Siapa namamu?

Ansel tersenyum tipis melihat ekspresi Edel yang panik dan salah tingkah. Ini pertama kalinya dalam hidupnya ada pelayan yang membuat hatinya merasa geli, bahkan ingin tertawa. Biasanya ia malah merasa terganggu jika ada pelayan mendekatinya lebih dari lima detik. Tapi gadis ini... seperti pengecualian.

"Diam di sini," ulangnya dengan suara pelan namun tegas. Setelah memastikan Edel masuk sempurna ke dalam lemari, Ansel menutup pintu perlahan dan melangkah ke arah pintu kamar.

Saat ia membukanya, sosok perempuan cantik berambut pirang keriting menyapanya dengan senyum manis.

"Kau membuatku menunggu, Ansel. Aku pikir kita akan pergi makan siang bersama? Kau sudah janji pada paman dan bibimu akan menemaniku selama aku di sini."

Ansel mengangkat alis dengan datar.

"Aku lupa, Colette."

"Lupa?" Suara perempuan bernama Colette itu terdengar agak tidak senang. Colette adalah sepupu Corrin bersaudara. Gadis tomboy dan dan suka mengatur.

"Aku sudah menunggumu di bawah. Kau tahu betapa aku benci menunggu. Kau itu sepupu paling menyebalkan di antara yang lain!"

Ansel terkekeh.

"Kalau aku menyebalkan, cari yang lain saja. Kebetulan aku berjanji pada orangtuamu karena terpaksa." balas Ansel santai lalu masuk ke dalam kamar.

Colette makin kesal, gadis itu

melangkah masuk ke dalam kamar Ansel dengan anggun, aroma parfumnya langsung memenuhi ruangan.

"Aku tidak menyuruhmu masuk Colette." Colette mencibir, tidak peduli dengan perkataan Ansel. Laki-laki itu memang tidak suka orang lain masuk ke dalam kamarnya, bahkan saudaranya sekalipun. Pembantu bisa masuk karena mereka harus membersihkan kamarnya. Namun tidak bisa masuk saat ada dia.

"Kau benar-benar tidak asyik. Kau yakin tidak ingin menemaniku keluar? Aku ingin bertemu dengan teman perempuanku. Dia adalah primadona di kampusku, siapa tahu saja kau tertarik padanya. Dia juga bilang dia sangat mengagumimu."

Ansel hanya menatapnya sebentar sebelum berbalik mengambil buku lain dari rak, seolah tidak terpengaruh oleh perkataan perempuan itu. Tidak tertarik sama sekali. Kalau bicara soal wanita, ada seseorang yang lebih menarik perhatiannya sekarang.

Di dalam lemari, Edel menahan napas. Ia bisa mendengar dengan jelas suara wanita dari luar. Setiap langkah kaki, setiap nada bicara, semuanya membuat jantungnya berdetak makin cepat. Ia takut kalau sampai tertangkap. Bagaimana kalau lemari ini terbuka? Bagaimana kalau dia bersin atau salah gerak? Atau yang lebih buruk, bagaimana kalau wanita itu tiba-tiba ingin mengecek penampilannya di depan cermin lemari?

Astaga, jangan sekarang, batinnya.

Tapi bukannya tenang, Edel justru makin panik saat mendengar suara tumit sepatu mendekat ke arah lemari. Jantungnya seakan berhenti berdetak.

Langkah Colette terdengar makin mendekat. Tumit sepatunya menjejak lantai kayu dengan ritme yang menggema di telinga Edel seperti genderang kematian. Jantungnya berdetak cepat, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya, dan seluruh tubuhnya terasa kaku.

"Kau masih menyimpan parfum paman di sini?" tanya Colette sembari membuka salah satu laci kecil di dekat lemari.

Edel menggigit bibir. Ia menahan napas begitu erat hingga dadanya nyaris meledak. Kalau Colette membuka lemari, tamatlah riwayatnya.

