Masih ada rasa malas dalam benakku untuk hari ini namun ponsel ku berdering ternyata telpon dari sekolah
“ Mey ini bu guru Anin”
“Iya Bu ada apa”
“Ini kamu ingat nggak lomba 3 bulan lalu yg antar kecamatan itu”
“Oh lomba menulis indah itu ya”
“Iya... Ini piagamnya baru datang dan sertifikat nya harus ditanda tangani sekarang buat dokumentasi apa kamu bisa datang kesekolah”
“Bisa bu, lagi sebentar saya bersiap”
“Makasih Mey”
“Sama-sama Bu”
Aku segera mencuci muka saja dan mengganti pakaian dengan seragam sekolah, menyemprot banyak parfum dan mengikat rambutku yang hitam dan tebal. Aku memesan ojek online dan bersiap menuju sekolah, saat ini menunjukkan pukul delapan pagi, jadi pasti pada baru masuk, saat menuju ruangan kepala sekolah aku berdendang riang dan segera masuk.
Lumayan lama waktu mengobrol bersama kepala sekolah dan aku juga mendapat amplop atas jerih payahku pribadi dari sekolah yang menyiapkan.
Syukur deh nambah uang jajan batinku. Aku memutuskan untuk menunggu jam istirahat sekitar pukul 10.00 dan aku berniat bertemu Naina.
Aku menyusuri jalan kelas yang lengang karna semua siswa dan siswi ada didalam kelas, aku menuju kantin sekolah namun pandanganku tertumbuk pada dua orang siswa dan siswi berjalan menuju taman sekolah dibelakang dan bertepatan pula aku terkejut dengan bel istirahat.
Di belakang sekolah bisa langsung menuju luar sekolah, banyak anak yang biasa lewat sana untuk belanja jajan diseberang jalan.
Bukan apa, tapi aku mengenal kedua sosok itu, aku perlahan menuju tempat yang makin lama mereka semakin menjauh dari sekolah.
Aku memencet nomer ponsel dan melakukan panggilan.
“Mey... Ada apa”
“kamu dimana”(Mey)
“lagi istirahat aja ni”
“Sama siapa”(Mey)
“Temen kok”
“ohh iya lanjut”
Aku mematikan ponselku dan berlalu membawa rasa sesak dan panas di dalam dada, seketika aku merasakan kepalaku yang tadinya membaik kemudian sakit sekali.
Aku memesan taksi dan berlalu dari sekolah, aku bahkan melupakan niatku untuk bertemu dengan Naina.
“Mba mau kemana ya”
“kemana aja pak”
“heh... Kok gitu. Mba”
“saya mau ke cafe F aja”
“Baik mb”
Aku menghabiskan waktu ku disana akhirnya air mataku tumpah, sesakit inikah rasanya.
Apa yang aku lakukan, aku bahkan tidak memiliki hubungan, kenapa aku begitu keras dan memalukan. Aku kemudian pulang saat menjelang sore, aku bahkan melupakan amplop dan aku terkejut saat Mama sudah pulang dan Vey.
“Mey... kamu kemana aja”
Aku tidak menjawab dan menghambur ke kamar, hari ini menjadi lebih sesak lagi dari pada tadi siang.
“Mey... Jawablah aku”
“Bisakah kamu pulang Vey”
“lohh kamu kenapa”
“Bukan urusanmu Vey”
Aku hanya diam didalam dan air mataku yang tak tahu diri terus mengalir.
“Mey... Verrel dari tadi nunggu kamu looo, ada apa”
“Aku mau dia pulang”sahut ku sambil terisak.
“Kenapa Verrel.... Ada masalah kah”
“Tidak tante, aku baru saja dari rumah dan kesini”
“Mungkin Mey lagi tidak ingin diganggu ya”
“Sebaiknya saya pulang tante ya”
“Maaf Verel ya”
“nggak apa tante, nanti bisa hubungi aku kalo ada apa-apa ya”ujar Verrel sambil pamitan dan kepalanya di penuhi dengan tanda tanya yang begitu banyak.
Mama membiarkan Mey istirahat, memang tadi pagi dia sempat mengirimi nya pesan bahwa akan tanda tangan sertifikat dan setelah itu dia tidak berkata apapun lagi. Bahkan Mamanya berfikir jika dia bersama Verrel disekolah, nyatanya Verrel malah kerumah dan Mey tidak ada.
Malam mulai tersenyum dengan angin dingin yang membelai tubuh.
