Dia Suamiku!!!

Dia Suamiku!!!

Perjodohan

Di pagi hari yang cerah ini, di mana pancaran sinar matahari yang menerobos masuk melalui sela-sela jendela sama sekali tidak membuat seseorang yang sedang terlelap di bawah selimutnya tak bergeming, walaupun ia sudah di bangunkan beruIang kali ia masih saja asik menyusuri alam mimpinya yang indah itu.

"Davina ayo bangun, ini sudah siang. Kamu nggak kuliah?" tanya Yuli mamahnya sambil menepuk-nepuk pipi putrinya.

"Lima menit lagi mah, masih ngantuk." jawabnya masih memejamkan mata.

"Yakin, lima menit lagi? Ini tuh udah jam 07:30 Davina. Nanti telat loh!" mamahnya sambil menunjukan jam yang berada di atas nakas.

Seketika itu Davina langsung bangun untuk pergi ke kamar mandi dan segera bersiap siap. Ia akan segera pergi ke Kampus karena ia ada kelas di pagi hari.

Setelah selesai bersiap siap ia segera turun. Terlihat Papah, Mamah dan Diandra adiknya sedang memakan sarapannya. Davina segera menghabiskan segelas susu lalu pergi.

"Davina, habiskan dulu sarapannya. Nanti kamu kelaparan." ucap Mamahnya dengan sedikit berteriak karna Davina terburu buru.

"Nggak sempet Mah, udah telat nih." ucapnya sambil merogoh kedalam tasnya mencari kunci mobil.

"Davina, tunggu dulu. Papah mau bicara sama kamu." panggil Papahnya, yang dipanggil tetap sibuk mencari kunci mobil.

"Kamu, nggak bakal nemuin kunci itu di dalam tas mu itu. Karna kunci mobilmu ada di tangan Papah." sambung Agung sambil memperlihatkan kunci tersebut.

Davina lalu menghampiri Papahnya, berniat meminta kembali kuncinya.

"Kesiniin kuncinya Pah, Davina udah telat." ucapnya seraya menampilkan ekspresi memelas.

"Dengarkan dulu. Nanti malam ada kolega Papah yang diundang buat makan malam di sini. Kamu harus ikut menemani kami. Jadi jangan keluyuran sama teman-temanmu itu." ucapnya sambil menyerahkan kuncinya pada Davina.

"Nggak bisa! Udah ada janji." ucap Davina bohong.

"Itu kan temen Papah, lagian apa hubungannya sama aku. Udah lah aku mau berangkat." sambungnya, lalu Davina pergi dari sana, namun sebelum sampai pintu ia berhenti karena ucapan Papahnya.

"Awas saja jika kamu tidak menuruti perintah, semua aset yang kamu nikmati sampai hari ini akan Papah sita!" Ucapnya dengan nada yang meninggi.

Davina yang mendengar ancaman Papahnya tersebut merasa sangat marah dan ingin membalas ucapannya, namun ia urungkan dan langsung menaiki mobilnya karena ia sudah telat ke kampus.

"Sudahlah Pah. Nanti Mama yang bicara sama Davina." ucap Yuli menenangkan suaminya.

Davina merupakan mahasiswi semester 5 di salah satu universitas yang ada di Bandung. Davina terkenal populer di Universitasnya karena kecantikan dan kecerdasaannya. Ia anak yang susah diatur, pembangkang, dan suka keluyuran di malam hari bersama teman-temannya. Sudah berulang kali orangtuanya menasehati Davina, namun anak tersebut seakan acuh dan menghiraukannya.

***

Di Kampus

Davina mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Setelah sampai ia langsung memarkirkan mobilnya dan berlari menuju kelasnya.

"Hufftt.." Davina membuang nafas panjang.

"Nah, yang ditunggu datang juga akhirnya. Telat mulu lo Dav, untung belum masuk Dosennya." ucap Faras sahabat Davina.

"Iya nih, gue bangun kesiangan lagi. Btw Rani mana?" tanyanya pada Faras.

"Palingan bentar lagi nyampe. Nah itu dia." ucap Faras sambil menunjuk ke arah datangnya Rani.

"Belum telat kan gue. Syukur deh." Rani mendudukkan dirinya.

"Telat ya telat aja. Dosennya yang belum datang." Rani hanya cengengesan.

"Yuk masuk." Davina memasuki kelasnya.

Setelah lama menunggu, akhirnya Dosen pun datang dan memberikan tugas.

Setelah selesai, Davina dan sahabatnya pergi kekantin.

"Kalian mau pesen apa? Biar gue yang pesenin." ucap Rani menawarkan diri.

