BAB 5. NYONYA GANGGUAN MENTAL.

Dua perempuan melangkah mendekat, yang satu paruh baya, yang satunya lagi sebaya dengan Kania dan Melli.

“Apa kamu mengenal mereka?” bisik Melli pada Kania.

Kania mengangguk pelan.

Kedua perempuan itu tak lain dan tak bukan Elizabeth dan Tamara. Tanpa banyak bicara, mereka menggeser Kania dan Melli, lalu berteriak memanggil pelayan untuk segera membungkus baju-baju yang ada di dalam lemari kaca.

Bukan Melli namanya kalau semudah itu mengalah. Dengan cepat, ia membalas mendorong, membuat kedua perempuan itu terjerembap di atas tumpukan baju.

Suara tawa pun pecah dari sudut-sudut toko, menertawakan Elizabeth dan Tamara yang kini tertimbun pakaian.

Wajah Elizabeth memerah menahan amarah. Belum pernah ada yang berani mempermalukan ia seperti itu, apalagi di depan banyak orang.

Dengan langkah cepat, ia mendekati Melli, tangan terangkat siap menampar. Sayang baginya, Melli lebih sigap menangkap pergelangan tangan itu, memutarnya dengan cekatan, lalu mendorong mundur.

Sekali lagi Elizabeth terjatuh.

Tamara segera membantu perempuan paruh baya itu bangkit, wajahnya menegang menahan sakit.

“Entah dari kebun binatang mana gorila ini lepas, tenaganya begitu kuat sampai-sampai ibu tidak sanggup menahannya."

Mau tak mau, Elizabeth dan Tamara memilih mundur. Mereka tahu, selama Melli ada di samping Kania, tak ada kesempatan untuk menyakiti atau mempermalukan gadis itu.

Sebelum pergi, Elizabeth melontarkan ancaman, memastikan bahwa perhitungan antara mereka belum selesai dan akan segera terulang.

Setelah Elizabeth dan Tamara pergi, Melli memanggil pelayan untuk membungkus baju yang tersimpan rapi dalam lemari kaca.

Meski harganya cukup mahal, Melli tak ragu membeli semua itu sebagai kenang-kenangan untuk Kania.

Setelah menyelesaikan Pembayaran, keduanya melangkah keluar dari dalam toko dan kembali ke rumah.

***********************************

Pagi kembali menyapa. Kania dan Melli sudah siap berangkat.

Hari itu, mereka berencana menemui Bibi Ana, bibi Melli yang bekerja sebagai pelayan di sebuah mansion mewah.

Tas dan koper Kania sudah terpasang rapi di atas motor. Setelah memastikan semuanya siap, keduanya segera melaju meninggalkan rumah.

Tak butuh waktu lama, tiba juga mereka di depan sebuah rumah besar, rumah para bangsawan yang berdiri megah di pinggiran kota. Halamannya luas, dengan taman terawat, beberapa pelayan dan tukang kebun bekerja, serta penjaga bertubuh tinggi besar yang berpatroli bersama anjing-anjing penjaga.

Saling dorong antara Kania dan Melli di depan gerbang memancing keributan kecil membuat seorang penjaga menghampiri dan meminta mereka pergi.

Melli yang gugup berusaha menjelaskan tujuan kedatangan mereka. Mendengar nama bi Ana, penjaga itu langsung mengerti, lalu mengeluarkan ponselnya.

Tak lama, muncullah seorang perempuan paruh baya berlari kecil menghampiri mereka.

Melli memperkenalkan Kania, lalu berbicara serius dengannya, berusaha meyakinkan bi Ana kalau Kania bisa dipercaya.

Walau ragu, Bibi Ana akhirnya mengizinkan Kania masuk, sedangkan Melli harus tetap di luar. Tatapan Melli mengandung kesedihan. Ia tahu, dengan penjagaan seketat itu, ia tidak akan bisa menemui Kania sesuka hati.

Setelah sosok bi Ana dan Kania menghilang, Melli putar balik lalu pergi.

Di dalam mansion, Kania dibawa menuju kamar para pelayan, deretan ruangan yang saling berhadapan, masing-masing berukuran tujuh kali tujuh meter.

