Perjanjian Bab 4

Juragan Bahar pergi ke rumah Sri dengan kemarahan yang begitu besar, tentunya dia tidak datang sendiri ke sana. Dia membawa lima anak buahnya menuju rumah Sri, saat tiba di sana dia meminta anak buahnya untuk menendang pintu rumah Sri dengan sangat kasar.

Brak!

Pintu rumah itu sampai roboh, Sri yang sedang ada di ruang tengah menyuapi Sardi sampai begitu kaget. Dia dengan cepat melangkahkan kakinya menuju pintu utama dengan jantung yang berdebar dengan begitu kencang.

"Juragan Bahar? Kenapa anda datang dengan sangat tidak sopan?"

"Cih! Minggir!" ujar Juragan Bahar sambil mendorong bahu Sri.

Lalu, pria itu masuk ke dalam rumah Sri bersama dengan anak buahnya dan langsung berhenti ketika melihat Sardi yang ada di ruang tengah. Mereka menatap Sardi dengan penuh rasa kesal dan juga rasa jijik.

"Sialan kamu! Dasar pria yang tidak berguna! Aku hanya minta anakmu sebagai ganti pembayaran, tapi dia malah kamu biarkan pergi ke kota. Brengsek!" maki Juragan Bahar sambil menendang tubuh Sardi.

Sardi tentunya langsung kesakitan, tetapi dia tidak bisa berbicara. Hanya air mata yang mampu meluapkan rasa sakitnya, karena bukan hanya sekali tendangan yang dia dapatkan, tetapi beberapa kali.

Tubuh yang tidak berdaya itu bergerak ke kanan dan juga ke kiri, Sri yang melihat adiknya diperlakukan seperti itu langsung berlutut di hadapan juragan Bahar.

"Maaf, Juragan. Tini pergi ke kota untuk melunasi hutang kepada Juragan, dia bukan mau berlari dari tanggung jawab. Ini ada DP pembayaran untuk hutang Sardi, sisanya tolong kasih waktu untuk Tini melunasinya."

Sri lalu bangun dan mengambil surat tanah milik Sardi, lalu dia memberikannya kepada Juragan Bahar. Melihat Juragan Bahar yang begitu keras sikapnya, Sri merasa harus melawan dengan kelembutan. Karena orang kasar seperti itu tidak bisa diajak berdebat.

"Hanya ini?!" tanya Juragan Bahar dengan tidak puas.

Hutang Sardi sebenarnya tidak sampai sebesar itu, tetapi karena bunga yang terus berjalan dalam setiap bulannya, hutang pria itu menjadi menggunung.

"Ya, Juragan. Tapi kami janji akan membayar dengan mencicil," ujar Sri.

"Cih! Ini kalau saya kasih nilai tinggi juga paling hanya dua juta saja, masih kurang delapan juta. Tini hanya kerja jadi pembantu, mana sanggup dia melunasi?"

"Insya Allah bisa, Juragan. Karena jika Allah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini."

"Halah! Pakai bawa-bawa nama Tuhan segala, buktinya adik kamu saja sengsara hidupnya. Di mana yang namanya kuasa Tuhan itu? Tak ada, hanya ada uang yang berkuasa."

Bagi Juragan Bahar, sila pertama Pancasila bukan keTuhanan Yang maha Esa. Namun, keuangan yang berkuasa, karena uang memang tidak menjamin kebahagiaan. Namun, hidup tentunya membutuhkan uang.

"Ampun, Juragan. Tolong kasih kami kesempatan, kami tidak akan lari dari tanggung jawab."

Juragan Bahar tidak bisa berkata apa-apa, karena toh Tini sudah tidak ada lagi di kampung tersebut. Wanita itu sudah pergi ke kota, pasti akan sulit untuk mencari wanita itu di kota.

"Terserah, awas saja kalau dalam tiap bulannya tidak bayar tepat waktu."

"Pasti akan bayar tepat waktu, Juragan. Setiap kalau Tini gajian, pasti akan langsung dikirimkan kepada Juragan."

Juragan Bahar tidak berkata apa-apa lagi, dia langsung pergi dari sana. Tentunya sambil berjalan dia sambil melemparkan semua barang yang ada di hadapannya, Sri sampai hampir pingsan karena kaget.

"Duh Gusti! Kenapa dia galak sekali?" ujar Sri sambil membereskan semua barang yang sudah berantakan dan bahkan ada yang pecah.