Mey tertidur dengan seragam yang masih melekat di badannya. Dia bangun saat mendengar ponselnya terus berbunyi, dia melihat dan kembali memejamkan matanya yang terasa perih akibat banyak menangis.
“Mey... Kamu tidak makan kah”
“lagi sebentar Ma”
“okey”
Mama berlalu dari depan kamar Mey dan merapikan meja makan. Mey lebih segar setelah mandi hatinya mulai tenang dan ia tersenyum., berbalik sekali dengan yang tadi.
“Kamu berantem “
“nggak Ma”
“iya sudah tapi jangan berantem lama-lama ya”
“Aku aja belum ada hubungan Ma”
“Kamu mikirnya Mama kolot banget ya... Nggk pernah kayak kamu”
“Sudahlah Ma”
Mama Mey bersyukur kondisi Mey sudah lebih baik dari yang tadi. Tapi tetap saja rasa kepo nya besar banget. Hehehe
Keesokannya Mey masuk sekolah, ia membuang muka saat melihat Verrel datang. “Sudah masuk Mey? “.
“Iya”
“Kamu masih sakit... Kok cemberut terus”
“Sejak kapan setiap gelagat ku kamu urusi, urus aja urusanmu “
Verrel terdiam mendengar ucapan Mey yang tidak biasanya, bahkan di tempat latihan basket dia sama sekali tidak banyak bicara dan tertawa seperti biasanya.
Verrel bingung apa yang terjadi pada Mey, apakah dia melakukan kesalahan.
“Eh Vey kemarin aku ketemu sama Mey”ujar Pandu
“ketemu dimana kan dia baru masuk? “
“Aku ke ruang guru, dia tanda tangan sertifikat kayaknya” ujar Pandu lagi
“Jam berapa”
“Sekitar jam setengah sembilan”
Deg... Dada Verrel terasa berhenti berdetak, jantungnya seperti mencoba merekam sesuatu, apa Mey melihat semuanya ya.
Mey pasti salah paham, aku yakin. Posisiku saat ini sedang PDKT, ya Tuhan jika benar , pasti dia sangat membenciku saat ini.
Verrel menunggu hingga jam pulang dan mencari Mey, dengan tatapan dingin Aiko yang memperhatikan dari kejauhan.
“Berhasil”
“Mey... Kamu marah sama aku”
“cari tempat lain untuk bicara”
“baik “
Setelah mencari tempat duduk Vey memulai pembicaraan nya. “ Kamu kesel sama aku Mey”
“Nggak juga”
“Kalo gitu, kenapa nggak mau ngomong sama aku, kemarin aku datang, kamu bahkan ngusir aku, bukan kayak kamu yang biasanya”.
“Aku meneleponmu saat aku melihat mu kemarin “ujar Mey singkat.
“Itu salah paham”
“Salah paham apa, kenapa kamu tidak menyebutkan namanya”
“Aku hanya takut kamu kesal”
“Aku memahami siapa aku Verrel, makanya aku tidak terlalu kaget”
“Aku minta maaf tapi saat itu memang Aiko nge chat aku untuk ketemu dia katanya ada masalah penting tentang club sekolah, tapi nyatanya nggak ada apapun, itupun hanya sebentar”.
“Aku sadar aku bukan siapa² kamu Verrel, seharusnya aku ngga ada hak buat mengatur kamu”
“Mey,,, apa selama ini yang aku lakukan padamu tak tersirat apapun dihati kamu”.
Aku terdiam mendengar kalimat Verrel, “apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya, aku tidak menyukai Aiko dan jika kamu mau , aku akan membawanya kesini untuk berbicara padamu, jika itu membuatmu lebih baik”
“Aku lelah Vey jangan ganggu aku lagi”
“Mey”
“Please... Jangan lagi cari aku”
Mey berlalu dan Verrel tidak menahannya lagi, dia membiarkan Mey berlalu dengan perasaan yang terluka. Mey begitu banyak memiliki puing kisah yang akan dia satukan, namun sepertinya semua hanya mimpi saja.
Verrel hanya terpaku hatinya sakit karna Mey bertingkah seperti itu, dia sangat menyesali akan pertemuannya dengan Aiko, kenapa juga dia tidak berfikir bahwa Mey akan salah paham dengan yang terjadi, tapi sungguh ia sama sekali tak menyukai Aiko seperti yang dituduhkan Mey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments