03. Perkenalan Calon CEO Wijaya Group.

Bertempat di ruang pertemuan gedung Wijaya Group, papi Richard dan ayah Dirga mengenalkan putra putri mereka pada para Manager dan Direksi yang lainnya.

Beberapa orang dari mereka, tentu sudah mengenal Gyan dan Cia semenjak masih bocah. Saat sering datang berkunjung ke kantor untuk menemui ayah mereka.

Gyantara Abhiseva di perkenalkan sebagai calon Direktur utama. Dan akan menempati kursinya nanti saat pemuda itu sudah cukup kompeten.

Sementara Cia di perkenalkan sebagai calon Manager keuangan. Tentu juga sama seperti Gyan. Gadis itu akan naik jabatan saat di rasa sudah cukup mampu melakukan tugasnya.

Setelah perkenalan dengan para Direksi, papi Richard dan ayah Dirga mengantar anak - anak mereka ke ruangannya masing - masing.

Cia bergabung dengan devisi keuangan untuk sementara. Hingga gadis itu mampu bekerja dengan baik.

Sementara, ruangan Gyan berada di lantai sembilan belas. Bersebelahan dengan ruang arsip.

Tempat yang memang di sediakan khusus untuk melatih calon pemimpin.

“Aku disini sendirian?” Tanya Gyan sembari mengamati setiap sudut ruangan yang akan ia tempati.

Tidak seluas ruangan sang ayah dan papi Richardnya. Namun, ruang kerja pemuda itu cukup nyaman untuk Gyan.

Jendela kaca besar yang menyuguhkan pemandangan kota Jakarta. Rak buku di belakang meja kerja. Sofa panjang dan dua sofa single dengan sebuah meja untuk menerima tamu, dan juga ruang istirahat. Yang kurang hanya mini pantry.

Jadi Gyan harus turun ke pantry kantor untuk membuat kopi.

“Dulu papi dan ayahmu juga sempat menempati ruangan di lantai ini.” Beritahu papi Richard.

“Ya. Tetapi sekarang aku sendirian, pi. Apa Cia tidak bisa di pindahkan kesini? Masih ada ruangan kosong ‘kan?” Nada bicara Gyan sedikit memelas.

Yang benar saja ia sendirian di lantai sembilan belas itu? Gyan tidak habis pikir.

“Apa kamu bisa mengajari Cia tentang keuangan perusahaan kita? Kalau iya, ayah tidak keberatan memindahkan gadis itu kemari.” Ayah Dirga menjawab ucapan sang putra.

Gyan berdecak pelan. Ia pun berjalan menuju meja kerjanya. Masih kosong. Hanya ada tempat alat tulis diatas papan kayu jati itu,

“Kamu tidak sendirian disini. Papi dan ayah ada satu lantai diatas mu.” Imbuh papi Richard.

Gyan pun hanya berdecak pelan.

Di hari pertamanya bekerja, Gyan mendapatkan tugas untuk mempelajari tentang struktur dan hal - hal internal Wijaya Group.

Pemuda itu belajar dengan serius. Meski ia sebenarnya enggan menjadi pimpinan, namun Gyan tidak ingin mengecewakan keluarga besarnya.

\~\~\~

Jam makan siang tiba. Cia menghampiri Gyan ke lantai sembilan belas, untuk mengajak pemuda itu makan bersama.

Cia terkagum - kagum melihat ruangan yang di tempati oleh sepupunya itu.

“Enak ya, kerja di ruangan sendiri.” Celetuk Cia saat Gyan keluar dari toilet yang ada di dalam ruang istirahat.

“Bukan hanya sendiri, tetapi aku disini sendirian, Cia.” Gerutu Gyan.

Pemuda itu mengambil jas yang tergantung di samping rak buku, kemudian memakainya.

“Mau makan siang dimana?” Tanya Gyan setelah memastikan dompet dan kunci mobil ada di dalam saku jas.

“Di kafe depan kantor saja.” Ucap Cia.

Gyan mengangguk pelan. Ia pun meraih ponsel di sudut meja kerjanya.

Mereka pun keluar bersama dan menuju lift untuk turun ke lobby kantor.

“Bujuk papi agar kamu di pindahkan ke ruanganku.” Ucap Gyan saat mereka berada di dalam lift.

“Mana bisa seperti itu, Gy.” Cia menggeleng tak percaya.

“Aku sendirian disana, Cia. Untung tidak ada hal - hal horror yang terjadi.” Gyan kembali menggerutu.

Cia tidak menanggapi karena lift telah berhenti dan terbuka di lobby.

Karena makan siang di kafe yang terletak di depan gedung Wijaya, maka mereka pun hanya berjalan kaki. Dan cukup menyeberang jalan saja.

“Kamu pesan apa?” Tanya Gyan saat mereka sudah menempati salah satu meja disudut tempat makan kekinian itu.

Cia nampak berpikir sembari membaca buku menu. “Bakmi ayam pangsit. Air putih dan jus alpukat.” Ucapnya kemudian.