"Gue pesen nasi goreng sama es jeruk." Uucap Davina sambil memainkan handphone miliknya.

"Gue samain aja sama Davina."

Setelah menunggu akhirnya pesanan pun datang, mereka langsung melahap habis makanannya.

"Ehh, kita udah lama nih nggak jalan-jalan. Nanti kita ngemall yuk ngilangin suntuk." Ucap Faras.

"Gue setuju banget. Lagian ada barang yang mau gue beli. Kalo lo ikutkan, Dav?" tunjuknya kearah Davina.

"Gue ngikut kalian." ucapnya sambil mengaduk-aduk minumannya.

Mereka kembali ke dalam kelas, mulai fokus dengan materi yang diberikan oleh Dosennya.

Hari sudah sore, Davina dan kedua sahabatnya baru saja keluar dari kelasnya langsung menuju parkiran.

"Jadi kan kita ngemall?" tanya Faras.

Ting..

Bunyi notifikasi handphone milik Davina. Lalu ia membuka pesan tersebut ternyata dari Mamahnya.

"Davina pulanglah segera! Ingat yang dikatakan Papahmu itu."

Davina mengingat ancaman yang diberikan oleh Papahnya. Jika ia tidak mengikuti acara makan malam dengan kolega Papahnya maka, semua asetnya akan disita. Memikirkannya saja sudah membuat Davina stress.

"Sorry ya gue nggak ikut kali ini. Gue harus segera pulang." ucap Davina.

"Lho, kenapa Dav? Tumben banget?" tanya Rani.

"Nyokap sama Bokap yang nyuruh. Pake ngancem lagi. Yaudah gue langsung balik ya." Davina bergegas melajukan mobilnya.

Sesampainya di rumah ia langsung menuju kamarnya dan melewati dapur, terlihat Mamahnya sedang menyiapkan makanan untuk nanti malam.

Setelah meletakkan tas Davina langsung merebahkan dirinya di atas ranjang dan perlahan ia pun tertidur.

Hari sudah gelap, Davina masih tertidur

pulas. Ia lupa jika akan ada tamu di rumahnya. Bahkan ia belum mandi, tidurpun belum bangun.

"Davina, ayo bangun. Sebentar lagi tamunya datang." ucap Mamahnya sambil menepuk-nepuk pipi.

"Iya, sebentar." jawabnya lalu pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Sedangkan di ruang tamu Yuli dan suaminya sudah bersiap-siap menyambut kedatangan tamunya.

ting..tong..(bunyi bel pintu)

Yuli dan suaminya langsung membukakan pintu.

"Assalamualaikum." salam mereka memasuki rumah.

"Waalaikumsalam." jawab Yuli dan suaminya.

"Apa kabar jeng, sudah lama tidak bertemu." ucap wanita seumuran dengan Yuli, sambil cipika-cipiki.

"Alhamdulillah, baik jeng." balasnya.

"Ini nak Harris ya, masih tetap tampan ya seperti dulu." Sambungnya.

Mendengar dirinya dipuji seperti itu, Harris hanya membalas dengan senyuman.

"Di mana putrimu itu Yul?" tanya wanita yang bernama Khumaira tersebut.

"Sebentar, saya panggilkan." ucap Yuli lalu pergi ke kamar Davina.

Davina yang sudah siap, hanya memakai celana pendek selutut dan kaos oblongnya dengan rambut dibiarkan terurai. Memang seperti itulah Davina saat malam hari.

(Gak ada akhlak emang:v)

"Davina, ayo kita turun." sambil mengetuk pintu.

"Bentar Mah." ucapnya sambil membuka pintu.

"Loh, kok pake baju gitu? Ganti nggak sopan Davina!" Mamahnya kesal, masa mau menemui calon suami dan calon mertua pake baju yang auratnya terbuka. Terlebih lagi mereka keluarga yang kental dengan keislamiannya.

"Males lah. Kalo suruh ganti mending nggak usah ajak Davina. Udah biasa juga." ucapnya kesal.

"Iya,,iya,, Yaudah ayok." mereka berjalan beriringan.

Setelah menuruni tangga, semua mata tertuju kepada Davina tak terkecuali Harris, lalu ia langsung mengalihkan pandangannya.

"Astaghfirullah." **b**atin Harris berulang kali.

"Cantik sekali putrimu Yuli." ucap Khumaira.

"Bisa aja tante." balas Davina menyalami Ibu tersebut, dan tersenyum kepada laki-laki yang tak lain ayah Harris. Kecuali Harris hanya menangkupkan tangannya di depan dada dan terus menunduk.

