Bab. 5 Dejavu

Suara ketukan keyboard perlahan mereda. Naomi menghela napas lega, menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang sedikit empuk.

 Hari kerja yang panjang nyaris usai. Naomi mulai membereskan mejanya, menyusun berkas, dan mematikan monitor.

 Lampu-lampu di kantor mulai redup, pertanda jam pulang telah tiba.

 “Sudah mau pulang?”

 Naomi menoleh. James, asisten pribadi Xander yang selalu ramah dan sigap, berdiri di ambang pintu ruangannya yang kini menyatu dengan ruangan CEO. Dia masih mengenakan setelan jas rapi, seolah energinya tak pernah habis.

 Naomi mengangguk, lalu memberanikan diri bicara padanya. “James, bisakah ruangan kerjaku dipisah dari ruangan CEO?” tanya Naomi dengan suara terdengar ragu, berharap James bisa mengerti maksud di balik permintaannya.

 James menyilangkan tangan di dada, matanya meneliti gerak-gerik Naomi. Ada sedikit kerutan di dahinya.

 “Kenapa? Ada masalah atau kamu tidak nyaman berada dalam satu ruangan dengan Xander?” tanya James terdengar penuh perhatian.

 James sudah menduga jika Xander pasti sudah melakukan sesuatu pada gadis ini, membuat Naomi tidak nyaman berada dalam satu ruangan dengannya.

 Xander memang tidak pernah bisa ditebak, dan terkadang, tindakannya di luar batas norma. Itu bukan hal baru baginya.

 “Bukan begitu, hanya saja–” Naomi tak melanjutkan ucapannya. Tidak mungkin ia mengatakan kalau Xander tadi pagi menyentuh dadanya?

 Rasa malu dan harga diri mencegahnya untuk bercerita. Ia hanya bisa menunduk, menghindari tatapan James yang seolah ingin menembus pikirannya.

 James menghela napas, memahami dari sorot mata Naomi bahwa ada sesuatu yang tidak beres, namun dia tidak bisa memaksanya untuk bicara

 James ahu Xander bisa menjadi sangat... unik.

 “Maaf, Naomi. Sebagai asisten tuan Xander, aku tidak bisa memindahkan ruanganmu tanpa seizin darinya. Itu adalah kebijakan pribadi tuan Xander. Tapi, jika kamu mengalami kesulitan atau apapun, kamu boleh berkeluh kesah padaku. Nanti, aku sampaikan pada tua Xander. Aku akan mencarikan celah untuk membantumu.” ucap James, mencoba meyakinkan, sambil menepuk pundak gadis itu dengan lembut.

 Naomi menjatuhkan bahunya. Dia pikir James bisa membantunya, tapi ternyata tidak. Harapan yang sempat muncul kini pupus. Dia kembali terperangkap dalam situasi yang tidak nyaman ini.

 “Sudahlah. Tidak apa-apa, James. Mungkin karena aku belum terbiasa saja dengan sikap Tuan Xander yang sedikit di luar nalar,” ucap Naomi dengan wajah cemberut, mencoba menutupi kekesalannya.

 Kata 'sedikit di luar nalar' adalah cara sopan untuk mengatakan 'sangat menjengkelkan'.

 James terbahak. Tawanya tak bisa lagi dia tahan, memenuhi ruangan. Kali ini James yakin, Xander sudah melakukan sesuatu pada Naomi, sesuatu yang membuat gadis ini jengkel namun tidak membuatnya menyerah.

 Jika dulu karyawan lain yang diperlakukan sedikit di luar nalar seperti ini oleh Xander, mereka langsung mengundurkan diri dan tidak tahan. Tapi, tidak dengan Naomi. Gadis ini unik. Dia punya daya tahan yang tak biasa.

 “Mau aku antar pulang?” tanya James dengan tawanya yang masih tersisa. Dia merasa senang bisa bertemu orang yang bisa 'melawan' Xander.

 “Apa tidak merepotkanmu nanti?” jawab Naomi ragu.

 Kebetulan Naomi memang tidak punya uang sepeser pun sekarang, untuk sekedar naik taksi atau transportasi umum lainnya. Uang yang tadi pagi dia berikan pada Xander adalah satu-satunya uang tunai yang dia miliki.

 “Tidak sama sekali. Ayo!” ajak James, senyumnya mengembang. Dia senang bisa membantu dan menjalin pertemanan baru.

 “Tapi aku mau ke rumah sakit, James.” Naomi menggigit bibirnya, berharap James tidak menolak. Naomi harus menjenguk ibunya, itu prioritas utamanya setelah bekerja.

 “Kemanapun tuan putri mau pergi, saya siap mengantarnya,” ucap James sambil menggoda Naomi, membungkuk sedikit seperti seorang pelayan.

 “Apa-apaan kamu, James. Awas nanti ada yang salah paham,” Naomi terkekeh, ia mengikuti langkah James yang sudah lebih dulu di depannya.

 Mereka berjalan menuju parkiran.