Gyan menulis pesanan gadis itu. Ia memasan menu yang sama. Kemudian pergi ke kasir untuk melakukan pemesanan sekaligus membayarnya.

“Aku serius, Cia. Apa kamu tidak boleh pindah ke ruangan ku? Kamu bisa membawa pekerjaanmu kesana ‘kan? Bukan hanya sekedar menemaniku.” Ucap Gyan saat mereka sedang menunggu pesanan datang.

Tatapan pemuda itu terkunci pada wajah cantik yang duduk di hadapannya.

Cia kembali menggeleng pelan. “Tidak bisa, Gy. Akupun bekerja di kubikel dengan Staff yang lain. Bukan di ruangan khusus. Sama seperti kamu, aku juga masih belajar.”

Gyan mendengus pelan mendengar ucapan sang sepupu.

“Bagiamana jika kamu meminta sekretaris? Bukannya direktur harus memiliki sekretaris? Atau asisten seperti om Dion?” Cia menyebut nama asisten sekaligus sekretaris sang papi.

Melissa telah berhenti bekerja sepuluh tahun yang lalu karena lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Sejak saat itu, Richard mempekerjakan seorang sekretaris pria, yang sekaligus menjadi asisten pribadinya.

“Bukannya sudah ada om Dion?” Gyan berbalik melempar tanya.

“Ya memang, tetapi kamu juga perlu sekretaris lain seperti tante Mona ‘kan?” Cia menyebut nama sekretaris ayah Dirga yang sudah bekerja selama dua puluh satu tahun dengan pria itu.

“Om Dion sekarang berusia empat puluh tahun. Entah kapan kamu siap menjadi Direktur utama? Sampai saat itu tiba, apa kamu yakin om Dion masih bugar? Dia pasti akan seperti papi, yang lebih banyak berdiam diri di kantor dan papa Dirga yang meeting kemana - mana.” Imbuh Cia lagi.

Sampai saat ini, hanya Cia seorang yang memanggil ayah Dirga dengan sebutan ‘papa.’ Kebiasaan sejak ia masih balita bersama pria dewasa itu.

Gyan memikirkan ucapan gadis yang selalu memikat hatinya itu.

Obrolan mereka terinterupsi ketika pesanan datang. Dan keduanya pun mulai menyantap makan siangnya.

“Jadi menurut kamu, aku harus meminta sekretaris sama papi dan ayah?” Tanya Gyan di sela menikmati makanannya.

“Ya. Persiapan sejak dini. Jadi, saat kamu sudah siap naik jabatan, kamu sudah memiliki sekretaris.” Imbuh Cia.

Gyan mengangguk setuju. Apapun yang Cia katakan dan sarankan padanya, pemuda itu selalu memikirkan dengan matang. Kemudian menyetujuinya begitu saja.

Selama ini, pilihan Cia tidak pernah salah untuk Gyan. Gadis itu selalu menjadi tempat diskusi terbaik Gyan selain sang ibu.

“Baiklah, aku akan berbicara dengan papi dan ayah nanti. Semoga saja mereka menyetujuinya.” Ucap Gyan kemudian.

“Katakan saja apa yang aku ucapan tadi. Papi dan papa pasti akan mempertimbangkannya. Bagaimana pun juga, kamu itu calon pemimpin masa depan usaha keluarga kita.”

“Cia.”

“Ya.” Cia yang sejak tadi sibuk menyantap bakmi pun menoleh ke arah Gyan. Dan pemuda itu kini tengah menatapnya dengan lekat.

“Ada apa?”

“Apa kamu tidak marah, jika aku menjadi direktur nanti? Bagiamana pun juga, kamu adalah cucu tertua di keluarga kita.” Ucap Gyan dengan serius.

Salah satu alasan yang membuat Gyan enggan menjadi Direktur utama adalah, karena Cialah yang berhak menempati posisi itu. Karena gadis itu lebih tua tiga bulan dari Gyan.

Cia meminum air putihnya. Kemudian menggeser mangkok kosong ke sudut meja.

“Gy. Dalam keluarga kita, yang menjadi pimpinan perusahaan itu adalah cucu laki - laki pertama. Bukan cucu tertua. Kamu mengertikan maksudnya?”

Gyan mengangguk pelan.

“Jadi, berhenti merasa tidak enak hati padaku. Semuanya sudah menjadi tradisi turun temurun. Lagi pula, suatu hari nanti aku juga akan menikah dan ikut dengan suami. Tidak mungkin memimpin perusahaan keluarga sendiri ‘kan?” Imbuh Cia lagi.

Tangan Gyan terkepal di bawah meja saat mendengar kalimat terakhir yang Cia ucapkan.

‘Kamu tidak boleh menikah dengan orang lain, Cia.’

...****************...

Terpopuler

Comments

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

nah, nah, nah, ini yang bahaya, gian.

2025-07-26

1

Patrish

Patrish

waduuh... bahayaaaa...

