Jaka berjalan dengan langkah gontai menuju timur, ia masih bimbang dalam memulai petualangannya, karena usianya yang baru menginjak remaja, ia merasa ragu dengan dunia yang besar ini, perjalanannya seorang diri, rintangan dan tantangan apa yang akan ia hadapi ke depan.
Namun ia sadar, dalam memulai sesuatu, haruslah dengan keyakinan, apalagi petualangan untuk mencari jati diri, ia tau bahwa ia harus semangat dan memiliki keteguhan hati
"Aku pasti bisa! Ini demi melindungi orang-orang yang kucintai, ayo Jaka!" ucapnya menyemangati diri sendiri.
**
Perjalanan yang Jaka tempuh sudah satu hari lamanya. Tak ada cerita yang berkesan pada hari pertamanya berpetualang, ia hanya berhenti untuk makan dan beristirahat.
Jaka teringat tentang Kota Kubu, kota yang pernah ia datangi bersama Dika kala ia kecil. Jaka berencana menjual crystal siluman yang ia dapat untuk modal penunjang perjalananya.
Walau Ayahnya sudah memberi ratusan keping koin emas, tapi Jaka yakin itu tidaklah cukup, ia harus bisa menghasilkan uang sendiri mulai dari sekarang.
Jaka sampai di kota gerbang kota tersebut setelah berjalan beberapa jam. Jaka pun ikut mengantri ketika ingin memasuki Kota tersebut. "Keamanan Kota ini terbilang ketat."
Jaka mengantri di belakang penduduk dan pedagang dan hanya keluarga bangsawan yang tidak harus mengantri ketika ingin memasuki Kota.
Jaka menunggu sekitar setengah jam lamanya, lalu sampailah pada saat giliran Jaka, ia dihadang oleh dua orang penjaga berbadan kekar.
"Maaf, wajahmu terlihat baru dan asing di Kota ini, bisa tolong tunjukkan tanda pengenal?" ucap salah satu penjaga.
Jaka kemudian mengambil tanda pengenal di balik jubahnya lalu memberikannya kepada penjaga tersebut.
"Ohh... Dari Suku Bumi Alam ya, maaf aku belum pernah melihatmu, sebelumnya, silahkan masuk." Penjaga tersebut langsung mempersilahkan Jaka untuk masuk.
Kemudian Jaka memasuki kota itu, suasana Kota ramai seperti saat ia pertama kali memasuki Kota tersebut.
Sesampainya di dalam kota, Jaka langsung mencari Toko senjata dengan menanyakan di mana lokasinya kepada salah satu penduduk yang berada di sana.
Setelah mendapatkan informasi mengenai lokasi tempat toko senjata berada, Jaka langsung berjalan menuju lokasi tersebut.
Jaka lalu memasuki sebuah Toko senjata yang cukup besar, dengan bangunan dua lantai. Saat memasuki toko ia disambut oleh penjaga toko tersebut.
"Anak muda, ada yang bisa saya bantu?"
"Emm... ini Paman, aku mau menjual crystal siluman." Jaka mengeluarkan Crystal Siluman di gelang galaksi dari balik jubahnya.
Penjaga toko tersebut melebarkan kedua matanya, ia merasa takjub dengan crystal yang Jaka bawa. "Wow... Crystal Siluman dua ratus tahun!"
Menyadari sesuatu yang penting, penjaga toko tersebut mengangkat sebelah alisnya. "dari mana kau mendapatkannya?" Tanya Penjaga Toko tersebut, ia merasa heran anak remaja seperti Jaka bisa memiliki Crystal Siluman dua ratus tahun.
"Aku mendapatkannya dari ayahku Paman," jawab Jaka singkat.
"Baiklah, tunggu sebentar di sini, paman akan mengecek crystal ini sebentar." Penjaga itu tampak masuk ke salah satu ruangan yang ada di Toko itu.
Crystal Siluman dipakai untuk membuat senjata dan juga sebagai sumber daya tenaga dalam. Semakin besar dan semakin pekat warna crystal tersebut maka akan semakin bagus kualitas dari senjata yang akan di buat.
Tak berapa lama, penjaga toko itu kembali dengan membawa kantong uang. "Ini, seratus koin emas, kualitas crystal ini cukup bagus, bisa dibuat ke dalam senjata yang berkualitas."
Jaka yang mendengar jumlah seratus koin emas, menelan ludahnya, ia tak percaya dengan jumlah yang diberikan.
Jaka segera menyambut kantong uang tersebut dengan senyum tipis di wajahnya. "Baiklah Paman, aku akan menerimanya."
"Kalau kau menemukan crystal siluman yang jauh lebih bagus dari ini, kembalilah kesini, kami akan membayarnya."
"I-iya Paman."
Jaka meninggalkan toko tersebut dengan senyum lebar menghiasi wajahnya, ia kemudian menjadi semangat untuk mengumpulkan crystal siluman di kemudian hari.
Setalah meninggalkan toko senjata, Jaka berhenti di depan sebuah toko obat, ia teringat dengan Toko Kakek Cho dan langsung masuk ke dalam toko tersebut.
"Apa cari anak muda?" Kakek Cho menyambut kedatangan Jaka dengan tersenyum lebar.
"Emmm... Apa Kakek masih mengingatku?" tanya Jaka penasaran.
"Aiyaa...! Mana lah kakek boleh ingat, banyak orang datang ke sini ma." Kedua bola mata Kakek Cho melirik ke atas, mencoba mengingat-ingat wajah Jaka.
