Sore ini, matahari yang tadi terik kini mulai mengurangi pancaran sinarnya, di sebuah meja kafe paling pojok. Ada 4 orang murid yang masih fokus dengan buku tebal di tangannya, sesekali mereka saling bertanya dan menjawab, namun ada yang berbeda di antara ke empat murid tersebut, cowok tinggi dan tampan yang memiliki tubuh pas untuk seorang laki-laki itu sesekali menjawab pertanyaan teman belajarnya tanpa harus membuka buku tebalnya terlebih dahulu, semua rumus sudah ia hafal tanpa harus belajar mati-matian.
Elian, cowok itu kini merogoh ponselnya saat dirasa sebuah getaran karena sambungan telepon. Ia lalu pamit untuk mengangkat telepon tersebut dan sedikit menjauh.
Dari kursinya. Nabila melihat Elian yang tampak sedang mengobrol bersama seseorang di sebrang teleponnya, bahkan panggilan dari Elisa tak membuat Nabila menoleh.
"Dalem banget ya tuh perasaan?" ledek Elisa seketika membuat Nabila menoleh.
"Apa sih? Enggak kok," elaknya dengan gelengan kepala, namun raut wajahnya berkata lain, terbukti dari pipi Nabila yang tiba-tiba bersemu merah.
"Enggak, tapi merah gitu pipi kamu, udah sih Bil menurut aku kamu harus confess sekarang, keburu duluan yang lain, lagian kalian cocok kok, cantik dan ganteng, sama-sama pinter juga, anak-anak juga udah banyak yang shipper-in kalian, iya nggak Ga?"
Semburat merah semakin jelas terlihat di pipi Nabila, gadis cantik itu tidak menanggapi apa-apa ucapan temannya barusan, tetapi dalam hatinya mengiyakan usulan Elisa. Jaman sekarang tidak masalah jika seorang gadis yang mengutarakan terlebih dahulu kepada laki-laki, jaman sudah modern dan perempuan juga bisa bergerak dulu.
"Hmm, tapi semua terserah kamu sih, kalau kamu yakin sama perasaan kamu, kenapa nggak?"
Mendengar ucapan Yoga seketika membuat Nabila semakin yakin untuk mengungkapkannya. Mereka sudah cukup dekat selama ini, dan kedekatan mereka bisa dibilang lebih dari seorang teman, setidaknya itu yang Nabila rasakan selama ini.
Tidak lama Elian kembali dan duduk di tempatnya tadi. Cowok itu sesekali mengetik pesan pada temannya.
"Sorry, gue balik dulu nggak papa kan?" tanya Elian langsung mendapat gelengan kepala Elisa, sementara Nabila diam, namun dari raut wajahnya tampak keberatan.
"Ada urusan ya? aman," balas Yoga mendapat anggukan kepala Elian.
Elian mengemasi barang-barang miliknya, lalu kembali pamit sebelum akhirnya benar-benar pergi dari kafe itu.
Sepeninggalan Elian, Nabila menghela napas sangat dalam, mood nya untuk melanjutkan belajar seketika hilang, seakan sosok Elian tadi penyemangat untuknya.
"Ayo lanjut," ajak Yoga melihat raut wajah Nabila yang tampak masam, tidak seceria tadi.
...****************...
Sekitar pukul 8 malam. Elian datang ke markas, teman-temannya sudah berkumpul terlebih dahulu, dan senang melihat kedatangan Elian yang mereka yakini akhir-akhir ini sangat padat jadwal cowok itu.
"Bisa dateng lo?" tanya Rayza seraya bergeser duduknya.
Elian mengangguk, lalu duduk di sebelah Rayza. Cowok itu bersandar di sofa dengan mata terpejam.
Jelas melihat Elian seperti itu membuat mereka tidak akan menuntut Elian untuk ikut balapan malam ini, banyak sekali yang memang harus dilakukan oleh pewaris Shankara Group itu.
"Lo nggak harus ikut bro." Jayden berucap.
Ia sendiri tidak tega melihat Elian yang terlihat sangat lelah, salah satu sahabat Elian itu cukup peka.
"Hmm, biar Jayden yang gantiin lo," tukas Kairo yang langsung mendapat pelototan dari Jayden.
"Nggak gue juga anjir, ada anak lain yang siap malam ini," seru Jayden tidak terima.
Rayza terkekeh, semetara Kairo atau cowok yang kerap di sapa Kai itu hanya menyunggingkan senyumnya. Lalu menoleh ke arah Elian yang masih belum mengatakan apa-apa.
"50 juta kan malam ini?" tanyanya mendapat anggukan teman-temannya.
"50 juta plus cewek seksi bro," jelas Rayza semangat.
"Oke, gue siap," finalnya seketika membuat Rayza dan Jayden bersorak senang. Hanya Kairo yang menanggapinya dengan anggukan kepala.
"Anjir, Lian kalau duit aja cepet, heran gue, kaya yang bukan anaknya om Arka aja." Rayza menggelengkan kepalanya, meski begitu ia senang karena Elian bersedia tanding malam ini. Itu berati sebentar lagi mereka akan mendapat keuntungan dari pertandingan yang dimenangkan oleh Elian, seperti sebelum-sebelumnya.
"Itu namanya realistis, mau kaya mau miskin yang namanya duit harus di sikat," jelas Jayden.
"Ceweknya buat gue ya El?" Rayza menaik turunkan kedua alisnya.
