
Menjelang Hari Putih
18
Hari Tanpa Mentari
19
Satu Hari di Antara Kita
20
Malam Pertama dan Rahasia Romo
21
Babak Baru
22
Berdua Saja
23
Topeng Tak Kasat Mata
24
Pesan Jauh dari Ibu
25
Malam Bersama Dara
26
Bingkai Foto dari Ratih
27
Salah Arti
28
Antara Dara dan Umma
29
Salim!
30
Ketahuan?
31
Wajah yang Familiar
32
Tentang Prioritas
33
Kekesalan Sewindu
34
"Kamu Berubah, Wisnu."
35
Yang Pernah Hilang
36
Semakin Dalam
37
Apa Judul Dramanya?
38
Siapa yang Ada Dalam Hati
39
Terlanjur Jatuh
40
Ruang Kosong Dalam Hati
41
Adara atau Sewindu
42
Rindu dari Sudut Kota
43
Rahasia Umum
44
Dua Cinta
45
Orang Lain Dalam Hati
46
Titipan dari Mbak Ratih
47
Mereka yang Dicari
48
Tamu Tak Diundang
49
Debar yang Tak Asing
50
Harapan Semu Sewindu
51
Janji yang Ingkar
52
Dia yang Tahu Segalanya
53
Cinta Lama yang Tak Pernah Hilang
54
Pelukan Pertama di Ujung Hari
55
Ayo Putus
56
Siapa Dia?
57
Penuh Tanda Tanya
58
Serba Salah
59
Tak Semudah Itu
60
Rumah
61
Satu yang Tak Bisa Lepas
62
Julukan Baru untuk Dara?
63
Suami yang Baik?
64
Bingkisan Kecil-kecilan
65
Dari Dara untuk Sewindu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!