Rindu Itu Berat Bukan

Pagi menjelang, Yudha masih meringkuk sambil memeluk penyesalanya. Matanya terasa sangat amat berat, seakan semua dosa yang dilakukanya menumpuk dipelupuk matanya, rasanya perih saat dia mencoba membuka matanya. Tenggorokanya terasa kering akibat tangisan dan teriakan yang dia tumpahkan tadi malam.

Yudha masih tak menyangka bahwa Arumi akan pergi dengan membawa semua kenangannya.

"Rum, mamas kangen Rum, kamu tega sekali Rum," ucapnya.

Yudha merasakan nyawa nya telah meninggalkanya sekarang, semangat hidupnya runtuh seketika.

Yudha beranjak dari pembaringannya, mengotak atik mencari siapa yang sekiranya tau keberadaan istri dan anak anaknya.

Sayangnya Yudha tak begitu paham pergaulan istrinya, "Ya Tuhan kenapa aku jadi bodoh begini, tak pernah mau tau kehidupan pribadinya sekarang aku mesti tanya kesiapa," gumam Yudha sambil menjatuhkam kepalanya dimeja makan.

"Mungkinkah dia pulang ke Jawa!"

"Kalau dia pulang kesana tanpaku mbak Arti pasti marah padaku, dia pasti menghubungiku bukan, pasti dia akan memaki habis aku karena tak mengantar mereka," tambahnya.

Yudha diam sejenak, kira kira siapa yang tau dimana keberadaan istrinya, Yudha terus saja berfikir dan berfikir, "Haruskan aku sewa detektif, atau bertanya pada mereka, bagaimana kalau mereka malah curiga aahhhhh, aku harus bagaimana Tuhan," ucap Yudha lagi.

Yudha beranjak dari duduknya, mondar mandir memikirkan apa yang harus dia lakukan, sekejap dia teringat asisten rumah tangga yang pernah bekerja disini, tapi sayangnya dia juga ga tau dimana keberadaan asisten rumah tangga itu.

Yudha duduk kembali ditempatnya, membuka lagi daftar kontak yang ada diponselnya, pencarian itu berhenti pada satu nama yaitu Rohim sahabatnya yang tinggal dekat kota Deka.

Dia pun menghubungi sahabatnya itu dan meminta bantuan untuk membantunya memeriksa apakah istrinya sekarang ada ditepat kakak iparnya.

Beruntungnya sahabatnya itu menyanggupi keinginananya, tanpa kata lagi Rokim pun berangkat ke kediaman saudara Yudha yang disinyalir tempat bernaungnya anak istrinya sekarang.

Sembari menunggu kabar yang dia inginkan Yudha pun memilih membersihkan dirinya.

Dikamar mandi...

"Rum, aku merindukanmu Rum kamu dimana," gumamanya.

"Bahkan aroma wangimu pun tak kau tinggalkan untukku, segitu bencikah kamu padaku Rum, mas kangen sayang," kembali Yudha tenggelam dalam tangisan rindunya, rindu ini sungguh berat rasanya, bahkan dingin nya air shower yang mengguyur tubuhnya pun tak mampu mengurangi rasa rindu itu.

.......

Arti dan Deka diam diam meminta seseorang untuk memantau apa yang dilakukan Yudha, Arti tertawa puas ketika mengetahui bahwa saat ini adeknya dalam fase gilanya, tak sia sia dia meminta Deka memasang CCTV mahal mahal hanya untuk mengintai adek gilanya.

"Kamu lihat pria bodoh itu hemm, masih berani bilang dia ga cinta sama istrinya hahahaha. Rasain," umpat Arti geram, Deka hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Pinta orang suruhan papi itu untuk membajak ponselnya juga pap, mommy mau tau usaha dia buat nyari istrinya," ucap Arti lagi.

"Mom, kasihan lah, papi dulu pernah ngrasain begitu juga mom," ucap Deka, sebenarnya bukan maksud Deka membela adek iparnya hanya saja dia kasihan.

