Tuan Bara

Maira mematut penampilannya di cermin. Ia hampir tidak mengenali perempuan dalam balutan gaun ketat berwarna hitam itu. Malam ini ia tampak cantik sekali. Hiasannya natural, rambutnya kembali dibuat bergelombang.

"Kau sangat cantik," puji Debora.

"Apa tuan Bara akan menyukainya?" tanya Maira polos.

Debora tertawa lepas.

"Maira, tuan Bara melihatmu tanpa make up saja akan terpesona, apalagi dengan keadaanmu yang sudah sangat cantik begini," sahut Debora ringan. Ia sangat tahu selera tuan tampan itu.

"Nyonya, boleh aku bertanya?"

"Katakan saja." Debora tampak menunggu pertanyaan yang akan dilontarkan gadis itu.

"Mengapa tuan Bara memilihku?"

"Karena kau menarik perhatiannya. Aku saja kagum padamu, kau mampu membuat ia terpanah," sahut Debora sungguh-sungguh. Sementara Maira tampak terlihat mencerna kata-kata itu.

Debora melihat jam dinding. Ia menatap Maira sekali lagi.

"Coba berputar," perintahnya dengan tangan terbuka. Maira menurut. Entah mengapa Debora suka sekali memintanya berputar. "Perfect!" Ia tersenyum puas.

"Apa kita akan segera berangkat?" tanya Maira saat Debora mendekatinya.

"Kau sudah tidak sabar bertemu Sugardady mu?" tanya Debora disusul tawanya yang menggelegar.

Maira diam, tak menjawab. Ia sebenarnya juga penasaran sekali seperti apa rupa tuan Bara.

"Aku hanya penasaran dengan wajahnya."

"Ia akan membuatmu tergila-gila. Ayo kita berangkat." Debora melangkah anggun, ia menggandeng Maira. Saat mereka keluar, semua mata terpanah. Para pekerja malam yang akan bersiap menerima tamu mereka menatap Maira penuh kekaguman. Mereka juga sangat iri melihat perlakuan Mami Debora yang begitu istimewa pada Maira.

"Cantik kan?" Debora menghadapkan Maira pada para pekerja lain.

"Iya, Mi," sahut mereka secara bersamaan. Memang ada jawaban lain selain itu? Pupus sudah harapan mereka bisa meraih hati tuan Bara. Tuan Bara telah menetapkan pilihannya.

Debora dan Maira melangkah anggun menuju mobil. Mereka menuju ke rumah megah itu lagi. Tempat dimana Bara telah menunggu gadisnya malam ini.

***

Di dalam mobil, Maira tampak meremas tangannya sendiri. Debora melihat itu.

"Kau gugup?" tanya Debora

"Ya, sangat," sahut Maira lirih.

"Rileks saja, semua akan berjalan lancar dan kau pasti akan menikmatinya."

Mobil terus melaju dengan Maira yang duduk gelisah di dalamnya. Entah mengapa hatinya terasa tidak karuan. Jantungnya berdetak kencang. Ia benar-benar gugup.

"Nyonya ... "

"Panggil aku Mami!" tegur Debora. Maira menggeleng.

"Tidak mau, aku lebih senang memanggilmu begitu," tandas Maira. Debora menghela nafasnya, malas berdebat dengan gadis itu.

"Terserah kau sajalah." Akhirnya ia mengalah.

"Nyonya, apa hidupku akan baik-baik saja setelah ini?" Ia bertanya dengan gugup. Debora tertawa keras sebelum ia menjawabnya.

"Maira, aku memberimu lelaki, bukan algojo," katanya masih dengan tawa.

"Apa dia tidak akan bermain tangan? Maksudku apa dia suka memukul perempuan?"

"Tidak. Dia hanya akan memainkan tangannya ketika kalian sedang di tempat tidur." Debora mengatakan itu dengan ringan sekali. Seolah itu adalah hal biasa. Sementara bagi Maira yang hanya berpacaran satu kali seumur hidupnya, sangat malu mendengar itu.

Keduanya kembali terdiam kala mobil telah memasuki gerbang tinggi rumah tuan Bara. Mereka keluar dari mobil. Penjaga membuka pintu utama, tidak ada pelayan berjejer seperti kemarin. Bara sengaja mengosongkan rumah itu tanpa pelayan malam ini. Hanya ada Sofia.

"Tuan Bara telah menunggu di kamarnya." Sofia berkata seperti biasa, dingin dan tanpa basa basi.

"Aku serahkan dia kepadamu, Sofia." Debora melepaskan gandengan tangannya pada Maira.

"Ya, kau boleh pergi sekarang," sahut Sofia lugas. Debora memandangnya kesal.