"Ck, sombong banget nih orang." batin Davina.

Setelah berkenalan, terdengar adzan berkumandang.

"Sebelum makan malam sebaiknya kita sholat berjamaah terlebih dahulu." ucap Agung Papah Davina. Yang diangguki oleh semuanya.

Laki-laki sholat berjamaah di masjid, sedangkan yang perempuan sholat di rumah.

Setelah selesai, mereka berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Setelah semuanya selesai mereka kembali mengobrol di ruangtamu.

"Mari kita bicarakan perjodohan ini." ucap Pak Imron. Davina tersentak kaget.

"Perjodohan? Maksudnya apa Om!" tanya Davina dengan nada tinggi kepada Imron Ayah Harris.

"Begini Davina. Papah dan Pak Imron sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Harris." terang Agung. Davina langsung melototkan matanya kaget.

"Nggak, gue nggak mau nikah sama dia. Papah sama Mamah tega nikahin aku sama laki-laki kaya dia? Penampilannya aja kaya gitu? Pake sarung sama peci lagi." ucap Davina marah, sambil menunjuk kearah Harris.

"Diam Davina! Dia itu calon suami kamu!" ucap Papahnya.

"Davina, dengarkan dulu. Nak Harris anak yang baik, juga sholeh. Dia itu seorang ustadz. Mamah yakin dia akan menjadi imam yang baik buat kamu." ucap Yuli sambil mengelus-elus bahu Davina agar amarahnya mereda.

"Nggak bisa Mah, Pah!" tolak Davina yang mulai berkaca-kaca.

"Ikut Papah!" Agung menarik tangan Davina keruangan lain.

Dukung novel ini dengan cara vote, like, komen, ⭐5.

