Ide Licik

Udara pagi itu dipenuhi embun tipis dan aroma bunga yang semerbak, menandai awal yang hening namun sarat makna. Irene Brilian Ornadi berdiri anggun di depan makam ibunya, Adellia Wiranata. Di tangannya tergenggam buket bunga lili putih yang masih segar, kelopaknya terbuka sempurna, seakan menyambut kehadiran sang putri dengan kelembutan tak bersuara. Irene mengenakan gaun hitam sederhana yang membingkai siluetnya dengan anggun. Tak ada riasan mencolok, hanya kesunyian dan kesetiaan yang berbicara lewat sorot matanya.

"Mama," bisiknya pelan, nyaris tak terdengar, "apa Mama baik-baik saja di sana?"

Ia berlutut perlahan, menaruh bunga lili di atas pusara marmer putih yang berkilau diterpa cahaya matahari pagi. Di sisi pusara terukir nama Adellia Wiranata dengan elegan, bersama kalimat: "Ia hidup dalam cinta dan berpulang dalam tenang."

Namun di hati Irene, tidak ada yang tenang. Masih banyak luka yang menganga, dan pertanyaan yang belum terjawab. Ia membuka genggaman tangan kirinya, memperlihatkan dua pecahan liontin giok hijau yang bermotif bunga teratai.

"Liontin ini… Mama masih ingat?" ucapnya lembut, suaranya bergetar.

"Waktu Mama memberikan dua pecahan ini, Mama bilang... jika suatu hari nanti aku bertemu dengan seseorang yang bisa melihatku bukan sebagai pewaris, tapi sebagai Irene, yang sesungguhnya... aku boleh memberikan satu pecahannya."

Ia menunduk, menyeka sudut matanya yang basah oleh embun dan perasaan yang lama tertahan. Angin bertiup pelan, seolah alam pun turut mengerti makna percakapan sunyi itu.

Di kejauhan, sosok tegap Reno Wiratmaja berdiri diam. Seragam hitamnya menyatu dengan bayang-bayang pepohonan, namun tatapan matanya tertuju lurus pada Irene. Ia tak berkata apa-apa, hanya mengamati, namun cukup untuk membuat Irene sadar akan kehadirannya. Irene melirik ke arahnya, lalu kembali menggenggam dua pecahan liontin itu erat-erat.

Belum saatnya, gumamnya dalam hati, lalu berdiri dengan tenang.

Ia membalikkan badan dan berjalan perlahan meninggalkan makam, melewati Reno tanpa sepatah kata pun.

***

Malam itu, kediaman keluarga Ornadi kembali menunjukkan kilau kemewahannya. Ruang makan utama laksana ruang jamuan bangsawan Eropa. Meja panjang dari kayu jati tua berlapis pernis mengilap, di atasnya terhampar taplak sutra emas. Lilin kristal menyala redup dalam chandelier raksasa yang tergantung di langit-langit tinggi, memantulkan cahaya ke dinding marmer bercorak elegan. Di sekeliling ruangan, lukisan klasik dan vas-vas porselen Tiongkok berdiri sebagai saksi bisu kekayaan keluarga ini.

Beberapa pelayan berpakaian seragam berdiri dengan tangan terlipat di dada, siap melayani kapan pun. Makanan tersaji dalam porselen putih berbingkai emas, bistik wagyu, salad eksotis, dan wine mahal yang hanya disajikan pada malam tertentu.

Di ujung meja duduk Reza Ornadi, dengan sikap tegas dan pandangan tajam. Di sebelahnya, duduk Vania yang tersenyum dengan manis palsunya, lalu Cassandra yang terlihat gelisah. Di sisi lain, Irene duduk tenang, anggun, dan tak tergoyahkan.

"Irene, Cassandra," suara Reza memecah kesunyian elegan, "menurut kalian, apa strategi terbaik dalam menghadapi fluktuasi saham sektor energi yang saat ini mulai melemah akibat ketegangan geopolitik global?"

Cassandra buru-buru meletakkan garpu dan mulai bicara, suaranya dibuat seformal mungkin.

"Papa, menurutku... kita bisa mempertahankan likuiditas dengan melepas sebagian portofolio di sektor itu dan mengalihkan ke reksadana campuran."

Reza menyipitkan mata, tidak sepenuhnya puas.

"Tidak buruk, tapi itu terlalu reaktif. Di level direksi, kita perlu antisipasi, bukan sekadar adaptasi."

Sementara Cassandra terlihat menahan napas, Irene masih tenang mengunyah dengan sopan. Lalu dengan gerakan elegan, ia meletakkan garpunya dan menatap ayahnya dengan percaya diri.