"Jangan sentuh apapun," suara Ansel terdengar sedikit lebih keras, membuat Colette terhenti.

"Aku hanya melihat-lihat. Lagipula, ini kamar sepupuku, bukan kamar rahasia kerajaan," Colette mendongkol. Ia membalikkan badan, tangannya terulur ke gagang lemari, tepat di tempat Edel bersembunyi.

Ansel bergerak cepat. Dalam dua langkah panjang, ia sudah berdiri di depan lemari, menepis tangan Colette dengan halus namun tegas.

"Jangan macam-macam Colette," katanya pelan, tapi sorot matanya tajam.

"Kau tidak diundang untuk mengobrak-abrik barang-barangku."

Colette mendengus, menatap Ansel dengan mata sempit.

"Kau ini ... makin lama makin aneh, Ansel. Mengesalkan sekali.

"Apa karena aku tidak menyambutmu seperti pangeran dalam dongeng?" sindir Ansel,  menyilangkan tangan di dada dengan senyum sinis. Collette tidak manja, tapi menyebalkan saja menurutnya.

Colette melemparkan rambut pirangnya ke belakang dengan angkuh.

"Kalau kau berpikir aku datang untuk perhatianmu, kau terlalu percaya diri."

"Bagus kalau begitu. Sekarang kau bisa keluar dari kamarku," balas Ansel datar.

Untuk sesaat, Colette hanya memandangi sepupunya itu. Tapi pada akhirnya, ia mendesah keras dan berbalik.

"Baiklah. Tapi jangan salahkan aku kalau nanti paman marah karena kau mengabaikanku."

Ansel tidak menjawab. Tidak peduli juga. Ia hanya membuka pintu kamar dan menunggu sampai Colette benar-benar keluar. Saat suara langkah tumit itu menjauh dan akhirnya menghilang di ujung lorong, Ansel menutup pintu perlahan dan menguncinya.

Hening. Beberapa detik berlalu tanpa suara.

Ansel berbalik dan berjalan kembali ke lemari. Dengan satu gerakan lembut, ia membuka pintu dan mendapati Edel masih dalam posisi membungkuk, wajah pucat dan mata membelalak.

"Keluarlah," katanya pelan.

Edel butuh beberapa detik sebelum berani bergerak. Ia keluar dari lemari dengan tubuh gemetar, berdiri dengan kaku sambil merapikan rok dan apron-nya.

"T-t-terima kasih, tuan muda... maaf... Aku nggak ada ma-maksud ..."

"Maksud apa?" Ansel maju lebih dekat. Tatapannya tajam dan intens. Saat melihat wajah polos gadis itu, entah kenapa Ansel seakan tertarik untuk semakin menggodanya.

"Ma-maksud ..." Edel memutar otaknya. Kenapa laki-laki ini membuat bulu kuduknya berdiri ya? Apa jangan-jangan larangan yang mengatakan tidak boleh menatap mata majikan karena ini. Karena setiap orang yang menatap para anak majikan itu akan gugup seperti yang dia rasakan sekarang.

Ketika gadis itu mengangkat wajahnya lagi, laki-laki tinggi besar itu masih menatapnya intens. Edell terpaku sesaat melihat mata yang begitu indah. Orang bule memang indah-indah sekali mata mereka.

Ansel memperhatikan ekspresi Edel yang terlihat bimbang antara ingin lari atau tetap berdiri di tempat. Pipinya memerah, tangannya menggenggam apron erat-erat, dan bola matanya bergerak gugup. Sangat berbeda dari wanita-wanita yang biasa Ansel temui, yang penuh percaya diri, pandai bicara, dan sering kali terlalu berusaha memikatnya.

Tangan Ansel terangkat menyentuh dagu gadis yang berhasil memikatnya hari ini.

"Siapa namamu?" tanyanya. Nada bicaranya pelan, suaranya laki sekali.

"E-Edell." jawab Edell. Ia berusaha tidak menatap pria itu tapi Ansel tidak memberinya kesempatan untuk menghadap ke arah lain.