“Ini kamarmu,” kata Bibi Ana, saat mereka berdiri di depan pintu ruangan paling pojok.

Setelah menyimpan barang-barangnya, Kania dipanggil kembali. Bibi Ana mulai menjelaskan peraturan dan tugasnya.

“Satu hal yang harus kamu ingat, jangan pernah masuk ke ruangan tuan apalagi menyentuh barang-barangnya tanpa izin. Semua pelayan di sini pun melakukan hal yang sama.” ucap tegas bi Ana.

Kania mengangguk patuh. Dari arah pintu, seorang pelayan masuk membawa seragam khusus bagi pelayan mansion.

Bibi Ana mengajak Kania berkeliling mansion, sambil memperkenalkan seluk-beluk dan setiap ruangan yang mereka lewati. Langkah mereka terhenti di depan sebuah kamar yang ukurannya jauh lebih besar dibanding kamar-kamar lain di mansion itu.

Kreek…

Bibi Ana membuka pintu dengan hati-hati. Di dalam, seorang perempuan tua duduk di kursi roda, menatap keluar jendela dengan tatapan kosong namun penuh makna. Usianya mungkin sudah mendekati sembilan puluh tahun, dengan rambut putih panjang yang berkilau indah diterpa sinar mentari pagi. Ia tidak bergerak sedikit pun, matanya terpaku menembus kaca, mengamati kawanan rusa yang tengah asyik menyantap rumput di taman yang luas.

“Itu Nyonya Marlin, pemilik mansion ini,” bisik Bibi Ana. “Beliau sedikit mengalami gangguan mental. Sesekali mengamuk dan melukai orang di sekitarnya. Banyak suster dan pelayan yang berhenti karena tak tahan menghadapi beliau."

Bibi Ana mendekat dengan hati-hati.

“Selamat pagi, Nyonya. Bagaimana kabar Anda hari ini?” sapanya lembut.

Nyonya Marlin tetap diam, hanya kelopak matanya yang bergerak.

“Kenalkan, ini Kania, pelayan baru kita, Dia akan membantu memenuhi kebutuhan Anda nantinya.” lanjut bi Ana.

Kania membungkuk sopan. Nyonya Marlin melirik sekilas, lalu kembali memandang ke luar.

“Lakukan tugasmu dengan baik. Jangan membuat beliau stress dan satu lagi jangan lupa beri kabar padaku jika terjadi sesuatu." Pesan bi Ana sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.

Untuk kesekian kalinya Kania mengangguk.

Sepeninggalan bi Ana, Kania duduk di kursi, ikut memandangi kawasan rusa yang ada di taman.

“Kamu… tidak takut padaku?” suara berat itu mengejutkan Kania.

Kania menoleh, lalu tersenyum. Nyonya Marlin pun tersenyum tipis, kemudian memutar kursi rodanya. Kania cepat berdiri, mendorong kursi roda ke pembaringan dan Membantu berbaring di pembaringan.

Di luar kamar, beberapa pelayan tengah bersantai sambil berbincang.

“Aku beri waktu satu hari. Kalau dia bisa bertahan, aku traktir kalian makan sepuasnya. silahkan pilih restoran mana kalian inginkan." ucap seorang pelayan dengan percaya diri tinggi.

Suasana semakin ramai, setiap pelayang berlomba-lomba memasang taruhan mereka.

“Satu jam saja tidak ada teriakan dari perempuan itu maka, gajiku sebulan ini kalian ambil,” tantang yang lain.

Para pelayan sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Setiap perawat dan pelayan yang ditugaskan menjaga nyonya Marlin, biasanya tak betah lama tinggal di kamar nyonya besar itu.

Betul firasat mereka. Belum juga semua pelayan sempat memasang taruhan, tiba-tiba terdengar jeritan Kania yang memecah keheningan dari arah kamar Nyonya Marlin.

Penghuni mansion pun berlarian menuju kamar Nyonya Marlin, bergegas memastikan kondisi Kania.

