Ray mengatur napasnya, di sebelahnya berdiri Agus dan Mira yang sedang mengatur napas mereka juga.
“Guru, latihannya terlalu berat!” Seru Mira sambil mengatur napasnya. Kata-katanya juga tidak teratur.
“Inilah yang namanya latihan berat, apa kalian tidak tahu?” Zon berkata dengan santai sambil menikmati teh yang dibuatnya sendiri.
Ray mengumpat dalam hatinya, berat sih berat, tapi ya tidak usah diminta mengelilingi gunung 2 kali!
“Kalian harus menempa tubuh kalian agar kuat, lebih lentur dari orang kebanyakan...” Ujar Zon santai.
“Kalau kalian tak bisa menyelesaikan latihan ini hari ini juga, aku takkan memberi kalian makan...” ujar Zon santai lalu meminum tehnya.
“Oi?!”
***
Dua bulan berlalu sejak Ray dan dua orang tak dikenalnya terjebak di dunia itu. Selama dua bulan itu Zon selalu memberi mereka latihan keras, yang kerasnya melebihi tembok rumah mereka di dunia asal mereka.
“Pukul pohon itu sampai pohon itu meninggalkan jejak pukulan!”
“Lari kelilingi pohon ini 100 kali!”
“Naik turun gunung 3 kali!”
Berbagai latihan keras diberikan oleh Zon pada mereka, tetapi Ray dan yang lainnya merasa tak kelelahan setelah melakukan semuanya.
“Itu karena latihan ini bisa membuat Mana kalian diatur dengan sendirinya...” ujar Zon.
“Setelah kalian bisa mendorong batu raksasa ini dengan tenaga kalian, barulah kalian boleh mempelajari manual yang dua bulan lalu aku berikan...” ujar Zon sambil menepuk batu yang ia duduki.
Manual yang diberikan oleh Zon bernama Nine Spirit Immortal Manual. Manual ini bisa membuat pemakainya memiliki Mana yang amat murni.
“Aku sendiri mempelajari manual ini dari seorang praktisi yang amat hebat...” ujar Zon lagi.
“Oh ya, apakah kita bisa belajar menggunakan senjata sekarang?” tanya Mira.
Zon mengangguk, “Tetapi latihan memakai senjata jauh lebih sulit karena kita harus bisa memahami senjata itu barulah kalian bisa menguasainya dengan mudah....”
Ray mengangguk, “Apa saja jenis senjata yang guru miliki?”
Zon terlihat berpikir lalu berkata, “Ada pedang, tombak, perisai, tongkat, cambuk, sabit, pisau, dan sarung tangan besi...”
“Aku akan memakai pedang!” Ray langsung menaikkan tangannya.
“Tongkat takkan membunuh siapapun...” Agus mengelus dagunya.
“Aku akan memakai sabit karena bisa menyerang dengan jangkauan yang luas...” Mira mengepalkan tangannya.
Mereka kini memiliki tujuan selain kembali ke dunia mereka, yaitu menjadi kuat secepatnya.
Keesokan harinya, Zon menuntun mereka menuju sebuah lapangan luas yang menurut Zon merupakan tempat yang kemarin menjadi lokasi bertarung dua makhluk yang ganas, yaitu Beast.
Ray tentu mendengar suara kebisingan di malam harinya dan juga tak menemukan gurunya di tempatnya tidur. Ray menguntitnya dan melihat kalau Zon sedang menghancurkan sebuah hutan.
“Disini kita akan berlatih senjata...” Zon lalu mengeluarkan tiga senjata, yaitu pedang, tongkat, dan sabit.
“Senjata memiliki tingkatannya masing-masing...” ujar Zon.
Ada enam tingkatan senjata, yaitu Simple, Mortal, Earth, Heaven, Myhtic, dan terakhir Immortal. Yang ada dihadapan Ray, Agus, dan Mira ini adalah tingkatan Simple.
“Aku akan menjauh dan kalian harus menunjukkan ketertarikan pada sebuah senjata...” ujar Zon lalu berjalan menjauh.
“Apa maksud guru?”
“Biasanya kalian harus memiliki sebuah ikatan pada sebuah senjata dan jika kalian memilikinya, kalian juga akan lebih mudah untuk menguasai sebuah senjata...”
“Caranya?” tanya Ray. Ia merasakan banyak sekali ketertarikan pada tiga senjata di depannya.
“Diam...”
“Maksudnya?” tanya Agus.
“Diam saja...”
“Jelaskan lebih detail lagi!” Mira mencoba menahan emosinya, gurunya ini betul-betul terlalu banyak bercandanya.
“Kubilang diam ya diam!”
***
Dua tahun berlalu dengan damai di hutan besar itu. Ray, Mira, Agus, dan Zon semakin memiliki ikatan yang dalam.
Membicarakan tentang tingkat praktik mereka, mereka sudah mencapai Self Forging tingkat ke-5 dan bisa mempelajari jurus elemen.
Jurus disini ada beberapa jenis, yaitu jurus senjata, jurus elemen, jurus tangan kosong, jurus ilusi, dan lain-lain.
Tetapi Zon sebagai Pendekar Jubah Merah hanya menguasai jurus senjata, jurus elemen, dan jurus tangan kosong.
“Aku sendiri memiliki elemen Api saja, jadi aku tak banyak memiliki jurus elemen, paling banyak aku akan menurunkan seluruh jurusku pada Ray ini...”
