Chapter 13

Terdengar seseorang sangat berisik di sekitar ku, aku terpaksa membuka mataku dengan perlahan. Ku tatap Albert yang sedang sibuk membuka sebuah peti yang berisi barang bawaannya.

"Apa yang kau lakukan kak...?!" Ungkapku seraya mengucek mataku. Ia menoleh ke arahku.

"Kau terganggu?" Ucapnya mengabaikan ku dan kembali mengobrak-abrikan barang bawaan nya.

Pagi-pagi buta ia sudah membuatku kesal. Jelas aku sangat terganggu, kau sangat berisik Albert.

Aku mengabaikan nya dan mencoba untuk tidur kembali...

Ahhh... memang sangat menyebalkan.

Aku membuka kedua kelopak mataku dan terduduk, ku sibakkan selimut yang ku gunakan. Ku langkahkan kakiku pergi dengan kesal meninggalkan nya. Aku segera mengambil handuk ku dan melakukan ritual mandi ku.

"Hahhh..." Ucapku lega seraya memejamkan mataku menikmati guyuran air yang mengenai tubuh ku.

_________

Aku berjalan-jalan menikmati pemandangan hutan yang sangat lebat di pinggir-pinggir rumah Professor Auter... Sesekali aku membaca buku di bawah pohon besar seraya menikmati angin yang menyentuh kulitku.

Helaian-helaian semilir angin membuat rambutku menghalangi pandangan mataku, membuat ku sedikit mengantuk. Aku tertidur bersandar di bawah pohon dengan mendengarkan kicauan-kicauan burung yang seperti bernyanyi di dalam hutan.

Ku buka mataku menatap sekitar halaman, tampak Ane sedang menjemur pakaian di bagian belakang halaman... Ia menoleh menatapku tanpa tersenyum.

"Sangat menakutkan..." Ungkapku seraya mengalihkan pandangan mataku ke arah kesatria yang sedang sibuk melakukan aktivitas nya di bagian ujung halaman.

Sudah berhari-hari kami berada di sini, aku bahkan tidak melihat Professor Auter kecuali ketika kami makan bahkan itu sangat jarang ia ikut makan bersama kami.

Sebenarnya ada apa dengan rumah ini? Rumah sebesar ini hanya Ane pelayan satu-satunya... Apakah Professor Auter tidak menyukai kehadiran banyak orang? Tapi kenapa ia mau menampung kami di sini? Apa itu terpaksa?

Aku mikirin apaan sih?

Aku beranjak berdiri melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah, ku letakkan buku yang ku bawa di atas meja ruang tamu. Aku meninggalkan nya seraya berjalan-jalan di dalam rumah.

"Aku belum pernah ke lantai tiga, lebih baik aku ke sana...."

Ku langkahkan kakiku dengan cepat ke lantai tiga sebelum Ane melihatku.

"Ternyata tempat ini seperti lantai kedua..."

Aku mencoba membuka pintu-pintu di lantai tiga tapi semuanya terkunci.

"Satu pintu lagi..." Ungkapku menghampiri pintu yang berada di pojokan.

Ceklek...

"Terbuka..?!"

Ku buka perlahan pintu itu dan tampak lah sebuah ruangan kamar yang kosong tanpa dekorasi seperti di kamar kami. Hanya terdapat satu tempat tidur tua dan satu lemari pakaian besar.

Tanpa ku sadari, bunyi langkah kaki berjalan ke arah kamar... Aku terkejut dan mencoba mencari tempat persembunyian... Aku melihat lemari itu, dan berlari pelan ke arahnya...

Aku masuk ke dalam lemari yang penuh dengan pakaian-pakaian berbulu. Sepertinya pakaian hangat. Aku mencoba menahan nafasku ketika seseorang membuka pintu kamar ini.

Ku langkahkan kaki ku mundur ke bagian belakang lemari. Aku tersandung dan terjatuh, aku merasakan aku menyentuh sesuatu.

"Daun... Ini daun kering? Di lemari..?! Yang benar saja..."

Aku melihat ke belakang dan tampak sebuah tempat seperti hutan yang di penuhi dengan pohon Cemara berada di hadapan ku.

Aku menepuk-nepuk tangan ku yang kotor karena terjatuh dan beranjak berdiri.

"Tempat apa ini..!?"

Aku memperhatikan sekitar, hanya sebuah hutan yang penuh dengan pohon Cemara.

"Ini aneh...." Ungkapku berbalik kembali masuk ke dalam lemari. Aku keluar dari lemari dan kembali ke kamar ku dengan sedikit tergesa-gesa.

"Sepertinya aku memang terlalu banyak membaca novel fantasi deh..." Ungkapku menggeleng-gelengkan kepala ku tak percaya seraya cepat menuruni anak tangga.