"Apa papi bilang, kasihan sama b*jingan tengik itu, siapa suruh otaknya isinya cuma dada isi balon aja hah, belum lagi pantatnya yang disubal pakek busa, ingin rasanya mommy acak acak tu rambut mak lampir, mommy potong potong tubuhnya habis itu mommy lempar kesumur lumpur isi buaya hah, biar tau rasa," ucap Arti dengan emosi menggebu gebu, untung bukan aku yang begitu, batin Deka.

Deka sangat paham sifat istrinya, disamping dia ratu drama, Arti juga sangat bar bar jika emosi.

Deka kembali tertawa pelan, sikapnya itu malah membangkitkan emosi Arti yang sudah berada diubun ubun.

"Papi jangan ketawa dih," umpat Arti kesal.

"Enggak mom, papi cuma ngebayangin jika papi seperti Yudha alamat papi udah jadi Almarhum kali hahahaha," ucap Deka tertawa lepas, Arti menatap kesal kearah suaminya, sungguh menggemaskan dia kalau marah.

"Mimpi apa papi punya istri yang ternyata bar bar," tambah Deka sambil menghentikan tawanya.

"Bodoh amat, pokoknya papi jangan sampai kasih tau pria laknat itu dimana anak istrinya sebelum dia ninggalin mak lampirnya dan bertobat, awas aja kalau papi sampai kasih tau, mommy ga masakin," ancam Arti, Deka kembali tersenyum mendengar kemarahan Arti, ahhh istrinya ini yang salah siapa yang berkali kali jadi sasaran siapa, batin Deka.

"Oke mommy oke, sini dulu dong," ucap Deka sambil meminta Arti mendatanginya, Arti pun menghentikan pekerjaanya, dan berjalan menuju dimana suaminya berada.

"Apa," ucap Arti.

"Sini dong," pinta Deka sambil menepuk pahanya, Arti paham jika suaminya ingin dia duduk dipangkuanya.

"Ada apa," ucap Arti manja.

"Istigfar dulu," pinta Deka dengan senyuman khasnya, dengan lugunya Arti pu menuruti suaminya.

"Astaghfirullah halazim, Ya Allah huufff," ucap Arti, Deka pun tersenyum melihat kepolosan istrinya.

"Udah tenang belum?" tanya Deka.

"Udah,"

"Oke, jangan marah marah gitu toh mom jelek tau, apa lagi kalau didenger orang," ucap Deka.

"Habis kesel pap," jawabnya, Deka malah mencium gemas pipi istrinya.

"Mommy dulu juga pernah bikin papi kayak gitu, enaknya mommy dihukum apa," goda Deka.

"Ya kan mommy udah terima hukumanya juga papi, mommy juga kayak papi begitu sama," jawab Arti sejujurnya.

"Emang iya mommy ampek kayak gitu?" pancing Deka.

"He em, mommy jarang makan kepikiran papi terus, kalau mommy lagi ga ada kerja mommy keapertemen lihatin foto papi, pakek baju papi pakek celana papi, terus peluk peluk bantal papi, pokoknya kalau mommy lagi kangen sama papi mommy paling suka hal yang berhubungan dengan papi," ucap Arti, Deka sangat pandai ternyata mengubah mood bar bar istrinya menjadi sangat cute seperti ini.

"Emang iya?" pancing Deka lagi.

"He em pi, terus mommy juga suka pakek parfum papi, biar berasa dipeluk ama papi," tambanya, Deka hanya mesam mesem melihat kepolosan wanita yang dinikahinya sembilan tahun silam ini, ahhh kalau manis gini kan enak dilihat dari pada marah marah kayak tadi.

Arti oh Arti kenapa kamu selalu tak menyadari bahwasanya suamimu jauh lebih cerdik dibanding kamu, Deka terus saja menikmati kepolosan istrinya sesekali dia juga mencium gemas bibir wanita yang telah memberinya satu putra ini.

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***