Episode 5

Malam telah tiba,aku baru saja pulang dari minimarket deket kontrakan buat beli kebutuhan sehari-hari,camilan dan kopi.Karna sudah bisa ditebak,Dimas pasti ngomel kalau tidak ada makanan dikontrakanku.

Jam 8 tepat sesuai janji,Dimas sampe kontrakan ku dengan mengendarai motor matic nya.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam...masuk Dim..." jawabku sambil menata belanjaanku tadi.

"Wuuuiiiihhhh...ada yang abis belanja ni..."

"Cari kopi sama camilan,biar mulutmu nggak bawel ribut makanan mlulu..."

"Hehehe...Tau aja..." ucapnya sambil menyaut kwaci biji matahari.

Selesai beres-beres,aku membuat dua cangkir kopi hitam...Aku sudah tak sabar ingin tau cerita tentang gadis pujaanku dari mulut Dimas.

"Ceritakan semua yang kau tau tentang Rahma" kataku tak sabar.

"Haduh...santai bro,biar aku menikmati kopi buatanmu dulu" jawab Dimas cuek.

"Aku tadi juga belum sempet makan malam Kim,jadi biar aku juga ngicipin roti keju ini dulu..."

"Please Dim..."

"Eh,orang cerita itu butuh tenaga dan perut kenyang tau...hehehe..." ucap Dimas sambil nyengir kuda.

"Hmmm..."

Akhirnya aku berinisiatif buat cerita lebih dulu ke Dimas tentang kejadian tadi pagi.

"Oya Dim...tadi pagi,waktu aku diajak keliling rumah sakit sama dokter Rizal,aku seperti melihat Rahma masuk ke ruang kemoterapi.Tapi waktu dia keluar dia tidak sendiri Dim,dia bersama seorang pria...siapa dia ya Dim?"

"Kalo kakaknya kan nggak mungkin Dim,Rahma itu kan anak tunggal.Tapi cowok itu kalo diliat kayanya lumayan ganteng,walaupun aku juga kurang jelas sih ngelihatnya." ceritaku panjang lebar.

Sementara Dimas hanya manggut-manggut sambil mulutnya mengunyah roti keju kesukaannya.

"Dim,kira-kira kamu kenal nggak sama laki-laki itu?"

Bukannya menjawab,Dimas malah kembali memasukkan potongan roti ke mulutnya. Kesabaranku habis,aku pun akhirnya melemparkan bantal sofa ke arahnya. Sayangnya nggak kena,dia pandai menghindar.

"Ih ngapain sih Kim...lagi enak makan juga...Nggak nyangka ya,13 tahun nggak ketemu,kamu masih inget roti kesukaanku...hehehe..."

"Hmmm..."

"Jangan marah Kim...habis enak ni roti,jadi nggak masu berenti...hehehe..."

"Nyengir aja lu kaya kuda...huuh..."

"Hehehe...maaf..."

Aku diam tak bereaksi,hanya mataku yang menatap tajam mengancam ke arahnya.

"Oke...oke...serem amat matanya yak...hehehe..."

Dimas menyeruput kopinya sambil melirik ke arahku...

"Karna udah kenyang,aku mau cerita sekarang...

Pada jaman dulu...eh salah aku cerita ke kamu ya...bukan ke Vio...hehehe...."

Aku kembali mengangkat bantal sofa,aku benar-benar kesal dibuatnya...

"Eh...eh...santai pak dokter...ni sekarang cerita bener ni..." ucap Dimas sambil mengangkat kedua tangannya.

"Kira-kira 3 bulan yang lalu...kamu nonton TV nggak ada berita kecelakaan bis di daerah Tasikmalaya?"

"Bis yang mau wisata rohani ke Bandung itu?" tanyaku

"Yup..."

"Lalu..."

Aku menyimak kelanjutan cerita Dimas.

"Kedua orangtua Rahma dan sahabat orangtua Rahma ikut dalam rombongan itu. Kedua orangtua dan sahabat laki-laki orangtua Rahma meninggal ditempat,sedangkan istri dari sahabat orangtua Rahma,sebut saja Bu Yasmin itu masih hidup tapi dalam keadaan koma."

"Setelah selang sebulan Bu Yasmin sadar tapi keadaannya tetap tak memperlihatkan kemajuan yang signifikan. Karena Bu Yasmin merasa usianya sudah tidak akan lama,maka sekitar sebulan yang lalu Bu Yasmin menikahkan Rahma dengan putranya yang sebelumnya tinggal Amerika. Namanya siapa aku kurang tau,karna pernikahan itu dilaksanakan secara tertutup dan setelahnya mereka tidak mengadakan resepsi.

