Jaka dan kakek tua itu telah tiba di persimpangan besar di dekat Desa Sungai Putih setelah menempuh beberapa jam perjalanan, mereka pun kemudian berpisah.
"Kau ambil lah jalan lurus, kau akan menemukan Desa Sungai Putih yang tak berapa jauh dari sini."
Kakek tersebut mengacungkan jarinya menunjuk jalan lurus yang ada di depan mereka.
"Terima kasih atas tumpangannya Kek, berhati-hatilah." Jaka memberi hormat sambil tersenyum simpul.
"Sama-sama, kau juga Nak, berhati-hatilah." Kakek tersebut membalas senyuman Jaka.
Mereka pun berpisah dan melanjutkan perjalanannya masing-masing.
Jaka kemudian mencoba teknik meringankan badan. Ia pun lalu berlari menggunakan teknik meringankan badan yang telah ia pelajari.
Jaka berlari dengan cepat dan hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja hingga ia melihat sebuah pemukiman Desa di kejauhan, ia pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Sesampainya di gerbang desa, hatinya merasa sesak melihat kondisi desa yang dulunya cukup ramai penduduk, kini terlihat sepi, hanya terdapat beberapa penduduk saja yang berlalu lalang. Kemudian Jaka melangkahkan kaki memasuki desa itu.
Sesampainya di desa itu, Jaka disambut oleh lelaki paruh baya yang tak lain adalah Kepala Desa.
"Halo ... Pak Prayoga," sapa Jaka.
Kepala Desa tersebut bernama Prayoga Setiawan. Ia menjabat sebagai Kepala Desa tiga puluh tahun lamanya.
Prayoga membalas sapaan Jaka dengan mengangkat sebelah alisnya. "Halo anak muda, siapakah engkau? Dan bagaimana kau bisa mengetahui namaku?"
"Emm ... Aku Jaka Sakti Pak, aku dulu pernah tinggal di desa ini, nama ibuku Dewi Putri dan Ayahku Bagas Sakti," jawab Jaka.
"Ahh ... Kau adalah anak dari saudara Bagas, kini kau sudah sebesar ini, bagaimana dengan rumah barumu Nak? Mari silahkan masuk, kita berbicara di dalam," ucap Yoga mengajak Jaka masuk ke dalam rumahnya.
Yoga menyuguhkan teh untuk Jaka dan meminta Jaka untuk menceritakan kisah hidupnya setelah meninggalkan Desa hingga sekarang. Jaka pun menceritakan semuanya kepada Yoga.
Yoga tersenyum simpul setelah mendengar cerita Jaka, ia tampak merasa bersyukur Jaka telah hidup dengan sangat baik hingga saat ini. "Syukurlah Nak, kau bisa tinggal dengan orang-orang yang menyayangimu hingga sekarang."
"Apa yang sedang kau lakukan di Desa ini Nak?" tanya Yoga kemudian.
"Aku ada urusan di sekitar sini Pak, jadi aku sekaligus mampir ke sini," jawab Jaka seadanya, ia kemudian bertanya mengenai hal yang membuatnya penasaran kepada Prayoga,
"Apa yang terjadi pada Desa Pak? Mengapa hanya sedikit warga yang tinggal di sini?"
Prayoga menghela nafas kasar sebelum menjawab pertanyaan Jaka. "Sebelumnya, beberapa penduduk meninggalkan Desa setelah kejadian penyerangan waktu itu, kemudian beberapa tahun setelahnya setiap setahun sekali, ada seekor siluman harimau datang ke desa dan memangsa salah satu warga, tapi entah mengapa ia hanya memangsa satu orang, lalu kemudian kembali ke hutan. Semenjak kejadian itu, satu per satu warga desa pergi meninggalkan desa."
"Lalu mengapa Bapak dan warga lainnya yang tersisa tidak meninggalkan Desa?"
"Kami telah tinggal di sini semenjak kecil, kami tak bisa meninggalkan Desa ini dan kami juga tak memiliki tujuan kalau harus pindah."
"Lalu bagaimana jika Siluman itu datang lagi?"
"Pada hari dan tanggal yang sama di tiap tahunnya, kami akan pergi selama tiga hari dan menginap di Desa tetangga."
Saat mereka sedang asik berbincang seorang warga mengetuk pintu Rumah Kepala Desa dan membuat mereka berdua berhenti berbincang.
Tok! Tok!
"Permisi Pak Kepala Desa, kami sudah siap untuk pergi," ucap warga itu dari luar rumah.
"Ohh ... Iya aku hampir lupa, tadi kami sedang bersiap untuk meninggalkan desa, sebab hari ini tepat pada hari di mana Siluman itu datang dan kami akan pergi meninggalkan Desa selama tiga hari.
"Ayo Jaka, kita harus segera pergi sebelum Siluman itu datang," ajak Yoga pada Jaka.
Sejenak Jaka berfikir tentang ajakan dari Kepala Desa, kemudian memantapkan diri untuk melawan Siluman itu dan melindungi Desa ini.