 Clara yang kebetulan juga menuju ke arah yang sama, menghentikan langkahnya. Matanya menyipit melihat Naomi dan James berjalan beriringan, James bahkan membuka pintu mobil untuk Naomi.

 “James dan karyawan baru itu mau kemana?” gumam Clara, bibirnya membentuk garis tipis, menyimpan rasa penasaran bercampur sedikit cemburu. Dia merasa posisi strategisnya sebagai karyawan teladan Xander kini terancam.

 —

 “Terima kasih sudah mengantarku, James.” Naomi turun dari mobil dengan wajah tampak lega.

 Dia menatap gedung rumah sakit yang menjulang tinggi di depannya. Begitupun dengan James, menghampiri Naomi dan berdiri di sampingnya.

 “Apa aku perlu masuk juga?” tanya pria itu, menoleh ke arah lobi rumah sakit. Dia ingin memastikan Naomi aman.

 “Hei, tidak perlu. Kamu pasti sibuk, bukan?” Naomi menolak dengan halus. “Lagipula, ini cuma kunjungan rutin. Jangan sampai aku merepotkanmu terus.”

 “Ya begitulah. Menjadi asisten Xander membuatku tidak bisa mengencani wanita dengan benar,” ucap James, dengan nada dibuat-buat sedih. Dia mengedipkan mata pada Naomi. “Masuklah, aku akan segera pergi. Semoga ibumu lekas sembuh.”

 Naomi melambaikan tangan saat mobil James meninggalkan area rumah sakit. Dia menghela napas panjang, lalu masuk ke menuju lobi.

 Naomi berjalan menelusuri lorong rumah sakit yang sepi, pikirannya kembali berputar pada kejadian memalukan di kantor tadi. Sentuhan Xander di dadanya... pertanyaan tentang keperawanannya... dan kontrak jebakan itu.

 Semuanya terasa begitu nyata, membuat hatinya dipenuhi amarah.

 “Argh, memalukan sekali!” Naomi mengacak-acak rambutnya frustasi. “Sialan Xander itu!”

 “Xander Frederick, lihat saja jika kamu berani melakukan itu lagi. Aku akan menghabisimu, dasar b4jingan mezum!” ia bersumpah dalam hati.

 Tanpa sengaja, karena terlalu sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk, Naomi menabrak seseorang. Tubuhnya sedikit terhuyung.

 Naomi lalu menyentuh keningnya yang terasa sakit. Dia mendongak dengan mata terpejam.

 “Apa aku baru saja menabrak tembok? Keras sekali,” gumamnya pelan, masih setengah sadar.

 “Maafkan aku, Nona manis. Apa kamu baik-baik saja?” tanya pria itu. Suaranya terdengar dalam dan menenangkan, seperti melodi yang menyejukkan.

 “Tidak, Tuan, ini salahku. Aku yang seharusnya minta maaf.” Naomi membuka mata, hendak meminta maaf lebih jauh.

 Naomi kaget saat menatap pria yang jauh lebih tinggi darinya itu.

 Seorang pria tampan berdiri di hadapannya. Wajah pria itu seperti pahatan dewa, sempurna tanpa cela. Rahang tegas, hidung mancung, bibir penuh yang sedikit menyunggingkan senyum tipis, dan mata tajam yang menatapnya intens, seolah membaca setiap detail di jiwanya. Aura karismatik memancar kuat dari dirinya.

 “Oh my God! Apa dia seorang malaikat? Dia sangat tampan dan rasanya aku ingin pingsan,” gumam Naomi dalam hatinya. Dia terpukau.

 Ini adalah ketampanan yang berbeda dari Xander, lebih lembut, namun tetap memikat.

 “Tapi tunggu, kenapa aku seperti pernah ditatap seperti ini sebelumnya?” Naomi meneguk ludahnya susah payah.

 Tatapan yang sama, mirip sekali dengan Xander. Sorot mata yang tajam, dingin, namun entah mengapa, terasa ada kehangatan tersembunyi. Seolah ia sedang melihat Xander, namun dalam versi yang sedikit berbeda, lebih tenang, lebih dewasa, dan memancarkan aura yang berbeda.

 “Dia siapa?” lirihnya.

 Jantung Naomi berdegup kencang, firasat aneh menyelimuti dirinya. Siapakah pria ini? Dan mengapa dia begitu mirip dengan Xander?