"Kau selalu seperti itu, Sofia. Terang sekali mengusirku." Debora tertawa, Sofia tidak membalasnya.

"Mari, Nona, saya antarkan anda sekarang."

Maira mengangguk pelan, ia mengutuki keputusan ini. Namun, ia sudah terlanjur dan lagi pula ia ingin secepatnya membalas paman dan bibi jahat itu.

Setiap langkah dari high hills yang ia kenakan, setiap suara pijakan itu terdengar kala ia menapaki anak tangga, Maira seperti sedang menggali kuburannya sendiri.

Ia akan kehilangan semuanya malam ini, termasuk harga dirinya. Hal yang paling berharga. Ia memejamkan mata, menghela nafas berkali-kali. Sudahlah, ia tak mungkin mundur lagi.

"Silahkan masuk." Sofia membuka pintu kamar kemudian ia menutup pintu itu lalu turun dan keluar dari rumah bergabung dengan para penjaga lainnya di luar sana.

Maira memasuki kamar luas itu dengan hati-hati. Di sana telah tersedia meja dengan dua kursi yang di mejanya telah tersaji minuman dengan dua buah gelas kaca. Suasana kamar itu remang, banyak cahaya lilin dan juga taburan bunga.

Maira menatap kagum, ia tidak pernah diperlakukan sebegini spesial oleh lelaki apalagi orang ini baru mengenalnya.

"Berputarlah, Nona." Suara itu terdengar, berat dan berkharisma. Maira tersihir mendengarnya. Refleks ia memutar tubuhnya perlahan, membuat lekuknya nampak indah dalam pandangan Bara diseberang.

Ia sedang duduk, menikmati pemandangan indah tubuh gadis muda itu. Perlahan ia mendekat, langkah suara sepatunya terdengar. Maira tercekat. Jantungnya terasa berdentum.

"Maira." Suara itu semakin terdengar dekat diikuti sosok lelaki tampan, dewasa dengan tubuh gagah. Maira terbius oleh pesona lelaki ini. "Kau tidak menjawab panggilanku." Bara benar-benar telah sampai di depannya. Ia meraih dagu Maira, menghadapkan wajah gadis yang sedang malu itu menatapnya.

"Aku ... "

Suara Maira terhenti. Bara telah mengunci bibirnya dengan lembut. Maira tidak pernah berciuman, ia hanya diam, mematung dengan tubuh menegang.

"Buka mulutmu." Suara Bara terdengar disela ciumannya yang memabukkan. Maira membuka perlahan bibirnya. Terasa lidahnya dibelit, dihisap dan dikecup dengan lembut.

Maira tampak menikmati ciuman itu. Tapi kemudian ia tersadar, ia segera mendorong Bara. Bara tersentak, menerima hal di luar dugaan itu. Ia kembali mendekat, menggiring tubuh Maira menuju ranjang besar dan empuk.

Maira terhempas, tubuhnya tergolek, menambah kilatan aneh di mata Bara.

"Tuan, aku belum siap," ujarnya kemudian.

"Tidak ada kata tidak siap setelah kau sampai di kamar ini," sahut Bara tajam. Ia kembali mendekat, membuka kemeja ketat yang membungkus tubuh atletisnya, menyisakan celana saja.

Maira tidak bisa melakukan apapun. Saat Bara mulai menarik satu persatu benda yang melekat di tubuhnya. Maira menatap Bara yang juga sedang menatapnya.

"Akanku berikan apapun yang kau inginkan setelah ini." Setelah mengatakan itu, Bara menarik bra juga celana dalam yang masih tersisa. Maira berusaha menutup semua bagian tubuh polosnya, membuat Bara gemas.

Ia kembali mencium lembut bibir gadis itu. Ranum harum tubuh Maira membuat sisi dewasanya bergejolak hebat. Ia melakukannya dengan lembut, awalnya,  lalu semakin menuntut.

"Aaah sakit, Tuan!" pekik Maira saat terasa selaput darahnya robek dihantam benda keras milik Barata Yuda.

Bara mencium mata yang basah itu lembut, seirama pacuannya yang terus cepat. Kini, Maira sempurna kehilangan semuanya, harga dirinya.