Hening beberapa detik, lalu Edell kaget saat tubuhnya di dorong hingga ia terbaring di sofa besar dalam kamar tersebut. Tak hanya itu saja, tuan muda pertamanya

ikut menunduk, menatapnya dari atas dengan posisi satu tangan bertumpu di sandaran sofa. Wajah mereka hanya terpisah beberapa inci, dan napas Ansel terasa hangat menyentuh pipi Edell

Edell gemetar, wajahnya makin memerah. Ia ingin bangkit, tapi tubuh Ansel menghalangi. Tidak menyentuhnya, namun cukup dekat untuk membuat jantungnya tak karuan.

Tak lama kemudian Edell melihat pria itu tersenyum miring dan bangkit sehabis mengungkungnya. Pria itu duduk di ujung sofa.

"Pergilah." katanya datar tanpa menatap Edell.

Edell langsung bangkit detik itu juga dan keluar secepat kilat dari kamar tersebut.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Ansel jatuh cinta pada pandangan pertama melihat edel sangat cantik alami, Ansel tidak marah edel menatap wajah tampannya....

Ada pelayan yg menatap wajahnya ansel akan marah, tapi edel sangat berbeda pelayan cantik ini membuat ansel sangat tertarik....
Hati-hati ansel jatuh cinta dan bucin akut sm edel, hrs berjuang pasti keluarga menentangnya menjalin hubungan sm pelayan...

Status ansel dan edel sangat berbeda skl seperti langit dan bumi....

lanjut thor mae....
semangat sll....
sehat sll.....

2025-07-26

8

Kimo Miko

Kimo Miko

wuakakak .... orang ketakutan rasanya gimana sih.... jentung keder, keringat dingin keluar, muka udah kaya kertas. pokoknya habis deh. edel bisa keluar dari kamar ansel pasti cepat kilat kabur gak nengok nengok rasanya leeeggaaa sambil ngos ngosan👍😁😂

2025-07-31

1

Anonim

Anonim

Edel diperam dalam lemari 😄 - gegara sepupu Ansel masuk di kamarnya.
Jadi ikut dag dig dug membacanya.
Ansel ini ada rasa ketertarikan kepada Edel - si pelayan.
Sepertinya cukup lama tuh Edel di kamar Ansel - Alice mana - tak kunjung datang ???