Terpopuler

Comments

partini

partini

di bikin drama cemburu Thor teh next episode,,

2025-08-04

0

Opi Sofiyanti

Opi Sofiyanti

because he is his brother.... 😂😂😂😂😂😂😂

2025-08-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Awal Pertemuan
2 Bab. 2 Apa Kamu Masih Per4wan?
3 Bab. 3 Resmi Menjadi Sekertaris Pribadi
4 Bab. 4 Lepaskan Kemejamu!
5 Bab. 5 Dejavu
6 Bab. 6 Dokter Tampan
7 Bab. 7 Memberi Seorang Cucu
8 Bab. 8 Pria M3sum?
9 Bab. 9 Ancaman Xander
10 Bab. 10 Bukan Bayi Lagi
11 Bab. 11 Xander Yang Modus
12 Bab. 12 Jiwa Misquen Meronta
13 Bab. 13 Ya, Cantik!
14 Bab. 14 Dia Belok?
15 Bab. 15 Cium4n Pertama
16 Bab. 16 Buatkan Aku Kopi!
17 Bab. 17 Kelinci Percobaan
18 Bab. 18 Bos Iblis
19 Bab. 19 Alergi Makanan
20 Bab. 20 Menginaplah
21 Bab. 21 Pikiran Kotor
22 Bab. 22 Lama-lama Ngelunjak!
23 Bab. 23 Aku Pria Normal!
24 Bab. 24 Apa Itu Pentungan?
25 Bab. 25 Jatuh Cinta
26 Bab. 26 Membuatmu Menjerit
27 Bab. 27 Kedatangan Daddy Nathan
28 Bab. 28 Kepergok
29 Bab. 29 Kalian Harus Menikah
30 Bab. 30 Tukang Sosor!
31 Bab. 31 Mau Cucu
32 Bab. 32 Ibu Panti Meninggal
33 Bab. 33 Pembawa Sial
34 Bab. 34 Berdebat
35 Bab. 35 Pingsan
36 Bab. 36 Sogokan
37 Bab. 37 Rumah Ibu Mertua
38 Bab. 38 Gigitan
39 Bab. 39 Snowy Hilang?
40 Bab. 40 Gadisku
41 Bab. 41 Berhasil Melarikan Diri
42 Bab. 42 Menikah Besok!
43 Bab. 43 Bocah Tetaplah Bocah!
44 Bab. 44 Menikah
45 Bab. 45 Adu Mulut
46 Bab. 46 Tanda Kepemilikan
47 Bab. 47 Ditolak Lagi
48 Bab. 48 Obat P3rangsang
49 Bab. 49 Akhirnya Gol Juga
50 Bab. 50 Gigitan Nyamuk
51 Bab. 51 Balasan Tawa
52 Bab. 52 Keributan Dikantor
53 Bab. 53 Makan Siang Di Ranjang
54 Bab. 54 Dipaksa Menikah
55 Bab. 55 Keputusan
56 Bab. 56 Mual
57 Bab. 57
58 Bab. 58 Wanita Gatal
59 Bab. 59 Jadi Ayah
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab. 1 Awal Pertemuan
2
Bab. 2 Apa Kamu Masih Per4wan?
3
Bab. 3 Resmi Menjadi Sekertaris Pribadi
4
Bab. 4 Lepaskan Kemejamu!
5
Bab. 5 Dejavu
6
Bab. 6 Dokter Tampan
7
Bab. 7 Memberi Seorang Cucu
8
Bab. 8 Pria M3sum?
9
Bab. 9 Ancaman Xander
10
Bab. 10 Bukan Bayi Lagi
11
Bab. 11 Xander Yang Modus
12
Bab. 12 Jiwa Misquen Meronta
13
Bab. 13 Ya, Cantik!
14
Bab. 14 Dia Belok?
15
Bab. 15 Cium4n Pertama
16
Bab. 16 Buatkan Aku Kopi!
17
Bab. 17 Kelinci Percobaan
18
Bab. 18 Bos Iblis
19
Bab. 19 Alergi Makanan
20
Bab. 20 Menginaplah
21
Bab. 21 Pikiran Kotor
22
Bab. 22 Lama-lama Ngelunjak!
23
Bab. 23 Aku Pria Normal!
24
Bab. 24 Apa Itu Pentungan?
25
Bab. 25 Jatuh Cinta
26
Bab. 26 Membuatmu Menjerit
27
Bab. 27 Kedatangan Daddy Nathan
28
Bab. 28 Kepergok
29
Bab. 29 Kalian Harus Menikah
30
Bab. 30 Tukang Sosor!
31
Bab. 31 Mau Cucu
32
Bab. 32 Ibu Panti Meninggal
33
Bab. 33 Pembawa Sial
34
Bab. 34 Berdebat
35
Bab. 35 Pingsan
36
Bab. 36 Sogokan
37
Bab. 37 Rumah Ibu Mertua
38
Bab. 38 Gigitan
39
Bab. 39 Snowy Hilang?
40
Bab. 40 Gadisku
41
Bab. 41 Berhasil Melarikan Diri
42
Bab. 42 Menikah Besok!
43
Bab. 43 Bocah Tetaplah Bocah!
44
Bab. 44 Menikah
45
Bab. 45 Adu Mulut
46
Bab. 46 Tanda Kepemilikan
47
Bab. 47 Ditolak Lagi
48
Bab. 48 Obat P3rangsang
49
Bab. 49 Akhirnya Gol Juga
50
Bab. 50 Gigitan Nyamuk
51
Bab. 51 Balasan Tawa
52
Bab. 52 Keributan Dikantor
53
Bab. 53 Makan Siang Di Ranjang
54
Bab. 54 Dipaksa Menikah
55
Bab. 55 Keputusan
56
Bab. 56 Mual
57
Bab. 57
58
Bab. 58 Wanita Gatal
59
Bab. 59 Jadi Ayah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!