Episodes
1 Jakarta!
2 Mami!
3 Poledance
4 Penawaran Tergila
5 Tuan Bara
6 Lelaki Sejuta Misteri
7 Seperti Wine
8 My Bee
9 Aroma Sengg*m*
10 Shadow and Shallow
11 Menari dan Terus Menari
12 untitled
13 Kemana Kau Kasihku?
14 Surrender
15 Senyum Penunda Luka
16 My Love Where Are You?
17 Terlupa Romantis
18 Dua Cincin
19 Kamu Terlalu Jahat
20 Satu Permintaan
21 SugarBaby (1)
22 SugarBaby (2)
23 Just Make Love Thru The Night
24 Pesona Wajahmu
25 Kau Adalah Bayang-bayang Cahaya Cintaku
26 Aku Telah Berdua
27 Te Amo Me Amor
28 Hasrat
29 Passionate Marriage
30 Mama Olivia!
31 Egois!
32 Salken guys
33 Panggung Sandiwara
34 Tidak Ada Ruang
35 Bertahan
36 Aunty Maira
37 Dongeng Untuk Putri
38 SOFIA
39 She Is Pregnant
40 Bukan Bocah!
41 Little Bee
42 Canggung
43 Never Give Up
44 Happy With You
45 Mimpi
46 Salar De Uyuni
47 Kentang Goreng Gosong
48 One Day In Your Life
49 Club
50 Kamu Tak Sendiri
51 Kedatangan Debora
52 Puzzle
53 Maira Dan Kehidupan Kecilnya
54 Jingga Di Ujung Senja
55 Pasar
56 Sang Penari
57 Kembali Pulang
58 Bicara Padaku, Debora
59 Siapa Nyonya Merry?
60 Sebuah Rahasia Kelam
61 Dimana Aunty Maira?
62 Passion
63 Bicara Pada Sofia
64 Tidak Tenang
65 Kembali Kuliah
66 Mencintaimu Alasan Aku Hidup
67 Bimbang
68 Panggilan Tak Terjawab
69 Pelarian
70 Firasat
71 Belum Bisa Bertemu
72 Menantikan Pertemuan
73 Pertemuan Yang (Tak) Indah
74 Ibu ?
75 Trouble
76 Pelukan Penentram Jiwa
77 Sang Penakluk
78 Kedok
79 Awal Yang Baru
80 Teror (I)
81 Teror (II)
82 Teror (III)
83 Kacau!
84 INJURI TIME!
85 Pembalasan
86 N I C U
87 Masih Di Sini
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Jakarta!
2
Mami!
3
Poledance
4
Penawaran Tergila
5
Tuan Bara
6
Lelaki Sejuta Misteri
7
Seperti Wine
8
My Bee
9
Aroma Sengg*m*
10
Shadow and Shallow
11
Menari dan Terus Menari
12
untitled
13
Kemana Kau Kasihku?
14
Surrender
15
Senyum Penunda Luka
16
My Love Where Are You?
17
Terlupa Romantis
18
Dua Cincin
19
Kamu Terlalu Jahat
20
Satu Permintaan
21
SugarBaby (1)
22
SugarBaby (2)
23
Just Make Love Thru The Night
24
Pesona Wajahmu
25
Kau Adalah Bayang-bayang Cahaya Cintaku
26
Aku Telah Berdua
27
Te Amo Me Amor
28
Hasrat
29
Passionate Marriage
30
Mama Olivia!
31
Egois!
32
Salken guys
33
Panggung Sandiwara
34
Tidak Ada Ruang
35
Bertahan
36
Aunty Maira
37
Dongeng Untuk Putri
38
SOFIA
39
She Is Pregnant
40
Bukan Bocah!
41
Little Bee
42
Canggung
43
Never Give Up
44
Happy With You
45
Mimpi
46
Salar De Uyuni
47
Kentang Goreng Gosong
48
One Day In Your Life
49
Club
50
Kamu Tak Sendiri
51
Kedatangan Debora
52
Puzzle
53
Maira Dan Kehidupan Kecilnya
54
Jingga Di Ujung Senja
55
Pasar
56
Sang Penari
57
Kembali Pulang
58
Bicara Padaku, Debora
59
Siapa Nyonya Merry?
60
Sebuah Rahasia Kelam
61
Dimana Aunty Maira?
62
Passion
63
Bicara Pada Sofia
64
Tidak Tenang
65
Kembali Kuliah
66
Mencintaimu Alasan Aku Hidup
67
Bimbang
68
Panggilan Tak Terjawab
69
Pelarian
70
Firasat
71
Belum Bisa Bertemu
72
Menantikan Pertemuan
73
Pertemuan Yang (Tak) Indah
74
Ibu ?
75
Trouble
76
Pelukan Penentram Jiwa
77
Sang Penakluk
78
Kedok
79
Awal Yang Baru
80
Teror (I)
81
Teror (II)
82
Teror (III)
83
Kacau!
84
INJURI TIME!
85
Pembalasan
86
N I C U
87
Masih Di Sini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!