"Pak Kepala, kalian tak harus pergi meninggalkan Desa hari ini, biarlah aku yang melawan Siluman itu."
"Jangan bercanda kau Nak, kau tidak akan bisa mengalahkannya, Siluman itu sangatlah kuat dan besar, aku melihatnya sendiri," ucap Yoga yang merasa ragu terhadap Jaka.
"Pak, aku yakin bisa mengalahkannya, sekarang aku sudah berlatih bela diri."
Jaka mencoba meyakinkan Prayoga, namun Prayoga tetap bersikeras mengajak Jaka untuk pergi meninggalkan desa.
"Kami tak ingin kau membahayakan nyawamu untuk kami, ayo kita pergi saja."
"Tak apa Pak, kalian juga seperti keluarga bagi ayah dan ibuku, biarlah aku menolong kalian." Jaka juga bersikukuh, mencoba mendapatkan kepercayaan dari Prayoga.
Melihat keyakinan Jaka, kepala desa itu pun menyetujui uluran tangan Jaka untuk membantu desa. Yoga kemudian menemui penduduk dan memberitahu mereka tentang hal yang dikatakan Jaka.
Sebagian dari mereka masih merasa ragu dan tetap memilih meninggalkan desa selama tiga hari dan yang tersisa hanya bisa berharap pada Jaka.
Setelah mendapatkan kepercayaan dari sebagian warga desa, Jaka kemudian duduk bermeditasi di pinggir Desa, tepat pada jalur masuknya Siluman itu.
Sudah beberapa jam sejak Jaka mulai menunggu Siluman itu, tetapi belum ada tanda-tanda kedatangannya.
Saat hari mulai gelap, Jaka merasakan keberadaan hawa jahat, ia kemudian membuka matanya dan melihat seekor siluman tengah berlari ke arahnya.
Para penduduk yang memperhatikan dari jauh menyadari hal itu, mereka ketakutan dan khawatir terhadap keselamatan Jaka, mereka mengetahui betapa kuatnya Siluman Harimau itu.
"Seekor Siluman Harimau Punggung Tanduk? Hmm ... Ini akan menjadi pertarungan yang berat," gumam Jaka.
Siluman Harimau Punggung Tanduk merupakan Siluman dua ratus tahun, memiliki enam tanduk pada punggungnya, berwarna oranye, dan garis-garis hitam pada tubuhnya.
Siluman ini memiliki tinggi satu setengah meter dengan ukuran badan empat kali ukuran pinggang Jaka. Siluman ini berbeda dengan Siluman dua ratus tahun lainnya, ia lebih cerdas dan kuat karena ukuran badannya.
Siluman itu langsung melompat dan menyerang Jaka dengan cakarnya, Jaka dengan cekatan menyambut serangan Siluman itu dan menahannya dengan pedang. Serangan Siluman itu begitu kuat membuat Jaka terdorong tiga langkah ke belakang.
"Kurang ajar! Mengapa tenaga Siluman ini begitu kuat," umpat Jaka lalu menegakkan kembali posisi tubuhnya.
Siluman itu menyerang Jaka dengan buasnya, menggunakan taring dan cakarnya. Setiap serangan yang dilancarkannya membuat Jaka kewalahan. Jaka sampai harus menggunakan Teknik Meringankan Badan untuk menghindari setiap serangan dari Siluman itu.
Dengan badan yang besar, Siluman itu tak dapat bergerak cepat, sehingga membuat Jaka leluasa dalam menghindari setiap serangan yang datang dan sesekali menangkis lalu menyerang balik menggunakan pedangnya.
Serangan yang diberikan Jaka tidak berpengaruh sedikitpun terhadap siluman itu. Siluman itu sadar ia tak akan bisa mendaratkan serangannya, melihat gerakan Jaka yang lebih cepat dalam hal menghindar daripada serangan yang dilancarkannya.
Siluman Harimau itu kemudian menoleh ke arah penduduk yang sedang menyaksikan pertarungan Jaka dari jauh, lalu tampak berlari menghampiri mereka.
Jaka yang menyadari hal itu, dengan sigapnya ia berlari mengejar Siluman itu.
"Sial! Dia malah berfikir untuk menyerang penduduk padahal ia sedang bertarung denganku!"
Jaka berlari dengan kencang untuk bisa menyusul siluman itu. Kecepatan lari Jaka melebihi kecepatan lari dari siluman itu, membuat ia kini hanya selangkah tepat di belakang ekor siluman tersebut.
Posisi Jaka kini tepat berada di belakang Siluman itu. Tiba-tiba Siluman itu membalikkan badannya dengan cepat lalu mendaratkan cakarnya tepat di dada Jaka.
Jaka tak menyadari saat serangan itu datang, Jaka hanya mengira siluman itu berlari mengejar penduduk Desa. Ternyata itu hanyalah siasat dari Siluman itu untuk mengecoh Jaka agar memberikan ia peluang untuk menyerang Jaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
mantap
2022-07-21
0
Thomas Andreas
pertarungan berbahaya
2022-01-09
0
Revo Triono Adi Saputro
mulai seru... jaka berpetualang...
2021-10-29
0