"Elian mana doyan cewek hasil taruhan," ujar Jayden mengambil minumannya. Lalu meneguknya sebelum kembali berucap.
"Tapi lo nggak papa ini?" tanya Jayden memastikan.
"Aman, Lian udah belajar tadi sore," bukannya Elian yang menjawab tapi Rayza.
"Kok lo tahu?"
"Nabila sebelum pulang nanyain Lian, katanya mau belajar bareng."
"Owh.. Makin deket aja, kapan sih jadiannya?" Jayden menatap Elian yang tetap diam, seakan tanpa minat membahas hal itu.
"Kalian cocok tau, lagian kalau diliat-liat, Nabila kaya yang memang udah suka sama lo."
"Kai, kaya biasanya ya?" ujar Elian tanpa menjawab ucapan Jayden.
Kairo mengangguk dengan acungan jempol. Sementara Jayden dan Rayza hanya menatap keduanya secara bergantian.
"Lo masih mau kasih ke panti semua tuh duit El? tanya Rayza mendapat anggukan kepala Elian.
"Lah bego, bagi gue dikit napa."
"Boleh," balas Elian seketika membuat senyum Rayza mengembang. "Tapi lo tinggal di panti dulu," lanjutnya seketika membuat Rayza bedecak kesal. Berbeda dengan Jayden yang sudah meledakan tawanya.
"Lo ngemis banget, malu-maluin om Aryo," ujar Jayden. Aryo ialah ayah dari Rayza.
Sekitar pukul 9 malam. Di tempat yang memang dijadikan untuk balap malam ini tampak ramai, banyak remaja-remaja yang mulai bersorak, tidak hanya remaja cowok saja, tetapi ada juga remaja cewek yang memang sudah sering berkunjung ke tempat itu.
Di sebelah Elian, sudah berdiri seorang cowok sebagai penantang balapan malam ini. Cowok tampan yang pernah menjadi sahabatnya dulu di masa SMP itu menatap Elian tajam.
Alvaro, cowok yang kini menjadi musuh Elian sejak 2 tahun lalu, keduanya saling menatap sengit, sebelum akhirnya suara seorang gadis meng-interupsi dan meniupkan peluit yang langsung membuat keduanya melajukan motor sportnya dengan cepat.
Teriakan semakin terdengar kala Alvaro unggul, cowok tampan itu berada di depan Elian, sedikit menoleh lalu menyeringai melihat Elian berada di belakangnya.
"Anjir, Elian kenapa letoy gitu sih malam ini? gagal gue dapat cewek seksi," komentar Rayza sudah heboh sendiri.
"Ceweknya yang mana Jay? lo liat?"
"Mana gue tau, ya pasti di simpen dulu lah sama bang Theo," jelas Jayden.
"Kejutan ni pasti." Rayza semakin gelisah saat melihat motor Alvaro dari kejauhan.
Suara sorak penonton semakin terdengar, hingga semua ternganga dan semakin heboh saat tiba-tiba Elian datang dan dengan kecepatan penuh dapat menyalip Alvaro. Pendukung Elian yang tadi terlihat tidak bersemangat seketika langsung semangat, banyak cewek-cewek yang berada di sana meneriaki nama Elian dan memberi semangat.
Sampai akhirnya motor Elian sampai di garis finis, kemenangan mutlak untuk Elian malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Elian menghentikan motornya, menunggu Alvaro yang pada akhirnya baru menyusulnya.
Helm keduanya dibuka, tatapan tajam dari keduanya tidak terhindarkan. Meski tidak mengatakan sepatah kata.
Theo mendekat ke arah Elian, lalu memberinya selamat. "Lo emang nggak pernah ngecewain El, selamat."
Elian tersenyum tipis. "Hadiahnya, biar diambil temen-temen gue bang," setelah mengatakan itu Elian melajukan motornya, meninggalkan kerumunan yang tampak bingung dengan kepergian Elian tanpa mengambil hadiah yang seharusnya miliknya.
"Bang Theo, hadiah yang satunya buat gue ya kata El tadi," ujar Rayza yang sudah tidak sabar ingin mengambil hadiah berupa seorang wanita.
"Emang anak setan lo," kesal Jayden melihat sikap Rayza yang selalu saja cepat soal wanita.
"Bentar Ray, sabar dulu," ujar Theo menyuruh beberapa anak buahnya untuk menyiapkan hadiah yang sudah disepakati.
Sementara Kairo yang sedari tadi diam tanpa komentar kini berjalan menghampiri Alvaro yang masih berada di atas motornya, cowok itu menyunggingkan senyumnya menatap Alvaro yang terlihat tidak suka dengan kedatangannya.
"Lo tetap akan kalah dari Lian," ujar Kairo pergi.
"Gue menang, dengan dia ditinggal Nezha aja gue udah menang!" teriak Alvaro.
Namun Kairo enggan menanggapi, cowok itu hanya mengepalkan tangannya dan tetap melanjutkan langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Herman Lim
elian apa yg kamu lakukan dah BNR tapi terhadap nezha dah sangat salah bgt
2025-07-31
0
💥💚 Sany ❤💕
Penasaran kemana Nezha pergi, apa Lian gak pernah cari tau?.
2025-08-01
0
💥💚 Sany ❤💕
Jadi yang ngejebak Lian dulu, Alvaro?. Napa dia dendam ma Lian?
2025-08-01
0