Sesampainya di istana, Enzo dan Enzi keluar dari dalam kereta mengikuti Anastasya dan Mery.
Enzo dan Enzi hanya saling menatap, mereka merasa kebingungan dengan keadaan sekarang.
"Hormat hamba, Baginda Ratu." ucap Kepala Pelayan di ikuti pelayan lainnya.
"Ba, baginda," ucap Enzo melihat ke arah Enzi.
"Jadi.."
"Hormat hamba, Baginda Ratu. Maaf atas kelancangan hamba." ucap Enzo dan Enzi merasa bersalah.
"Tidak perlu, lagi pula aku tidak butuh penghormatan kalian. Posisi Ratu hanyalah sebuah status," ucap Anastasya menekankan 'status'. Anastasya melirik ke arah Ketua Pelayan. Ia sudah yakin jika Kepala Pelayan merasa terkejut dan benar dugaannya, ia melihat raut wajah itu.
"Pelayan, cepat kalian bantu mereka membersihkan badan. Setelah itu, antar mereka ke taman dan persiapkan makan siang." ucap Anastasya datar dan dingin.
"Baik Baginda Ratu," ucap para pelayan.
Anastasya tersenyum ke arah Enzo dan Enzi, "Kalian segeralah bersiap-siap." ucap Anastasya berlalu pergi.
Anastasya menuju ke kamarnya, ia langsung membersihkan diri di bantu Mery.
"Mery, apa diriku yang seperti ini. Membuat anda merasa terkejut, heran dan tidak senang?" tanya Anastasya yang masih memejamkan matanya dan menyandarkan lehernya ke pinggir bathtub.
Mery terkejut, ternyata pikirannya bisa di baca oleh sang junjungan. Tentu saja ia merasa janggal terhadap Ratunya. Apalagi sosok Ratunya berubah menjadi orang lain ketika bangun tidur.
"Hamba," ucap Mery sedikit ragu, ia masih mengelus dan memijat pelan tangan Anastasya yang ia sandarkan di pinggir Bathtub.
"Jujurlah, saya tidak akan memakan mu,"
"Hamba memang merasa aneh Baginda Ratu,"
"Begitu Ya," Anastasya membuka matanya. Ia masih saja menatap langit-langit kamar mandinya.
"Jika aku sudah berubah apa kamu masih senang Mery?" tanya Anastasya melirik ke arah Mery yang sedang gugup, ia kembali melihat ke arah langit-langit.
"Jujur saja, Hamba merasa senang Baginda Ratu."
jawab Mery.
"Saya sudah berubah Mery, Saya tidak ingin di tindas lagi." ucap Anastasya dengan penuh tekad.
"Baiklah, sudah cukup. Saya harus bersiap-siap." ucap Anastasya.
Mery pun mengambil jubah mandinya. Lalu memakaikannya ke tubuh Anastasya.
Setelah keluar dari kamar mandi, Anastasya duduk di depan cermin dan memandang wajahnya.
"Mery bawakan saya gaun sederhana, tapi elegan." ucap Anastasya.
"Bagaimana dengan yang ini Baginda?" tanya Mery memperlihatkan gaun sederhana berwarna merah.
"Hem, baiklah. Yang itu saja." ucap Anastasya.
Lima belas menit telah berlalu, Anastasya telah selesai merias diri dengan rambut yang di biarkan terurai dan tak lupa Mahkota Ratu di kepalanya.
*Ternyata Baginda Ratu telah berubah, bukan cuman sifatnya tapi fisiknya. Dulu Baginda Ratu hanya hannya tampil sederhana dan rambutnya selalu di ikat satu.
Tapi sekarang Baginda Ratu membiarkan rambut indahnya terurai sekaligus sifatnya pemberani. Saya juga tercengang saat Baginda Ratu melawan preman itu, tapi semenjak kapan Baginda Ratu tau berpedang? bahkan di semua Kekaisaran wanita di anggap lemah*
"Kenapa kamu malah melamun Mery?" tanya Anastasya keheranan. Sedari tadi ia memperhatikan bayangan wajah Mery di balik cerminnya itu.
"Hamba hanya merasakan keheranan Baginda Ratu. Semenjak kapan Baginda Ratu tau berpedang?" ucap Mery.
"Anggap saja itu sebuah anugrah, sewaktu aku tidur. Aku bermimpi belajar berpedang dan juga memanah. Jadi jangan bicara ke siapapun tentang hal ini Mery. Anggap saja sebuah rahasia kita." ucap Anastasya.
"Tenang saja Baginda, hamba akan setia terhadap Baginda Ratu."
"Baiklah, sebaiknya kita ke taman."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
tapi sejak kapan ratu berpedang ,btw melawan pereman kan GK pake pedang yang ada cuma pake dengkul sama tinju
2022-12-09
1
Irma Yanti
semuanya sampai tamat dong
2022-05-20
0
Rahimsyah Rahimsyah
kita ketaman guna nikmati yg ada ditaman itu, dan duduk untuk kenyamanan
2022-04-30
1