"Papa, jika kita cermati pergerakan dana besar saat ini, mereka mulai mengamankan posisi dalam energi terbarukan, terutama solar dan bioenergi. Strategi terbaik bukan hanya menyesuaikan, tapi mengarahkan. Kita bisa mulai akuisisi kecil pada perusahaan rintisan energi hijau, lalu menciptakan narasi perubahan arah investasi. Bukan mundur dari sektor energi, tapi memimpin transisinya."

Sejenak ruangan hening.

Reza mengangguk lambat.

"Jawaban yang tajam dan futuristik. Aku bangga padamu, Irene."

Cassandra menunduk, matanya menghitam karena rasa iri. Ia hendak berdiri dan meninggalkan meja, namun Vania segera meliriknya tajam dengan kode mata. Gadis itu duduk kembali, menegakkan senyum palsunya.

"Irene," ucap Vania dengan senyum plastik yang dipoles elegansi, "kamu sungguh dewasa sekarang. Kami senang melihatmu kembali ke meja keluarga."

Cassandra ikut menambahkan, dengan nada manis palsu.

"Kak, ajari aku ya… soal transisi energi itu. Aku mau belajar dari kak Irene yang hebat."

Irene hanya tersenyum tipis.

"Tentu," jawabnya datar. "Kalau kamu siap belajar, aku akan mengajarkan apa yang aku tahu."

Namun dalam hatinya, ia tahu betul bahwa sandiwara belum berakhir. Di meja mewah itu, hanya rasa dingin yang benar-benar tulus.

***

Malam semakin larut. Di taman belakang rumah Ornadi, angin bertiup lembut menyapu dedaunan. Lampu-lampu taman menciptakan bayangan samar di atas batu kerikil dan rumput yang terpangkas rapi.

Reno duduk sendirian di bangku besi tempa, bersandar sambil menatap layar ponselnya. Matanya tampak tenang, namun cahaya di dalamnya menyimpan sesuatu yang dalam. Ia sedang melihat sebuah foto Cassandra, berdiri di depan gerbang panti asuhan bersama anak-anak panti, ia tersenyum cerah. Senyum polos yang entah kenapa, tertinggal dalam ingatannya. Di matanya, ada percikan rasa yang tak mudah dihapus waktu.

Dari balik semak yang tak jauh, Irene berdiri diam. Di tangannya, sebuah kotak kecil berbalut kertas biru tua dan pita perak. Isinya: dasi biru navy bermotif halus kado yang pernah ia beli untuk Reno, di saat hatinya masih percaya bahwa ia punya tempat di hati pria itu.

Ia menatap Reno dari kejauhan. Langkah Irene sempat maju, tapi hanya satu. Ia ragu. Lalu berhenti. Jemarinya menggenggam kotak itu lebih erat, seolah berharap bisa memaksa waktu berbalik arah dan dari arah beranda, Cassandra menyaksikan semua itu.

Ia tidak datang menghampiri. Tidak kali ini. Ia hanya berdiri di balik tirai jendela terbuka, menyandarkan bahu di dinding sambil tersenyum kecil. Matanya mengamati Reno, lalu menoleh pada Irene yang nyaris melangkah, lalu urung.

Dalam senyumnya, tumbuh sebuah niat baru. Jika dasi itu yang ingin Irene berikan, maka dasi itu pula yang akan ia berikan terlebih dulu. Dalam versi yang lebih mahal, lebih megah, lebih Cassandra.

Namun bukan hanya itu. Cassandra menyadari satu hal malam itu, Irene mulai rapuh dan keretakan kecil akan lebih mudah diperluas. Jika cinta bisa diganggu, maka reputasi Irene pun bisa digoyang. Nama baik, martabat, bahkan posisinya di keluarga Ornadi semua bisa menjadi target.

Ia tak akan terburu-buru. Tapi benih itu sudah tertanam dan Cassandra tahu cara menyiraminya dengan racun perlahan.

Sementara itu, di bangku taman, Reno masih menatap layar ponselnya. Ia mengusap gambar itu dengan jempol, tanpa sadar menghela napas panjang. Lalu ia menyandarkan kepala ke belakang, menatap langit.

Irene, di balik semak, menunduk. Menyimpan kembali kotak kado ke balik bajunya, dan berjalan perlahan kembali ke kamarnya. Tak ada kata malam itu. Hanya rasa yang makin dalam dan tak terucap dan di balik jendela, Cassandra tak berhenti tersenyum. Permainan baru saja dimulai.

