Jaka menggengam erat pedangnya lalu mengambil ancang-ancang dan mengalirkan tenaga dalam pada pedangnya.
"Teknik Pedang Bumi! Tebasan Naga Bumi!"
Jaka melesat dengan cepat ke arah pembunuh dan memberikan dua kali tebasan pedang yang sangat cepat ke arah dada pembunuh bayaran itu.
Pembunuh Bayaran tersebut terkena dua tebasan telak yang mematikan pada dadanya, ia tak sempat menghindar ataupun menangkis serangan cepat yang tiba-tiba dilancarkan oleh Jaka.
Hidupnya berakhir dengan bersimbah darah. Serangan pedang Jaka membuat luka tebasan yang dalam dan mematikan. Pembunuh bayaran tersebut seketika tewas mengenaskan.
Jaka cukup terkejut, ia tak menyangka bahwa serangannya akan se-mematikan itu, ia hanya berniat memberikan pembunuh bayaran tersebut pelajaran.
Jaka beringsut menghampiri pembunuh itu yang sudah terkapar di tanah dengan bersimbah darah. Ia mencoba menyembuhkan pembunuh itu dengan tenaga dalamnya, tapi terlambat, pembunuh itu sudah kehabisan banyak darah dan tewas.
"Hey! Bangunlah..!" ucap Jaka sambil mengalirkan tenaga dalamnya.
Jaka tampak sangat menyesali tindakannya, yang awalnya ia hanya ingin memberikan pelajaran dengan mencoba teknik pedangnya, malah berakhir dengan membunuh orang itu.
Teknik pedang bumi dipadukan dengan pedang pusaka manusia, akan menciptakan kekuatan dan daya serang yang mematikan, namun tampaknya Jaka tidak menyadari hal itu.
"Hey kau...! Lelaki aneh, mengapa kau merasa bersalah dan meminta maaf pada orang itu? Dia pantas mendapatkannya, karena orang itu berhati iblis!" bentak gadis tersebut.
"Walau dia jahat sekalipun, aku akan tetap merasa bersalah, karena menyerang saat ia dalam posisi tidak siap dan aku belum pernah sekalipun membunuh orang," ucap Jaka memelas.
"Teserah kau saja, pokoknya terima kasih telah menolongku, aku akan memberikan imbalan padamu karena telah menyelamatkanku suatu saat nanti jika kita bertemu lagi. Aku harus segera pergi, aku tak ingin ada orang lain melihatku di sini," ucap gadis itu dan berlalu pergi begitu saja.
"Dasar gadis kasar!" gumam Jaka.
Karena rasa penyesalannya yang besar, Jaka pun kemudian menguburkan mayat pembunuh bayaran itu dengan layak, lalu meminta maaf.
Setelah Jaka selesai menguburkan mayat pembunuh bayaran itu, ia merasakan hal aneh yang tiba-tiba terjadi pada tubuhnya. Pandangan matanya menjadi kabur, lalu ia merasakan sakit pada dadanya, seperti ditusuk belati, ia mengerang kesakitan hingga jatuh berlutut sambil memegang dadanya.
"Apa ... Apa yang terjadi padaku?! Mengapa dada ku sakit sekali?! Aargghh...!!"
Jaka berusaha menahan sakitnya dan mencoba mengobati rasa sakit tersebut menggunakan tenaga dalamnya, tetapi usahanya sia-sia, sakit yang ia rasakan teramat dalam, hingga ia hampir pingsan.
Saat pandangan matanya mulai redup, sakit pada dadanya hilang seketika, tubuhnya kembali normal, seperti sedia kala.
"Apa ...? Mengapa? Mengapa Bisa begini, apa yang terjadi pada tubuhku?" tanya Jaka dalam benaknya.
Jaka terdiam sejenak, pikirannya berputar-putar, mencoba menerka hal yang terjadi pada tubuhnya. Jaka akhirnya mencoba melupakan hal itu, lalu beristirahat sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.
**
Setelah kejadian itu, Jaka kini melanjutkan perjalanannya, ia sudah menempuh separuh jalan menuju desa kala ia kecil.
Jaka melihat permata pada gelang galaksinya yang mengeluarkan cahaya berwarna biru cerah, cahaya itu membentuk segitiga seperti jarum pada kompas.
"Cahaya ini, persis seperti yang pernah dijelaskan oleh Kakek Surya." Jaka menatap lekat kompasnya.
Saat jaka tengah fokus memperhatikan cahaya pada gelangnya, ada suara yang memanggilnya dari kejauhan, ia pun langsung menoleh ke sumber suara tersebut.
"Anak muda ...! Haii! Anak muda! "
Seorang kakek tua tengah melambaikan tangannya pada Jaka. Jaka kemudian melangkahkan kakinya mengampiri Kakek itu.
"Kakek memanggilku? Ada apa Kek?" tanya Jaka pada kakek itu.
"Bisa tolongin kakek tidak Nak? Kereta Kuda kakek terjebak di dalam lubang yang cukup dalam, Kakek sudah mencoba mengeluarkannya tapi tidak berhasil, karena kakek tak cukup kuat," ucap kakek tersebut dengan memelas.