Di kota.

Rustini baru saja masuk ke dalam rumah mewah dan juga megah, rumah itu sangat besar. Halamannya sangat luas, gerbangnya menjulang tinggi. Jika dilihat dari luar, rumah itu begitu sulit untuk dilihat.

Rustini merasa masuk ke dalam sangkar emas, indah sekali di rumah itu, tetapi seperti dipenjara. Rustini berharap kalau dia nantinya akan betah tinggal di sana.

"Masuklah ke ruang kerja tuan Jarwo," ujar pelayan bernama Sari sambil menunjuk pintu ruangan kerja milik Jarwo.

"Ya," ujar Rustini.

Rustini mengetuk pintu ruangan kerja itu, tak lama kemudian pintu itu terbuka. Nampaklah seorang pria berawakan tinggi besar yang kini berdiri tepat di hadapan Rustini, pria itu terlihat tampan tapi sangat dingin.

"Masuklah!" ujarnya sambil membuka pintu itu dengan lebar.

"Iya, Tuan"

Rustini masuk ke dalam ruangan itu, Jarwo langsung menutup pintunya dengan rapat. Lalu, dia mengajak Rustini untuk duduk di kursi kayu yang ada di ruangan tersebut.

"Kamu yang datang untuk menjadi pembantu di rumah saya?"

"Ya, Tuan."

"Sudah tahu apa tugas kamu di rumah ini?"

"Be--- belum, Tuan."

"Kalau untuk gaji, kamu sudah tahu akan digaji berapa?"

Rustini sempat mendengar dari Sri kalau gajinya lumayan besar, setara dengan gaji UMR. Namun, dia tidak mau mengatakan apa-apa karena takut salah. Rustini akhirnya menggelengkan kepalanya, Jarwo lalu kembali bersuara.

"Gaji yang akan kamu dapatkan bisa tiga kali lipat dari biasanya, asal kamu mau menandatangani perjanjian yang sudah saya buat." Jarwo melemparkan map berisikan perjanjian kepada Rustini.

Rustini kaget mendengar besaran gaji yang akan dia dapat, tetapi dia juga lebih kaget lagi mendengar tentang apa yang dikatakan oleh Jarwo.

"Jadi pembantu saja harus menandatangani surat perjanjian segala ya, Tuan?"

"Harus, harus ada perjanjian yang kita buat sebelum kamu bekerja, baca saja. Kalau ada yang tidak kamu setujui, kamu bisa mengajukan penawaran."

"Oh, oke."

Rustini membaca lembaran kertas yang diberikan oleh Jarwo, dia membacanya dengan seksama dan satu persatu sampai barisan terakhir. Saat membaca dua syarat terakhir yang diajukan oleh Jarwo, mata Rustini sampai membulat dengan sempurna.

"Apa ini maksudnya? Saya harus menikah siri dengan anda? Saya harus menyusui?"

Rustini pergi ke kota untuk menjadi pembantu, dia ingin melunasi hutang ayahnya. Bukan untuk menikah dengan pria yang tidak dia kenal, apalagi sampai harus menyusui.

Terpopuler

Comments

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

ambigu nih di kalimat menyusui 🤣🤣🤣🤣

2025-08-08

1

Siti Yatmi

Siti Yatmi

miara tuyul kali yah..kan kudu nyusuin. .ih serem...jgn mau lah..mati yg ada..