2025-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 Tuan muda pertama
2 Siapa namamu?
3 PENOKOHAN
4 Pria misterius
5 Obati aku
6 Menghisap darahmu
7 Basten
8 Keadaan berbahaya
9 Ingin menghilang saja
10 Ingin bermain
11 Kau akan melayaniku
12 Jangan tuan muda ...
13 Sensasi apa ini?
14 Kamu beruntung
15 Berapa umurmu?
16 Kau dilarang mendekatinya
17 Jangan menjodohkan aku
18 Lakukan apapun yang mereka bilang.
19 Tempat pribadi
20 Waktumu 15 menit
21 Tubuhmu mengingatku
22 My sweet heart
23 Tamu istimewa
24 Sang putri
25 Lumatan ganas
26 Perkara kelinci
27 Matamu selalu mengkhianatimu
28 Cium aku
29 Persiapan pesta
30 Sang penculik
31 Lusinda
32 Kau harus di hukum
33 Kau kabur dariku
34 Aku akan memuaskanmu
35 Tangan atau lidah?
36 Jangan takut
37 Ada yang mengincarmu?
38 Kekasihku
39 Bukan mata-mata
40 Jangan takut
41 Kuliah?
42 Edel adalah tanggung jawabmu
43 Tidak pakai bra
44 Tidak, tanpa persetujuanmu
45 Kau gemetar
46 Ssstt, nikmati saja
47 Wajahmu sangat seksi
48 Sarapan bersama
49 Sang putri
50 Takut muntah
51 Kampus
52 Workshop
53 Kecemburuan Helene
54 Hai, darling
55 Tunanganku?
56 Aku pernah menidurimu?
57 Tidak tulus berteman
58 Menikah?!
59 Sah
60 Kemarahan Lady Corris
61 Memberi mereka cucu
62 Merinding
63 Call me baby
64 Sakit sekali
65 Sentuhan Edel
66 Habis ditiduri?
67 Istana
68 Tidak ingin kau sakit
69 Bertemu Lusinda
70 Minta maaf pada istriku
71 Kami telah menikah
72 Minta maaf pada putri
73 Kepercayaan diri Lusinda
74 Aku benar-benar putri?
75 Semua putraku hebat!
76 Untukmu saja
77 Pelayan Kerajaan
78 Bertemu Raja & Ratu
79 Pelukan Pangeran Xavier
80 Lusinda dipermalukan
81 Adelice & Mirabel
82 Basten cemburu
83 Kau basah sekali
84 Kamu punya siapa?
85 Bisik-bisik pelayan
86 Tamparan sang putri
87 Sisi lain Pierre
88 Suami kedua?
89 Undangan Lea
90 Tidak dapat ijin
91 Kenakalan istri
92 Pesta Lea
93 Kau tidak pantas
94 Bukan bintang film porno
95 Pierre datang!
96 Tabrakan
97 Ciuman
98 Perasaan yang berbeda
99 Sepupu?
100 Simbiosis mutualisme
101 Tembakan
102 Situasi menegangkan
103 Situasi menegangkan 2
104 Di gendong ala Koala
105 Nama yang manis
106 Kau ingin aku tambah gila?
107 Ingatan Edel kembali
108 Rencana penangkapan
109 Lusinda dan Camelia ditangkap
110 Gubuk
111 Hukuman raja
112 Tamparan sang putri
113 Bangga padamu
114 Mimpi buruk Adelice
115 Main
116 Basten salah paham
117 Sepupu?
118 Yang sentuh duluan
119 Gosip
120 Hari pernikahan
121 Berita kematian
122 Akan membuat istana kacau
123 Pesta tetap berlangsung
124 Aman dari siapa?
125 Ciuman Pierre
126 Sentuhan
127 Kamu sudah keenakan
128 Bersembunyi
129 Pemeriksaan
130 Teriakan Fiora
131 Mayat
132 Berduaan
133 Aula utama istana
134 Sekutu Selir Agnes
135 Rapat dadakan
136 Sentuhan
137 Main
138 Mengintai
139 Bukti penting
140 Istana kacau
141 Menyusun rencana
142 serang mereka!
143 Perang
144 Firasat buruk Edel
145 Basten hilang
146 Tenang, kak Fiora
147 Ratu Agnes di hukum
148 Kritis
149 Basten sadar
150 Edel dan Mirabel kabur
151 Pierre menyusul Edel & Mirabel
152 Bertemu kembali
153 Ingin jadi istri kedua
154 Dia adalah istriku
155 Mirabel terbangun
156 Amel bikin diri
157 Penjelasan Basten
158 Sarapan
159 Jangan lancang
160 Keras, sayang
161 Amel mengintip
162 Jangan mengusikku
163 Di tuduh mencuri
164 Terungkap
165 Pulang