Terimakasih🙏

Terpopuler

Comments

Nellya Rizky

Nellya Rizky

💞

2023-08-26

0

Nellya Rizky

Nellya Rizky

♥️

2023-08-17

0

Nellya Rizky

Nellya Rizky

😍😍

2023-08-05

0

lihat semua
Episodes
1 Perjodohan
2 Setuju
3 Dia lagi!
4 Fitting Baju
5 Sakit
6 Sepupu Davina
7 Dia siapa?
8 Kesenangan Rani
9 Saingan Baru
10 Sah
11 Pindah ke Apartemen
12 Harris Bersama Wanita
13 Pelukan Harris
14 Mengobati
15 Tawaran
16 Pergi Ke Pengajian
17 Seperti Teguran
18 Berkunjung
19 Khawatir
20 Perempuan itu?
21 Masakan Davina
22 Pertemuan
23 Cemburu?
24 Berjalan berdampingan
25 Ketua Para Preman?
26 Makan Malam di Rumah Mertua
27 Kamar Harris
28 Kesialan Davina
29 Laki-laki Misterius
30 Pinggir Jalan
31 Rencana Kejahatan
32 Ulah Davina
33 Penjelasan
34 Laki-laki Beristri?
35 Musuh Jadi Saudara
36 Cerita Pagi Ini
37 Harus Pake Kode
38 Wanita Ular
39 Melukainya
40 Kecurigaan Farhan
41 POV DAVINA
42 Mantu Idaman
43 Bertemu Ricko
44 Davina diculik Ricko
45 Merindukannya
46 Petaka Tak Terduga
47 Wanita Licik
48 Ingat Pesan Abi
49 Bahagia itu Sederhana
50 Pulang dari Rumah Sakit
51 Apa Harris baik-baik saja?
52 Kehangatan
53 Ada apa dengan Bimo?
54 Harris dan Davina
55 Kecemburuan Davina pada Harris
56 Ancaman Shafira
57 Faras??
58 Keluarga Harris
59 Ustadz itu Suamimu, Davina
60 Harris Pakai Cincin?
61 Perasaan Bimo
62 Rekaman
63 Davina Kecelakaan?
64 Faras Menemui Papahnya
65 Davina Menunggu Harris
66 Ungkapan Cinta Davina
67 Masalah Telah Selesai
68 Fakta Baru
69 Harris Menunggu Davina
70 Apa yang akan terjadi?
71 Apa yang Davina lakukan?
72 Harris dan Davina Marahan?
73 Menyembunyikan kabar baik
74 Pengumuman
75 Merasa Sendiri
76 Tersadar
77 Akhirnya...
78 Hari H
79 Bertemu Kembali
80 Gosip
81 Pernyataan Mengejutkan
82 Di Taman
83 Poligami?
84 Kuliah lagi
85 Telepon
86 Rumah Mertua
87 Syukuran
88 Modus Ibu Hamil
89 Sebuah Nama
90 Lika-liku Kehidupan
91 Terasa sulit
92 Mencoba berdamai
93 Dia yang berubah
94 Meninggalkan, dia?
95 Penolakan
96 Pertemuan
97 Rumah Sakit
98 Keegoisan Agung
99 Rindu Pelukan
100 Kekecewaan Endru
101 Toko Baju
102 Ditinggal Harris
103 Telepon
104 Bimo Kecelakaan
105 Hari Terakhir
106 Retak
107 Perihal Fakta
108 Perihal Liontin
109 Trauma
110 Sudah Berakhir
111 Kilas Balik
112 Belum Move On
113 Pulang
114 Alasan
115 Belanja
116 Eps 115
117 Basecamp
118 Kembalinya Bella
119 Pesan Misterius
120 Siapa pelakunya?
121 Tentang Kakak-beradik
122 Motif Pelaku?
123 Terungkapnya Pelaku
124 Nomor Teror
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Perjodohan
2
Setuju
3
Dia lagi!
4
Fitting Baju
5
Sakit
6
Sepupu Davina
7
Dia siapa?
8
Kesenangan Rani
9
Saingan Baru
10
Sah
11
Pindah ke Apartemen
12
Harris Bersama Wanita
13
Pelukan Harris
14
Mengobati
15
Tawaran
16
Pergi Ke Pengajian
17
Seperti Teguran
18
Berkunjung
19
Khawatir
20
Perempuan itu?
21
Masakan Davina
22
Pertemuan
23
Cemburu?
24
Berjalan berdampingan
25
Ketua Para Preman?
26
Makan Malam di Rumah Mertua
27
Kamar Harris
28
Kesialan Davina
29
Laki-laki Misterius
30
Pinggir Jalan
31
Rencana Kejahatan
32
Ulah Davina
33
Penjelasan
34
Laki-laki Beristri?
35
Musuh Jadi Saudara
36
Cerita Pagi Ini
37
Harus Pake Kode
38
Wanita Ular
39
Melukainya
40
Kecurigaan Farhan
41
POV DAVINA
42
Mantu Idaman
43
Bertemu Ricko
44
Davina diculik Ricko
45
Merindukannya
46
Petaka Tak Terduga
47
Wanita Licik
48
Ingat Pesan Abi
49
Bahagia itu Sederhana
50
Pulang dari Rumah Sakit
51
Apa Harris baik-baik saja?
52
Kehangatan
53
Ada apa dengan Bimo?
54
Harris dan Davina
55
Kecemburuan Davina pada Harris
56
Ancaman Shafira
57
Faras??
58
Keluarga Harris
59
Ustadz itu Suamimu, Davina
60
Harris Pakai Cincin?
61
Perasaan Bimo
62
Rekaman
63
Davina Kecelakaan?
64
Faras Menemui Papahnya
65
Davina Menunggu Harris
66
Ungkapan Cinta Davina
67
Masalah Telah Selesai
68
Fakta Baru
69
Harris Menunggu Davina
70
Apa yang akan terjadi?
71
Apa yang Davina lakukan?
72
Harris dan Davina Marahan?
73
Menyembunyikan kabar baik
74
Pengumuman
75
Merasa Sendiri
76
Tersadar
77
Akhirnya...
78
Hari H
79
Bertemu Kembali
80
Gosip
81
Pernyataan Mengejutkan
82
Di Taman
83
Poligami?
84
Kuliah lagi
85
Telepon
86
Rumah Mertua
87
Syukuran
88
Modus Ibu Hamil
89
Sebuah Nama
90
Lika-liku Kehidupan
91
Terasa sulit
92
Mencoba berdamai
93
Dia yang berubah
94
Meninggalkan, dia?
95
Penolakan
96
Pertemuan
97
Rumah Sakit
98
Keegoisan Agung
99
Rindu Pelukan
100
Kekecewaan Endru
101
Toko Baju
102
Ditinggal Harris
103
Telepon
104
Bimo Kecelakaan
105
Hari Terakhir
106
Retak
107
Perihal Fakta
108
Perihal Liontin
109
Trauma
110
Sudah Berakhir
111
Kilas Balik
112
Belum Move On
113
Pulang
114
Alasan
115
Belanja
116
Eps 115
117
Basecamp
118
Kembalinya Bella
119
Pesan Misterius
120
Siapa pelakunya?
121
Tentang Kakak-beradik
122
Motif Pelaku?
123
Terungkapnya Pelaku
124
Nomor Teror

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!