"Aku pernah di bawa ke sini oleh ayah Mahardika waktu berumur lima tahun."
Kakek Cho menaikkan kedua alisnya. "Oohh... Iya, kakek ingat, mengapa kau bisa jadi besar?"
"Manusia pasti bertambah besar Kek." Jaka menautkan alisnya.
Kakek Cho tertawa kecil melihat ekspresi wajah Jaka. "Hehe... Kakek tau, bercanda ma, apa cari?"
"Aku butuh obat oles untuk luka luar, serta aku ingin bertanya sesuatu Kek."
"Haa... Tanyalah..."
"Kek, adakah pil penambah tenaga dalam yang paling bagus? Terus apa namanya?"
"Ada, Pil mutiara putih, menambah 10-20 lapis tenaga dalam, menyembuhkan, memulihkan tenaga dalam dan stamina."
"Apakah kakek punya?"
"Tak la, pil itu mahal sekali punya harga, kakek tak sanggup dan tak ada yang mau beli juga di sini. Kakek cuma punya pil khasiat rendah hingga menengah, pil khasiat utama hanya ada di Ibukota."
"Baiklah Kek, aku ambil obat olesnya saja." Jaka tersenyum tipis.
Jaka lalu membeli salep luka luar dan langsung membayarnya, kemudian melangkahkan kakinya untuk meninggalkan toko. "Terimakasih kek!"
Kakek Cho mengantar Jaka hingga kedepan Toko. "Hati-hati di jalan, ingat, jangan bermain wanita."
"Huh...! Mengapa ucapan Kakek Cho sama dengan Neta. Memangnya aku bertampang nakal?" gumam Jaka dalam hati.
Setelah menyelesaikan urusannya di kota tersebut, Jaka kemudian meninggalkan Kota, lalu kembali berjalan ke arah timur.
Setelah berjalan beberapa jam, Jaka mengerutkan keningnya, ia melihat dari kejauhan ada pemuda yang tengah menarik lengan seorang gadis remaja dengan mengacungkan goloknya pada gadis tersebut.
Mereka tampak sedang bertikai, karena jarak yang cukup jauh, Jaka tidak bisa mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan, ia lalu menghampiri mereka, berniat menolong gadis malang tersebut.
"Lepaskan aku...! Kau siapa...! Berani-berani nya menyentuhku...! Apa yang kau inginkan...?!" bentak gadis tersebut kepada pemuda itu.
Pemuda tersebut tertawa lantang. "Hahaha...! Aku tidak menyangka ternyata kabar itu benar, bahwa kau berada di sini, mari kita lihat berapa harga kepalamu itu, aku pasti akan kaya mendadak."
"Sialan...! Ternyata dia pembunuh bayaran!" umpat gadis tersebut di dalam hati dengan ekspresi wajah yang memburuk, "aku akan memberi berapapun yang kau inginkan, asal kau lepaskan aku!"
"Benarkah? Tapi aku tidak mempercayaimu,kau pikir aku bodoh?"
Pembunuh bayaran tersebut tersenyum penuh arti dan kembali menarik lengan gadis tersebut dengan lebih kuat.
"Kau...! Kau akan menyesalinya! " ancam gadis tersebut, ia meronta-ronta, mencoba melepaskan genggaman tangan sang pembunuh bayaran.
Mendengar perkataan gadis itu, pembunuh bayaran itu tertawa dengan lantang. "Aku akan mencicipimu terlebih dahulu, kau terlihat lezat, setelah itu aku membunuhmu, maka tak kan ada penyesalan bagiku."
"Kau...! Kau manusia berhati iblis...!" bentak gadis tersebut.
"Kita lihat, apakah kau masih bisa berbicara seperti itu setelah aku melakukannya!"
Pembunuh bayaran itu lalu menggendong gadis tersebut. Gadis itu meronta-ronta tetapi tenaganya tak cukup kuat.
Pembunuh bayaran tersebut menghentikan langkahnya setelah mendengar teriakan mengancam. "Hey...! Kau...! Cepat lepaskan dia!"
"Hohoho... Ada pemuda sok jagoan di sini, pergilah jika kau masih sayang nyawamu!" ucap pembunuh itu lalu menjatuhkan gadis itu ke tanah dan memegang goloknya.
"Hey... Kau! Tolong aku, nanti aku akan memberikan imbalan yang besar padamu!" Gadis tersebut berbicara dengan angkuhnya pada Jaka.
Jaka mengerutkan dahinya. "Apa-apaan gadis ini, meminta tolong padaku dengan cara yang kasar," ucap Jaka dalam hati.
"Hey, Kau! Diamlah! " bentak pembunuh tersebut pada gadis itu.
Jaka mencoba berfikir. "Ahh, tidak penting dia kasar atau tidak, sekarang yang penting dia butuh bantuan, sekaligus mencoba beberapa teknik pedang bumi tingkat tinggi yang pernah aku pelajari."
Saat Pembunuh dan gadis itu sedang beradu argumen, Jaka mengeluarkan pedangnya dari gelang galaksi, kemudian memasang kuda-kudanya, bersiap menyerang pembunuh tersebut.
"Kalau dilihat, pembunuh itu memiliki tingkat pendekar langit menengah, ini tidak akan terlalu sulit bagiku," gumam Jaka sambil mengeluarkan pedang dari sarungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
lanjutkan
2022-07-21
0
Thomas Andreas
pertarungan pertama
2022-01-09
0
Saifu lingol Lingol
cerita tidak bermutu
2021-06-15
0