Penguasaan senjata Zon betul-betul tinggi, ia bisa memakai kesepuluh jarinya menjadi senjata yang mematikan.
Ray sendiri memilih pedang sebagai senjatanya, Mira memilih sabit, dan Agus memilih tongkat.
Tingkatan penguasaan senjata mereka juga tinggi, tetapi karena terlalu fokus mengumpulkan Mana membuat mereka tak bisa memiliki penguasaan senjata lebih tinggi lagi.
Selama dua tahun ini juga, ketiganya kadang pergi ke tengah hutan untuk mencari musuh, entah itu Beast ataupun para bandit.
Menurut Zon sendiri, para bandit ini kebanyakan memiliki tingkatan praktik Self Forging tingkat ke-2 sampai ke-5. Bisa dibilang kalau para bandit ini malas berlatih.
Sebab itulah Zon terkadang mengirim mereka untuk mencari informasi di desa terdekat tentang para bandit ini. Seperti hari ini.
“Hah, kalian tak bosan-bosannya membunuh bandit, ya?” tanya kepala desa di sana.
“Mau bagaimana lagi, kami kehabisan musuh di hutan Greenpeace.” Ujar Ray sambil menggaruk kepalanya dan tertawa kecil.
“Kehabisan musuh sih wajar, tapi kalian ini sampai menghabisi dua puluh kelompok bandit selama dua tahun ini...” kepala desa itu menepuk dahinya, bisa dibilang kalau hutan Greenpeace sudah bersih dari bandit kejam.
“Kalau tidak ada, kami pergi dulu...” ujar Ray lalu ia pergi bersama dua temannya. Bukan, tetapi dua teman sementaranya.
Mereka melompat ke atas pohon dan melesat menuju rumah sederhana buatan Zon.
“Guru, kami kembali...” ujar Mira lalu mengetuk pintunya.
Ada aturan aneh di rumah Zon. Zon memberitahu kalau rumahnya dipasangi segel misterius dan orang yang bisa membukanya hanya dirinya dan tiga muridnya.
Sebab itulah, setiap kembali dari berlatih bersama, Zon pasti akan mengetuk pintu sambil berkata, “Guru, aku kembali...” atau “Guru, kami kembali...”
Ray dan Mira terkadang serasa ingin tertawa melihat itu semua, ketika Zon yang membuat segelnya dan merupakan guru mereka tapi ia sendiri mengetuk pintu dan berkata kalau ia adalah murid Zon.
Tak ada jawaban, Ray memilih mengetuk pintu sambil berkata, “Guru, kami kembali...” lalu membuka pintu bersamaan dengan dua temannya.
Rumah itu kosong, tak ada siapapun. Ray berkeliling rumah itu, mencari gurunya ke segala sudut rumah itu.
Tetapi tak ada siapapun. Agus duduk di tempat mereka biasa duduk lalu berkata, “Mungkin guru mencari makan...”
Memang biasa kalau Zon pergi mencari makan di danau dekat rumah mereka itu, terkadang juga ke kebun liar yang isinya beberapa beri liar juga.
“Apa ini?” tanya Mira lalu mengambil sesuatu di atas tiga cincin besar.
Sebelumnya, Zon sudah mengajari mereka cara membaca huruf di dunia ini setelah Ray dan yang lainnya mengatakan kalau mereka adalah penduduk desa terbelakang di dunia ini.
Ray mengambil dari tangan Mira lalu membacanya.
“Untuk para murid tersayangku...
Saat kalian membaca surat ini, mungkin aku sudah pergi dari rumah ini. Yah, kalian jangan sedih atau bagaimanapun itu karena suatu saat aku pasti akan bertemu dengan kalian.
Aku ada sebuah panggilan untuk membantu dunia ini mempertahankan Aliran Putih. Meskipun aku tidak mau tapi aku berhasil dipojokkan dan dipaksa membantu.
Aku meninggalkan tiga cincin ini yang isinya adalah berbagai sumber daya untuk kalian berkembang. Gunakan dengan bijak dan teruskan latihan kalian di dunia luar hutan Greenpeace.
Dan juga, aku meninggalkan tiga pusaka sesuai dengan senjata yang kalian kuasai. Gunakan juga senjata yang kuberikan ini dengan bijak dan gunakan untuk mempertahankan kedamaian di dunia ini.
Itu saja pesan terakhir dari guru kalian, kuharap kalian bisa berkembang melebihiku suatu saat nanti, bukan tidak mungkin kalau kalian bisa menembus alam selanjutnya.
Sampai jumpa...
Salam,
Gurumu Zon...”
Fun Fact: Sebagai catatan, terdapat dua puluh kelompok bandit di hutan Greenpeace dan masing-masing kelompok itu beranggotakan 40-50 orang, termasuk pemimpin mereka. Ray menghabisi seluruh pimpinannya serta petinggi kelompok itu, sedangkan Agus menghabisi seperempat dari masing-masing kelompok dan Mira menghabisi separuh dari sisa-sisa kelompok itu. Ray akan menghabisi sisanya dan bisa dibilang kalau Ray adalah yang paling banyak membunuh para bandit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 418 Episodes
Comments
Sutikno 23
guru Zon tinggalkan 3 murid untuk bantu orang lain
2022-02-21
0
ARSY ALFAZZA
mantap 👍🏻
2021-12-12
1
Chou12999
Thor senjata jaman kuno kebanyakan pedang sama panah dan tombak ko gak ada panah gak populer kah
2021-09-18
0