Mencari Kebenaran

Arti terlihat geram dengan kabar yang barusan dia dapatkan, "Yang sabar mom siapa tau bu dokter salah," ucap Deka mencoba menenangkan istrinya.

"Pap, mommy mau ke Samarinda sekarang, mommy mau tanya sama pria gila itu apakah benar ini semua!" ucap Arti mulai emosi.

"Lebih baik papi sewa orang aja mom buat cari tau infonya bener apa enggaknya kabar ini," ucap Deka, jujur saja Deka juga geram dengan kabar ini tapi dia masih berusaha berpikir tenang.

"Kalau seandainya benar gimana dengan Arumi pap?" tanya Arti dalam tangisnya.

"Papi juga ga tau mom, jika benar tega sekali Yudha sama anak baik itu," tambah Deka.

"Bagaimana jika Joker tau pap, mau ditaroh dimana muka mommy, sedangkan mommy yang mendukung nya waktu itu?" ucap Arti lagi, Raka memang tak mengerti arah pembicaraan orang tuanya tapi dia tau jika mommy nya saat ini sedang sedih.

Arti pun masuk kedalam ruangan rawat ibunya.

Deka diam dia sendiri juga ga tau apa yang bakalan dia lakukan jika kabar ini benar.

Bukan Deka namanya kalau tak pandai bersiasat dia langsung menyewa detektif untuk mencari tau kebenaran yang dia inginkan.

Tak butuh waktu lama Deka langsung mendapatkan email bahwa kabar yang dia terima benar adanya, bahkan sang detektif pun memberikan alamat nama lengkap dan berasal dari mana istri kedua Yudha.

Deka pengusap kasar air mukanya, menghela nafas dalam dalam sebelum menyampaikan kabar ini pada istrinya.

Arti kembali keluar ruang rawat ibunya dan duduk menemani suaminya diruang tunggu.

"Pap, udah ada kabar belum?" tanya Arti, Deka pun mengangguk pertanda menghiyakan.

"Mom, ibu gimana?" tanya Deka pada Istrinya.

"Ibu tidur pap habis minum obat," jawab Arti.

"Raka mana?"

"Ada didalem sama Susi,"

"Oh,"

Deka dan Arti diam sejenak, Deka membuka email yang dikirimkan orang suruhanya dan menunjukannya pada Istrinya.

Arti menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dia baca.

"Ya Tuhan pap, anak itu bener bener gila, istrinya barusan melahirkan pap, dia tega sekali," ucap Arti, Arti menangis dipundak suaminya, Deka terlihat mengepalkan tanganya seperti ingin menghajar adek iparnya.

"Kita harus bertemu Joker mom, lebih baik kita kasih tau dia dari pada nanti dia denger dadi orang lain, siapa tau dia punya pendapat soal ini," ucap Deka.

"Iya pap, mommy ga habis pikir pap, mungkinkah Arumi tau jika suaminya seperti ini?" tanya Arti.

"Papi ga tau mom, coba kita selesain satu satu dulu, kita tunggu pendapat Joker selaku wali Arumi baru kita ke Samarinda tanya maunya Yudha dan Arumi gimana, kalau misalnya Arumi iklas dimadu ya ga papa," ucap Deka suaranya tersendat seolah mengisaratkam betapa kecewanya dia pada adek iparnya.

"Ga ada pap wanita didunia ini ya rela dimandu, bahkan istri Nabi sekalipun juga ada rasa sakit walau sedikit, aku ga ngerti jalan pikiran Yudha pap, ayolah kita ketempat Joker jangan mengulur waktu lagi pap, kasihan Arumi," ucap Arti sambil menarik tangan suaminya, Arti pun bersiap dan menitipkan ibunya pada suster yang bekerja padanya.

Dimobil...

Arti masih saja memikirkan apa yang terjadi, hatinya sangat kecewa pada adeknya, tak dipungkiri bahwa saat ini rasanya dia ingin segera ke Samarinda dan memeluk adek iparnya.

"Pap,"

"Heemm,"

"Papi jangan kayak pria bejat itu ya, mommy ga bakalan sanggup pap," ucap Arti, suaranya tersengar lemah tapi keinginan itu sungguh menyayat hati.

"Aduh mom, lihat kalian tersenyum aja udah bisa bikin papi bahagia," jawab Deka.

"Aku sangat mencintaimu suamiku, aku ga akan permah sanggup diduakan pap lebih baik mommy mati saja," ucapan Arti seolah mewakili perasaan semua wanita yang ada didunia ini ketika dimadu.

"Enggak istriku, kalau aku mau pasti udah nikah kali mom pas jadi duda dulu, buktinya papi masih sendiri kan, karena hanya mommylah yang bisa bikin papi deg degan," uluh uluh Aak Deka pinternya bikin mbak Arti mesam mesem.

"Pap, tolong minta sama detektif suruhan papi itu buat cari bukti bahwa siwanita sialan itu ga baik pap, biar kebuka tu mata pria bodoh, biar dia tau wanita macam apa yang dimakanya itu," ucap Arti geram.

"Siap laksanakan bu komandan," jawab Deka berusaha bercanda dengan keadaan.

"Sekalian siapin tempat buat Arumi pap," pinta Arti lagi.

"Buat?" oh Aak Deka ternyata kamu ga ada apa apa nya dibanding Arti soal balas dendam.

"Heh, keenakan pria bodoh itu jika ditemenin sama wanita baik seperti Arumi pap, biar dia ngrasain sakitnya sendiri," ucap Arti.

"Sendiri gimana mom, wong dia sekarang bini mudanya malah bohay semohay hahahahaha," canda Deka.

"Jaga mata papi, awas papi ikut ikutan kejerat ama wanita jelmaan kuntilanak itu," Arti malah geram dengan candaan suaminya.

"Mana ada kuntilanak cantik gitu mom," Deka malah lebih semangat menggoda istrinya marah.

"Adalah, wanita mana yang tega merebut milik wanita lain papi kalau bukan jelmaan kuntilanak," tambah Arti semakin emosi.

"Mau lah aku sama kutilanak kalau kuntilanaknya bohay semohay gitu, dadanya aja mau loncat tadi pas pakek baju pengantin," hemmm Aak terus aja, belum lagi ni siratu drama ngamuk.

"Terus aja Ak bertingkah, lihat aja ntar kalau Aak berani macem macem," ancam Arti.

"Duh sweet nya istriku udah ada anak juga masih panggil Aak, suka ya ama Aak cinta ya," astaga terus aja Deka, heemmm Arti terlihat semakin kesal dengan melemparkan lirikan kemarahan pada suaminya.

"Diam Aak dih, dasar pria nyebelin sama aja ga ada bedanya ama pria bodoh itu, lihat dada ga normal aja matanya langsung melotot," umpat Arti kesal.

"Ga normal piye to mom, wong mulus gitu," Deka malah semakin gencar memancing emosi istrinya.

"Diem Aak ih," Arti tak mau meneruskan percakapan menjengkelkan itu lagi, Deka semakin menjadi jika emosinya terpancing, Arti tau kemarahanya adalah modal terbesar untuk Deka semakin asik menggodanya.

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***