Episodes
1 BAB 1. HARI NAAS KANIA.
2 BAB 2. RENCANA MELLI
3 BAB 3. TUAN BRAM
4 BAB 4. LOWONGAN KERJA.
5 BAB 5. NYONYA GANGGUAN MENTAL.
6 BAB 6. PEREMPUAN SEKSI
7 BAB 7. KEDATANGAN TUAN MUDA.
8 BAB 8. SATU SYARAT.
9 BAB 9. RENCANA NYONYA MARLIN
10 BAB 10. HARI PERNIKAHAN
11 BAB 11. PEREMPUAN DALAM POTO
12 BAB 12. PENDERITAAN KANIA.
13 BAB 13. PENYIKSAAN TUAN BRAM
14 BAB 14. RENCANA BURUK APA LAGI.
15 BAB 15. SATU KECUPAN
16 BAB 16. PESTA BESAR
17 BAB 17. MERENGGUT MAHKOTA
18 BAB 18 . PERMAINAN KANIA
19 BAB 19. BINGKISAN KECIL.
20 BAB 20. RENCANA JAHAT KELUARGA HERMAN.
21 BAB 21. TUGAS PERTAMA
22 BAB 22. WARRIOR GRUB
23 BAB 23. AKU MENCINTAIMU SEJAK PERTAMA AKU MELIHATMU.
24 BAB 24. IDE GILA.
25 BAB 25. KEBOHONGAN IBU MEGA.
26 BAB 26. ATURAN TIDAK MASUK AKAL
27 BAB 27. MENGGODA TUAN BRAM.
28 BAB 28. APA TUAN BISA MEMBUNUH PERASAANKU?
29 BAB 29. KEUSILAN TUAN BRAM
30 BAB 30. TERATAI GRUB.
31 BAB 31. LELANG DIMULAI.
32 BAB 32. BABAK PERTAMA DI MULAI.
33 BAB 33. BABAB KE DUA.
34 BAB 34. KEHADIRAN DUA ORANG MISTERIUS.
35 BAB 35. VOTING.
36 BAB 36. BABAK FINAL.
37 BAB 37. KEMARAHAN HERMAN
38 BAB 38. SURAT PERJANJIAN.
39 BAB 39. KUYANG.
40 BAB 40. TUAN SAYANG.
41 BAB 41. PEMBUAT ONAR
42 BAB 42. KEDATANGAN MELLI.
43 BAB 43. SALON.
44 BAB 44. PESTA BESAR
45 BAB 45. KALAH DEBAT.
46 BAB 46. ANCAMAN TUAN BRAM.
47 BAB 47. PIL
48 BAB 48. KEGELISAHAN KANIA
49 BAB 49. PRIA TAMPAN.
50 BAB. 50. ANCAMAN YULIA.
51 BAB 51. MENGHADAP TUAN BRAM
52 BAB 52. PERTEMUAN BRAM DAN DIRGA.
53 BAB 53. FOTO KANAYA
54 BAB 54. TAMPARAN KERAS KANIA.
55 BAB 55. PANIK.
56 BAB 56. PERUBAHAN SIKAP TUAN BRAM.
57 BAB 57. DILEMA BESAR TUAN BRAM
58 BAB 58. MENGGANTIKAN POSISI KANIA.
59 BAB 59. RAPAT DI MULAI.
60 BAB 60. MENGERJAI MELLI
61 BAB 61. KEDATANGAN ALBERT KE MANSION.
62 BAB 62. PROYEK BERMASALAH.
63 BAB 63. KEKUATAN KANIA.
64 BAB 64. KEPANIKAN HERMAN
65 BAB 65. ORANG MISTERIUS.
66 BAB 66. BI LINA.
67 BAB 67. MOHON PAMIT.
68 BAB 68. MALAM TERAKHIR.
69 BAB 69. MENIKMATI MOMENT TERAKHIR.
70 BAB 70. HARI YANG TELAH DI TENTUKAN.
71 BAB 70. KEBOHONGAN TUAN ALBERT.
72 BAB 71. KONTRAKAN BARU MELLY.
73 BAB 72. MENCARI KANIA.
74 BAB 74. PENCARIAN KANIA.
75 BAB 75. HAMIL.
76 BAB 76. NYONYA MARLIN DI LARIKAN KE RUMAH SAKIT
77 BAB 77. KANIA DI CULIK.
Episodes

