Setelah beberapa menit berlalu adila akhirnya sampai dirumah, ia mencuci rantang yang tadi di gunakan untuk membawa masakan yang ia buat.
"Tok..tok..."
terdengar suara ketukan dari balik pintu, adila segera membuka pintu itu. berdirilah seorang satpam rumahnya "maaf nyonya ada perempuan yang ingin bertemu dengan nyonya diluar" beritahunya
"Suruh masuk aja pak" jawab adila santai
"Tapi nyonya, dia nangis-nangis gitu?"
"Nangis-nangis?kenapa?" tanya adila bingung, memang siapa yang datang sampai harus menangis?
"Saya juga kurang tau, soalnya dia datang udah nangis gitu" ujarnya "udah saya usir tapi dia kekeh pengen ketemu" sambungnya
"Biarin suruh masuk aja" titah adila saking penasarannya
Satpam itu bertanya apakah harus di tunggui saat keduanya berbicara, namun adila percaya semua akan baik-baik saja. toh dia juga tidak punya masalah kan dengan siapapun. "baik nyonya, saya menjemput perempuan tadi dulu" ujarnya segera pergi
Adila kembali ke cucian piring nya yang belum ia siram setelah selesai ia mencuci tangannya, dan tak lama suara perempuan setengah berteriak dengan isak tangis mengejutkan nya "kamu?"
"Mba siapa ya?" tanya adila bingung sambil menghampiri perempuan yang menangisi dipintu rumahnya
tiba-tiba perempuan itu menjatuhkan badannya seolah bersujud pada adila "bu...ibu..yang baik hati tolong saya"
"Eh bangun bangun mba" kata adila bingung sambil menarik bahu perempuan itu "minta tolong apa? apa yang bisa saya bantu?" sambungnya
"Saya cape menemani suami ibu" ucapnya pelan namun dengan intonasi jelas
"Menemani suami saya? maksudnya?" adila semakin tak paham dengan arah pembicaraan wanita ini
Karena perempuan itu terus menangis adila mengajaknya untuk duduk di ruang tamu "kenapa? ceritanya pelan-pelan saya gak ngerti" kata adila kebingungan
"Ibu saya satu minggu yang lalu meninggal, ternyata ia mempunyai hutang pada suami ibu, anak buahnya datang menemui saya dan minta saya melunasi nya"
"Berapa hutangnya?" tanya adila penasaran
"30 juta bu" jawabnya sambil menundukkan kepalanya
Adila terdiam, mana mungkin zaffran meminjam kan uang pada seseorang yang bukan pegawai apalagi kan dia bukan rentenir.
"Saya tidak bisa membayar bu saya kerja sebagai pembantu dirumah orang, lalu saya mencicil sedikit demi sedikit namun dua hari lalu suami ibu sendiri yang datang ke rumah saya lengkap dengan anak buah yang kekar-kekar. saya takut karena saya tidak bisa membayar tiba-tiba suami ibu memberikan secarik kertas yang bertuliskan solusi saya senang sekali melihat nya namun, betapa kagetnya saya bu...." perjelas nya namun perempuan itu kembali menangis tersedu-sedu
"Apa? apa isinya?" selidik adila
"Jika kamu mau hutang mu lunas, datang dengan pakaian terbaik mu untuk berkencan dengan ku" jawabnya lirih
Betapa kagetnya adila mendengar nya, ia melepaskan genggaman tangannya dari si perempuan "enggak mungkin, suami saya gak mungkin seperti itu"
"Tapi saya berkata jujur bu, saya sudah dua kali pergi kencan dengan suami ibu, walaupun tidak melakukan apa apa tapi saya risih bu. saya bukan perempuan penggoda seperti itu"
"Kamu bohong!" bentak adila, ia bangun dan mengambil handphone nya untuk menelpon suaminya itu. memastikan!
"Tut...Tut...."