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Tuan muda pertama
2
Siapa namamu?
3
PENOKOHAN
4
Pria misterius
5
Obati aku
6
Menghisap darahmu
7
Basten
8
Keadaan berbahaya
9
Ingin menghilang saja
10
Ingin bermain
11
Kau akan melayaniku
12
Jangan tuan muda ...
13
Sensasi apa ini?
14
Kamu beruntung
15
Berapa umurmu?
16
Kau dilarang mendekatinya
17
Jangan menjodohkan aku
18
Lakukan apapun yang mereka bilang.
19
Tempat pribadi
20
Waktumu 15 menit
21
Tubuhmu mengingatku
22
My sweet heart
23
Tamu istimewa
24
Sang putri
25
Lumatan ganas
26
Perkara kelinci
27
Matamu selalu mengkhianatimu
28
Cium aku
29
Persiapan pesta
30
Sang penculik
31
Lusinda
32
Kau harus di hukum
33
Kau kabur dariku
34
Aku akan memuaskanmu
35
Tangan atau lidah?
36
Jangan takut
37
Ada yang mengincarmu?
38
Kekasihku
39
Bukan mata-mata
40
Jangan takut
41
Kuliah?
42
Edel adalah tanggung jawabmu
43
Tidak pakai bra
44
Tidak, tanpa persetujuanmu
45
Kau gemetar
46
Ssstt, nikmati saja
47
Wajahmu sangat seksi
48
Sarapan bersama
49
Sang putri
50
Takut muntah
51
Kampus
52
Workshop
53
Kecemburuan Helene
54
Hai, darling
55
Tunanganku?
56
Aku pernah menidurimu?
57
Tidak tulus berteman
58
Menikah?!
59
Sah
60
Kemarahan Lady Corris
61
Memberi mereka cucu
62
Merinding
63
Call me baby
64
Sakit sekali
65
Sentuhan Edel
66
Habis ditiduri?
67
Istana
68
Tidak ingin kau sakit
69
Bertemu Lusinda
70
Minta maaf pada istriku
71
Kami telah menikah
72
Minta maaf pada putri
73
Kepercayaan diri Lusinda
74
Aku benar-benar putri?
75
Semua putraku hebat!
76
Untukmu saja
77
Pelayan Kerajaan
78
Bertemu Raja & Ratu
79
Pelukan Pangeran Xavier
80
Lusinda dipermalukan
81
Adelice & Mirabel
82
Basten cemburu
83
Kau basah sekali
84
Kamu punya siapa?
85
Bisik-bisik pelayan
86
Tamparan sang putri
87
Sisi lain Pierre
88
Suami kedua?
89
Undangan Lea
90
Tidak dapat ijin
91
Kenakalan istri
92
Pesta Lea
93
Kau tidak pantas
94
Bukan bintang film porno
95
Pierre datang!
96
Tabrakan
97
Ciuman
98
Perasaan yang berbeda
99
Sepupu?
100
Simbiosis mutualisme
101
Tembakan
102
Situasi menegangkan
103
Situasi menegangkan 2
104
Di gendong ala Koala
105
Nama yang manis
106
Kau ingin aku tambah gila?
107
Ingatan Edel kembali
108
Rencana penangkapan
109
Lusinda dan Camelia ditangkap
110
Gubuk
111
Hukuman raja
112
Tamparan sang putri
113
Bangga padamu
114
Mimpi buruk Adelice
115
Main
116
Basten salah paham
117
Sepupu?
118
Yang sentuh duluan
119
Gosip
120
Hari pernikahan
121
Berita kematian
122
Akan membuat istana kacau
123
Pesta tetap berlangsung
124
Aman dari siapa?
125
Ciuman Pierre
126
Sentuhan
127
Kamu sudah keenakan
128
Bersembunyi
129
Pemeriksaan
130
Teriakan Fiora
131
Mayat
132
Berduaan
133
Aula utama istana
134
Sekutu Selir Agnes
135
Rapat dadakan
136
Sentuhan
137
Main
138
Mengintai
139
Bukti penting
140
Istana kacau
141
Menyusun rencana
142
serang mereka!
143
Perang
144
Firasat buruk Edel
145
Basten hilang
146
Tenang, kak Fiora
147
Ratu Agnes di hukum
148
Kritis
149
Basten sadar
150
Edel dan Mirabel kabur
151
Pierre menyusul Edel & Mirabel
152
Bertemu kembali
153
Ingin jadi istri kedua
154
Dia adalah istriku
155
Mirabel terbangun
156
Amel bikin diri
157
Penjelasan Basten
158
Sarapan
159
Jangan lancang
160
Keras, sayang
161
Amel mengintip
162
Jangan mengusikku
163
Di tuduh mencuri
164
Terungkap
165
Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!