2025-08-27

0

Naufal Affiq

Naufal Affiq

lanjut kak

2025-07-27

1

lihat semua
Episodes
1 01. Keluarga Dirgantara Wijaya.
2 02. Keluarga Richard Wijaya.
3 03. Perkenalan Calon CEO Wijaya Group.
4 04. Meminta Sekretaris.
5 05. Makan Siang Bersama.
6 06. Makan Malam Keluarga.
7 07. Belum Memiliki Kekasih.
8 08. Tidak Ada Nepotisme.
9 09. Tipe Pria Idaman.
10 10. Perbaiki Diri Kamu.
11 11. Keras Kepala Dan Egois.
12 12. Sekretaris Baru.
13 13. Sandi Apartemen.
14 14. Sekretaris Di Ruangan Gyan.
15 15. Senja Anindya.
16 16. Aku Masih Normal.
17 17. Menghindari Gyan.
18 18. Aku Mencintai Kamu, Cia.
19 19. Salah Mengartikan.
20 20. Kenapa Jadi Seperti Ini?
21 21. Apa Gyan Cemburu?
22 22. Mencari Jodoh Yang Setara.
23 23. Sebuah Kesalahan.
24 24. Apa Gyan Terobsesi Padaku?
25 25. Sudah Bosan Bersembunyi.
26 26. Apa Kalian Hanya Pergi Berdua?
27 27. Sudah Cukup Gyan!
28 28. Kita Pasti Akan Bertemu Lagi.
29 29. Pria Menyebalkan Ini Lagi.
30 30. Makan Siang Dengan Klien?
31 31. Apa Harus Pergi Berdua?
32 32. Mau Melihat Calon Mantu.
33 33. Ikut Pulang Dengan Saya.
34 34. Tidak Mungkin Bersatu.
35 35. Kita Bertemu Lagi, Nona Gracia.
36 36. Tau Apa Kamu Tentang Gracia?
37 37. Temani Saya Pergi..
38 38. Apa Kamu Baik-Baik Saja, Gracia?
39 39. Gyan Benar - Benar Keterlaluan.
40 40. Belajar Bertanggung Jawab.
41 41. Calon Pewaris Tunggal.
42 42. Menculik Cia.
43 43. Arrea, Tolong Aku!
44 44. Jangan Katakan Tentang Gyan Pada Papi.
45 45. Tolong Jangan Sakiti Kak Cia.
46 46. Mengganti Kencan Yang Batal Kemarin.
47 47. Jangan Mengganggu Aku Lagi.
48 48. Apa Senja Mengetahui Sesuatu?
Episodes

Updated 48 Episodes

1
01. Keluarga Dirgantara Wijaya.
2
02. Keluarga Richard Wijaya.
3
03. Perkenalan Calon CEO Wijaya Group.
4
04. Meminta Sekretaris.
5
05. Makan Siang Bersama.
6
06. Makan Malam Keluarga.
7
07. Belum Memiliki Kekasih.
8
08. Tidak Ada Nepotisme.
9
09. Tipe Pria Idaman.
10
10. Perbaiki Diri Kamu.
11
11. Keras Kepala Dan Egois.
12
12. Sekretaris Baru.
13
13. Sandi Apartemen.
14
14. Sekretaris Di Ruangan Gyan.
15
15. Senja Anindya.
16
16. Aku Masih Normal.
17
17. Menghindari Gyan.
18
18. Aku Mencintai Kamu, Cia.
19
19. Salah Mengartikan.
20
20. Kenapa Jadi Seperti Ini?
21
21. Apa Gyan Cemburu?
22
22. Mencari Jodoh Yang Setara.
23
23. Sebuah Kesalahan.
24
24. Apa Gyan Terobsesi Padaku?
25
25. Sudah Bosan Bersembunyi.
26
26. Apa Kalian Hanya Pergi Berdua?
27
27. Sudah Cukup Gyan!
28
28. Kita Pasti Akan Bertemu Lagi.
29
29. Pria Menyebalkan Ini Lagi.
30
30. Makan Siang Dengan Klien?
31
31. Apa Harus Pergi Berdua?
32
32. Mau Melihat Calon Mantu.
33
33. Ikut Pulang Dengan Saya.
34
34. Tidak Mungkin Bersatu.
35
35. Kita Bertemu Lagi, Nona Gracia.
36
36. Tau Apa Kamu Tentang Gracia?
37
37. Temani Saya Pergi..
38
38. Apa Kamu Baik-Baik Saja, Gracia?
39
39. Gyan Benar - Benar Keterlaluan.
40
40. Belajar Bertanggung Jawab.
41
41. Calon Pewaris Tunggal.
42
42. Menculik Cia.
43
43. Arrea, Tolong Aku!
44
44. Jangan Katakan Tentang Gyan Pada Papi.
45
45. Tolong Jangan Sakiti Kak Cia.
46
46. Mengganti Kencan Yang Batal Kemarin.
47
47. Jangan Mengganggu Aku Lagi.
48
48. Apa Senja Mengetahui Sesuatu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!