Zaffran langsung mengangkat nya "ada apa sayang?" tanyanya lembut
"Mas aku minta kamu jujur, apa benar kamu meminjam kan uang pada seseorang sebesar 30 juta. dan uang nya belum sempat dikembalikan tapi ia sudah meninggal, alhasil anaknya lah yang harus membayar nya. karena ia tak mampu membayar, kamu menyuruh ia berkencan sama kamu? jawab mas!" cerosos adila dengan tangan yang terasa dingin
"Haduh, kamu tuh ada-ada aja. aku lagi kerja loh" jawab santai zaffran sambil menggelengkan kepalanya
"Dia datang ke rumah, cerita semuanya" ucap adila
"Setiap pulang kantor aku kan gak pernah telat pulang ke rumah, masa iya aku kencan dengan perempuan hanya karena gak bisa bayar hutang. aku punya usaha disana sini dan sekarang aku sudah punya istri yang sempurna, mungkin mereka iri pengen seperti kamu" perjelas zaffran dengan sebuah opini yang cukup masuk akal, tapi mereka menikah pun baru berapa hari toh.
Adila menghela nafas panjangnya ia tak mematikan handphone nya "saya minta kamu keluar!" tunjuk adila pada perempuan tadi
"Tapi bu, nasib saya bagaimana? saya belum bisa membayar hutang pada suami ibu" katanya lirih
"Suami saya bukan rentenir, dia tidak meminjamkan uang. jadi kamu jangan mengarang cerita sampah kamu itu!" bentaknya
"Saya tidak mengarang cerita bu, saya serius" perempuan itu berusaha meyakinkan adila, namun adila tetap berteriak mengusir nya hingga membuat satpam datang menghampiri nya dan langsung membawa perempuan pembawa cerita hutang ini pergi.
"bagaimana?" tanya zaffran ketika mendengar adila mengusir perempuan yang membuatnya belingsatan memutar otak "aku usir dia mas"
"Bagus, lain kali jangan sembarang nerima tamu. kalo ada yang mau ketemu kamu atau aku langsung usir" katanya tegas
"Iya mas, aku minta maaf" ia pun mematikan teleponnya karena ia tau zaffran pasti sibuk karena ini jam kerja
"Tak. tak..."
Suara sepatu dengan langkah kaki yang lesu berusaha menaiki anak tangga, ia duduk ditepian kasur. sambil menggenggam buku deary nya lalu menulis apa yang ia alami, setiap tarikan pena hitam yang digenggamnya kini berubah menjadi pernyataan tentang pembenaran akan suatu hal yang jadi pertanyaan.
Aku dikagetkan dengan perempuan yang menangis dan bilang dia sudah dua kali diajak kencang oleh suamiku, karena hutang ibunya yang harus ia bayar. aku sekarang terbaring lemas dengan kejadian hari ini, aku baru beberapa hari jadi seorang istri tuan muda yang tampan dan kaya raya tapi sudah diterpa kebingungan yang menghantui ku.
"aku takut suamiku main gila dibelakang ku" ucapnya lirih setelah menghentikan tulisan tangannya. ia berniat akan menceritakan ini pada sahabatnya, ternyata deary kecil ini tak bisa memberikan nya pendapat apapun. ia butuh masukan saat ini, dan dirinya yakin bahwa ia bisa mendapatkannya dari sahabat nya.
Sepandai pandainya ia menyimpan rasa, itu hanya akan memenuhi isi pikiran yang akan selalu jadi pertanyaan tanpa jawaban, setidaknya ia tau bahwa ada seseorang yang bisa ia percaya.
"Kalau mas zaffran yang berbohong aku sangat kecewa, dan bukan hanya itu. kalau dari awal saja sudah banyak kebohongan, lantas kebohongan apa lagi yang akan aku terima kedepannya" ucapnya semakin takut sambil memejamkan matanya
Kebingungan kini menerpanya dengan sangat kuat, ia hampir tak tau bahwa apakah kehidupannya akan baik baik saja atau tidak. sebagaimana ia hari ini memiliki perasaan negatif yamg akan ia terima kedepannya.
"Semoga tuhan tidak lagi mengambil seseorang yang aku sayang, setidaknya biarkan aku bahagia setelah kebahagiaan ku direnggut sedari lama"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Friska Patikasari
mending ga usah di jelasin lgi deh itu segala diary diary an , jdi ga asik baca nya -_-
2021-11-06
1
yati hayati
gak usah ada diary thor
2021-04-27
1
mama kenand
kalo bisa cerita'ya jangan d ulang lagi pas nulis buku dairy....
2021-04-06
1