Terpopuler

Comments

NurAzizah504

NurAzizah504

semua anggota keluarga berkumpul

2025-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 Pewaris Ornadi Corp
2 Dua Wajah Dua Nafsu
3 Diantara Lindungan dan Luka yang Terucap
4 Siasat Dimulai
5 Ide Licik
6 Simbol yang Dicuri
7 Luka yang Tidak Berbunyi
8 Mahkota yang Terlepas
9 Malam Berdarah
10 Percikan Darah dan Badai Peluru
11 Tamu Tanpa Nama
12 Geng Mafia
13 Jejak yang Disembunyikan
14 Yang Dirampas dan Yang Akan Direbut Kembali
15 Warisan yang Tersembunyi
16 Ujian yang Sesungguhnya
17 Garis Arena
18 Ujian Kepercayaan
19 Mencari Kekuatan
20 Langkah Tanpa Bayangan
21 Perang Bayangan Cinta Tersembunyi
22 Sebuah Tekad
23 Dibalik Acara Gala
24 Ujian Kepercayaan
25 Pertarungan Bisnis dan Janji dalam Bayangan
26 Strategi Menembus Ornadi Corp
27 Manuver Rahasia dan Bayangan Pewaris
28 Penaklukan Senyap dan Hati yang Bergetar
29 Jejak Rasa Gerak Strategi
30 Jejak yang Mulai Terendus
31 Jaring yang Menjerat
32 Liburan yang Tak Biasa
33 Paradise Island
34 Bayangan yang Kembali
35 Jejak yang Mulai Terkuak
36 Jaring Perang dan Identitas yang Terungkap
37 Pergerakan dalam Bayangan
38 Api Di Bawah Tanah
39 Pertaruhan Nyawa
40 Api yang Tak Padam
41 Diantara Luka dan Pengakuan
42 Luka Lama Luka Baru
43 Luka yang Tak Bisa Dibicarakan
44 Reno dan Rasa yang Tersisa
45 Kemana Hati Ingin Pulang
46 Shion Sang Bintang Tersembunyi
47 Luka yang Belum Sembuh
48 Hadiah Terbaik Diantara Dunia yang Kelam
49 Jerat yang Tak Terlihat
50 Kode Yama
51 Perseteruan Dua Saudari
52 Bara Dibalik Luka
53 Saat Cinta dan Luka Bertarung
54 Serangan Di Tengah Harapan
55 Jejak Bayangan dalam Kegelapan
56 Jejak Gelang Koa
57 Pelukan yang Menyembuhkan
58 Bara Dibalik Luka
59 Senja Sebelum Badai
60 Malam Darah Di Kasino
61 Tahta yang Retak
62 Keberadaan Reza Ornadi
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Pewaris Ornadi Corp
2
Dua Wajah Dua Nafsu
3
Diantara Lindungan dan Luka yang Terucap
4
Siasat Dimulai
5
Ide Licik
6
Simbol yang Dicuri
7
Luka yang Tidak Berbunyi
8
Mahkota yang Terlepas
9
Malam Berdarah
10
Percikan Darah dan Badai Peluru
11
Tamu Tanpa Nama
12
Geng Mafia
13
Jejak yang Disembunyikan
14
Yang Dirampas dan Yang Akan Direbut Kembali
15
Warisan yang Tersembunyi
16
Ujian yang Sesungguhnya
17
Garis Arena
18
Ujian Kepercayaan
19
Mencari Kekuatan
20
Langkah Tanpa Bayangan
21
Perang Bayangan Cinta Tersembunyi
22
Sebuah Tekad
23
Dibalik Acara Gala
24
Ujian Kepercayaan
25
Pertarungan Bisnis dan Janji dalam Bayangan
26
Strategi Menembus Ornadi Corp
27
Manuver Rahasia dan Bayangan Pewaris
28
Penaklukan Senyap dan Hati yang Bergetar
29
Jejak Rasa Gerak Strategi
30
Jejak yang Mulai Terendus
31
Jaring yang Menjerat
32
Liburan yang Tak Biasa
33
Paradise Island
34
Bayangan yang Kembali
35
Jejak yang Mulai Terkuak
36
Jaring Perang dan Identitas yang Terungkap
37
Pergerakan dalam Bayangan
38
Api Di Bawah Tanah
39
Pertaruhan Nyawa
40
Api yang Tak Padam
41
Diantara Luka dan Pengakuan
42
Luka Lama Luka Baru
43
Luka yang Tak Bisa Dibicarakan
44
Reno dan Rasa yang Tersisa
45
Kemana Hati Ingin Pulang
46
Shion Sang Bintang Tersembunyi
47
Luka yang Belum Sembuh
48
Hadiah Terbaik Diantara Dunia yang Kelam
49
Jerat yang Tak Terlihat
50
Kode Yama
51
Perseteruan Dua Saudari
52
Bara Dibalik Luka
53
Saat Cinta dan Luka Bertarung
54
Serangan Di Tengah Harapan
55
Jejak Bayangan dalam Kegelapan
56
Jejak Gelang Koa
57
Pelukan yang Menyembuhkan
58
Bara Dibalik Luka
59
Senja Sebelum Badai
60
Malam Darah Di Kasino
61
Tahta yang Retak
62
Keberadaan Reza Ornadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!