Ya mau mengadakan resepsi gimana wong sehabis menyaksikan pernikahan putranya,Bu Yasmin langsung meninggal" jelas Dimas mengakhiri ceritanya.

Akh...ada rasa kecewa mendengar dia telah dipersunting oleh orang lain. Berarti laki-laki yang digandengnya kemarin,benar suaminya.

"Tapi mengapa Bu Yasmin memutuskan untuk menikahkan mereka? Dan mengapa Rahma memutuskan untuk mau menerima pernikahan itu?" tanyaku beruntun.

"Eee...hhh sabar bro...Santailah dulu...haus ni..." ucap Dimas sambil meraih air mineral di meja tamu.

"Ayo Dim lanjutin..." rengekku padanya.

"Ih anjay...jijay amat...seorang dokter Hakim Ahmad,Sp PD merengek-rengek...kayak Vio aja lu" ucap Dimas.

"Br*******k...makanya buru dilanjutin" umpatku pada Dimas yang justru tertawa terbahak-bahak mengejekku.

"Oke-oke...bisa darah tinggi kamu lama-lama Kim..." ejeknya.

"Iya...semua gara-gara kamu...apalagi kalo sampe stroke...tanggungjawab lu..." ucapku sambil menonyor kepalanya.

"Ih...pak dokter suka main fisik yaa...hahaha..." ejeknya lagi.

"Ayo Dim...selanjutnya gimana?" desakku.

"Oya Kim,kamu tau nggak? Teryata selama ini Rahma itu selalu menolak setiap ada lelaki yang melamarnya,makanya sampai usia 27 tahun dia masih melajang. Alasannya sih klise...masih belum siap tapi kata Nadia temen sebangkunya yang sampai sekarang masih jadi sahabatnya,Rahma itu sebenarnya masih menunggu cinta pertamanya."

"Entah siapa cinta pertama Rahma,Nadia pun tak pernah tau. Yang pasti,melajang di usianya yang hampir kepala tiga itu telah membuat kedua orangtua Rahma resah,makanya Rahma pun dijodohkan dengan suaminya yang sekarang itu."

"Tadinya Rahma masih menolak perjodohan itu karna dia masih meyakini bahwa dia akan segera bertemu dengan cinta pertamanya itu,tapi mungkin kesabaran kedua orang tuanya mulai menipis seiring dengan bertambahnya usia Rahma yang telah mendekati kepala tiga itu,sehingga kedua orangtuanya sudah tak mau lagi menerima alasan Rahma."

Aku mendengarkan penuturan Dimas dengan seksama.

"Hmmm...kira-kira siapakah cinta pertama Rahma itu ya...setahuku dia tidak pernah punya teman dekat dulu waktu SMP. Apa cinta pertamanya itu waktu dia sudah di SMA ya...?" gumamku yang teryata terdengar oleh Dimas.

"Bisa jadi iya bisa juga tidak. Menurutku,orang semacam Rahma itu cinta pertamanya paling juga cuma dipendam dihati,seperti anda pak dokter..."

"Atau jangan-jangan cinta pertama Rahma itu kamu. Bisa jadi lho...bukan tidak mungkin kalian itu jodoh yang tertunda...hehehe..." ejek Dimas.

"Huuh ngejek aja lu..." ucapku sambil merebahkan tubuhku ke sandaran sofa.

"Yang pasti aku terlambat datang Dim... Padahal aku mengajukan surat tugas ke sini,salah satunya karna aku ingin menemui dia...hufh...ternyata dia sudah ada yang punya."

Tak lama berselang tiba-tiba seperti ada motor yang berhenti di depan rumah.

"Assalamu'alaikum...delivery food..."

"Wa'alaikumsalam...tuh makananmu dah datang,nih duitnya..." ucapku sambil memberikan dua lembar uang ratusan.

"Wah...pak dokter ini sangat perhatian sekali..." ucap Dimas sambil menyaut uang dari tanganku kemudian menuju pintu depan.

"Kembaliannya ambil aja...Makasih ya pak"

Dimas menutup pintu dan memberikan selembar uang ratusan

"Nih...masih sisa" katanya sambil melangkah ke dapur.

.

.

.

.

.

.

.

Lanjut...

Terpopuler

Comments

dewi putriyanti

dewi putriyanti

ceritanya seru, kenapa yg like & coment sdkt, yaa

2022-01-23

1

iwan jaohari

iwan jaohari

lanjut seru

2021-04-12

2

Indah Wirdianingsih

Indah Wirdianingsih

lanjut thor

2020-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!