2025-08-21

0

FiaNasa

FiaNasa

apakah si Jarwo pelihara tuyul.kok.ada perjanjian menyusui

2025-08-08

0

lihat semua
Episodes
1 Perjanjian Bab 1
2 Perjanjian Bab 2
3 Perjanjian Bab 3
4 Perjanjian Bab 4
5 Perjanjian Bab 5
6 Perjanjian Bab 6
7 Perjanjian Bab 7
8 Perjanjian Bab 8
9 Perjanjian Bab 9
10 Perjanjian Bab 10
11 Perjanjian Bab 11
12 Perjanjian Bab 12
13 Perjanjian Bab 13
14 Perjanjian Bab 14
15 Perjanjian Bab 15
16 Perjanjian Bab 16
17 Perjanjian Bab 17
18 Perjanjian Bab 18
19 Perjanjian Bab 19
20 Perjanjian Bab 20
21 Perjanjian Bab 21
22 Perjanjian Bab 22
23 Perjanjian Bab 23
24 Perjanjian Bab 24
25 Perjanjian Bab 25
26 Perjanjian Bab 26
27 Perjanjian Bab 27
28 Perjanjian Bab 28
29 Perjanjian Bab 29
30 Perjanjian Bab 30
31 Perjanjian Bab 31
32 Perjanjian Bab 32
33 Perjanjian Bab 33
34 Perjanjian Bab 34
35 Perjanjian Bab 35
36 Perjanjian Bab 36
37 Perjanjian Bab 37
38 Perjanjian Bab 38
39 Perjanjian Bab 39
40 Perjanjian Bab 40
41 Perjanjian Bab 41
42 Perjanjian Bab 42
43 Perjanjian Bab 43
44 Perjanjian Bab 44
45 Perjanjian Bab 45
46 Perjanjian Bab 46
47 Perjanjian Bab 47
48 Perjanjian Bab 48
49 Perjanjian Bab 49
50 Perjanjian Bab 50
51 Perjanjian Bab 51
52 Perjanjian Bab 52
53 Perjanjian Bab 53
54 Perjanjian Bab 54
55 Perjanjian Bab 55
56 Perjanjian Bab 56
57 Perjanjian Bab 57
58 Perjanjian Bab 58
59 Perjanjian Bab 59
60 Perjanjian Bab 60
61 Perjanjian Bab 61
62 Perjanjian Bab 62
63 Perjanjian Bab 63
64 Perjanjian Bab 64
65 Perjanjian Bab 65
66 Perjanjian Bab 66
67 Perjanjian Bab 67
68 Perjanjian Bab 68
69 Perjanjian Bab 69
70 Perjanjian Bab 70
71 Perjanjian Bab 71
72 Perjanjian Bab 72
73 Perjanjian Bab 73
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Perjanjian Bab 1
2
Perjanjian Bab 2
3
Perjanjian Bab 3
4
Perjanjian Bab 4
5
Perjanjian Bab 5
6
Perjanjian Bab 6
7
Perjanjian Bab 7
8
Perjanjian Bab 8
9
Perjanjian Bab 9
10
Perjanjian Bab 10
11
Perjanjian Bab 11
12
Perjanjian Bab 12
13
Perjanjian Bab 13
14
Perjanjian Bab 14
15
Perjanjian Bab 15
16
Perjanjian Bab 16
17
Perjanjian Bab 17
18
Perjanjian Bab 18
19
Perjanjian Bab 19
20
Perjanjian Bab 20
21
Perjanjian Bab 21
22
Perjanjian Bab 22
23
Perjanjian Bab 23
24
Perjanjian Bab 24
25
Perjanjian Bab 25
26
Perjanjian Bab 26
27
Perjanjian Bab 27
28
Perjanjian Bab 28
29
Perjanjian Bab 29
30
Perjanjian Bab 30
31
Perjanjian Bab 31
32
Perjanjian Bab 32
33
Perjanjian Bab 33
34
Perjanjian Bab 34
35
Perjanjian Bab 35
36
Perjanjian Bab 36
37
Perjanjian Bab 37
38
Perjanjian Bab 38
39
Perjanjian Bab 39
40
Perjanjian Bab 40
41
Perjanjian Bab 41
42
Perjanjian Bab 42
43
Perjanjian Bab 43
44
Perjanjian Bab 44
45
Perjanjian Bab 45
46
Perjanjian Bab 46
47
Perjanjian Bab 47
48
Perjanjian Bab 48
49
Perjanjian Bab 49
50
Perjanjian Bab 50
51
Perjanjian Bab 51
52
Perjanjian Bab 52
53
Perjanjian Bab 53
54
Perjanjian Bab 54
55
Perjanjian Bab 55
56
Perjanjian Bab 56
57
Perjanjian Bab 57
58
Perjanjian Bab 58
59
Perjanjian Bab 59
60
Perjanjian Bab 60
61
Perjanjian Bab 61
62
Perjanjian Bab 62
63
Perjanjian Bab 63
64
Perjanjian Bab 64
65
Perjanjian Bab 65
66
Perjanjian Bab 66
67
Perjanjian Bab 67
68
Perjanjian Bab 68
69
Perjanjian Bab 69
70
Perjanjian Bab 70
71
Perjanjian Bab 71
72
Perjanjian Bab 72
73
Perjanjian Bab 73

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!