"Baiklah Kek, aku akan membantu." Jaka berjalan menuju kereta kuda tersebut dan memegang bagian bawah kereta kuda itu.
Jaka tidak sedikitpun kesulitan mengeluarkan Kereta Kuda itu dari dalam lubang, karena tenaga yang ia miliki cukup kuat.
"Terima Kasih anak muda, terimakasih banyak," ucap Kakek itu sambil menyalami Jaka.
"Tidak usah sungkan Kek, sudah kewajiban membantu orang yang membutuhkan." Jaka tersenyum tipis.
"Kalau kakek boleh tahu, siapa namamu dan kemana kau akan pergi Nak? " tanya Kakek itu.
" Namaku Jaka Sakti kek, aku sedang menuju Desa Sungai Putih," jawab Jaka.
"Kebetulan sekali, kakek juga mengarah ke sana, apakah kau mau ikut denganku?"
Jaka mengangguk pelan. "Tentu Kek, terima kasih sebelumnya."
"Tak usah sungkan anak muda, kau sudah membantu kakek, tentu kakek harus melakukan sesuatu untuk membalasnya, tetapi kita akan berpisah di persimpangan besar sebelum Desa Sungai Putih."
"Tidak masalah Kek."
Jaka justru merasa senang ketika ada teman yang menemaninya dalam perjalanan, karena ia belum terbiasa berjalan sendirian.
Jaka menumpang di kereta kuda kakek tersebut dan duduk di sebelah kakek yang sedang bekerja, mengendarai kuda supaya baik jalannya.
Kakek itu terlihat seperti seorang pedagang yang membawa barang dagangannya yang cukup banyak. Sepanjang perjalanan Jaka hanya termenung, memikirkan banyak hal.
"Apa yang terjadi pada diriku sebelumnya?"
"Mengapa dadaku terasa amat sakit?"
"Apa pembunuh bayaran itu menggukan senjata rahasia? Atau gadis yang kutemui itu adalah penyihir?" tanya Jaka dalam hati.
Berbagai macam pertanyaan terlintas di pikiran jaka mengenai kondisi tubuhnya dan ia juga masih merasa menyesal dengan yang terjadi pada pembunuh bayaran itu.
Menyadari wajah Jaka yang tampak murung, kakek tersebut kemudian bertanya pada Jaka. "Anak muda, apa yang membuatmu gusar? Hingga melamun seperti itu?"
"Ahh ... Tidak apa Kek, tidak ada apa-apa " jawab Jaka berkilah.
"Ohh ... Ayolah, kakek bisa melihatnya dengan jelas dari ekspresi wajahmu, lebih baik kau cerita, jangan di pendam, siapa tau kakek bisa memberikanmu solusi."
"Apakah begitu kelihatan Kek? Hehe..." Jaka menyeringai tipis.
"Tentu saja, sekarang ceritakan pada kakek apa yang membuatmu resah."
"Emm ... Aku bingung mulai dari mana Kek."
Jaka kemudian menceritakan semua kejadian di kala ia berjumpa gadis dan pembunuh bayaran, serta proses kematian pembunuh bayaran tersebut.
Setelah mendengar perkataan Jaka, kakek tersebut malah tertawa lantang. "Hahaha..! Dasar anak muda, kau sangat berhati mulia, wajar kau merasa bersalah, untuk ukuran orang yang belum pernah membunuh sebelumnya.
"Dengar ya Nak, pembunuh tersebut pantas mendapatkannya, semasa hidupnya ia sudah melakukan banyak kesalahan dan banyak menghilangkan nyawa, jadi itu adalah hukuman dari langit untuknya.
"Ia merasakan kematian yang tragis secara tiba-tiba tanpa ia sadari, setiap orang memiliki takdirnya masing-masing, jadi tak perlu merasa bersalah yang kau lakukan sudah benar," ucap kakek itu menjelaskan serta memberikan pengertian pada Jaka.
"Dalam dunia pendekar, tidak ada yang namanya membunuh penjahat adalah kesalahan, terlepas caramu membunuh dengan ia sadari atau tidaknya, kau menyelamatkan banyak nyawa di masa depan, karena jika orang sepertinya masih hidup, tentu ia akan kembali mengambil nyawa orang lain," ujar kakek itu menambahkan.
Setelah mendengar penjelasan dan nasehat dari kakek itu, Jaka pun merasa lebih tenang dan tak terlalu gelisah lagi.
Mereka melanjutkan perjalanan sembari berbincang, tak ada kejadian yang berarti saat perjalanannya, hanya beberapa perampok kecil dan juga gerombolan binatang buas. Jaka berhasil menghalau mereka untuk menjauh pergi tanpa kesulitan berarti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
Djohan Andrea
Kmengendali kuda supaya baik jalan nya ......Tuk tik tak tiktuk tik tak tik tuk🤭🤭🤭🤭
2023-01-09
0
rajes salam lubis
lanjutkan
2022-07-21
1
rajes salam lubis
hahaha tuk tik tak tik tuk
2022-07-21
0