Updated 77 Episodes

1
BAB 1. HARI NAAS KANIA.
2
BAB 2. RENCANA MELLI
3
BAB 3. TUAN BRAM
4
BAB 4. LOWONGAN KERJA.
5
BAB 5. NYONYA GANGGUAN MENTAL.
6
BAB 6. PEREMPUAN SEKSI
7
BAB 7. KEDATANGAN TUAN MUDA.
8
BAB 8. SATU SYARAT.
9
BAB 9. RENCANA NYONYA MARLIN
10
BAB 10. HARI PERNIKAHAN
11
BAB 11. PEREMPUAN DALAM POTO
12
BAB 12. PENDERITAAN KANIA.
13
BAB 13. PENYIKSAAN TUAN BRAM
14
BAB 14. RENCANA BURUK APA LAGI.
15
BAB 15. SATU KECUPAN
16
BAB 16. PESTA BESAR
17
BAB 17. MERENGGUT MAHKOTA
18
BAB 18 . PERMAINAN KANIA
19
BAB 19. BINGKISAN KECIL.
20
BAB 20. RENCANA JAHAT KELUARGA HERMAN.
21
BAB 21. TUGAS PERTAMA
22
BAB 22. WARRIOR GRUB
23
BAB 23. AKU MENCINTAIMU SEJAK PERTAMA AKU MELIHATMU.
24
BAB 24. IDE GILA.
25
BAB 25. KEBOHONGAN IBU MEGA.
26
BAB 26. ATURAN TIDAK MASUK AKAL
27
BAB 27. MENGGODA TUAN BRAM.
28
BAB 28. APA TUAN BISA MEMBUNUH PERASAANKU?
29
BAB 29. KEUSILAN TUAN BRAM
30
BAB 30. TERATAI GRUB.
31
BAB 31. LELANG DIMULAI.
32
BAB 32. BABAK PERTAMA DI MULAI.
33
BAB 33. BABAB KE DUA.
34
BAB 34. KEHADIRAN DUA ORANG MISTERIUS.
35
BAB 35. VOTING.
36
BAB 36. BABAK FINAL.
37
BAB 37. KEMARAHAN HERMAN
38
BAB 38. SURAT PERJANJIAN.
39
BAB 39. KUYANG.
40
BAB 40. TUAN SAYANG.
41
BAB 41. PEMBUAT ONAR
42
BAB 42. KEDATANGAN MELLI.
43
BAB 43. SALON.
44
BAB 44. PESTA BESAR
45
BAB 45. KALAH DEBAT.
46
BAB 46. ANCAMAN TUAN BRAM.
47
BAB 47. PIL
48
BAB 48. KEGELISAHAN KANIA
49
BAB 49. PRIA TAMPAN.
50
BAB. 50. ANCAMAN YULIA.
51
BAB 51. MENGHADAP TUAN BRAM
52
BAB 52. PERTEMUAN BRAM DAN DIRGA.
53
BAB 53. FOTO KANAYA
54
BAB 54. TAMPARAN KERAS KANIA.
55
BAB 55. PANIK.
56
BAB 56. PERUBAHAN SIKAP TUAN BRAM.
57
BAB 57. DILEMA BESAR TUAN BRAM
58
BAB 58. MENGGANTIKAN POSISI KANIA.
59
BAB 59. RAPAT DI MULAI.
60
BAB 60. MENGERJAI MELLI
61
BAB 61. KEDATANGAN ALBERT KE MANSION.
62
BAB 62. PROYEK BERMASALAH.
63
BAB 63. KEKUATAN KANIA.
64
BAB 64. KEPANIKAN HERMAN
65
BAB 65. ORANG MISTERIUS.
66
BAB 66. BI LINA.
67
BAB 67. MOHON PAMIT.
68
BAB 68. MALAM TERAKHIR.
69
BAB 69. MENIKMATI MOMENT TERAKHIR.
70
BAB 70. HARI YANG TELAH DI TENTUKAN.
71
BAB 70. KEBOHONGAN TUAN ALBERT.
72
BAB 71. KONTRAKAN BARU MELLY.
73
BAB 72. MENCARI KANIA.
74
BAB 74. PENCARIAN KANIA.
75
BAB 75. HAMIL.
76
BAB 76. NYONYA MARLIN DI LARIKAN KE RUMAH SAKIT
77
BAB 77. KANIA DI CULIK.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!