"Jaka, setelah kau selesai berpamitan pada temanmu, pulanglah langsung, kakek dan ayahmu ingin memberikan sesuatu padamu,"
ucap Surya mengingatkan.
"Baiklah Kek." Jaka mengangguk pelan, lalu berjalan keluar rumah.
Jaka kemudian menemui satu per satu temannya yang berada di desa, lalu berpamitan pada mereka. Ada yang terkejut, tak rela dan ada juga yang mengerti akan kondisi Jaka.
Setelah berpamitan, Jaka pun kemudian pulang ke rumah lalu menuju ke ruang kerja kakeknya.
Tok!
Tok!
Tok!
"Kakek, apakah aku boleh masuk?" tanya Jaka dari luar pintu.
"Masuklah Nak, kemarilah!" Terdengar suara suara dari dalam mempersilahkan Jaka untuk masuk.
kemudian Jaka membuka pintu, terlihat Kakek Surya sedang bersama ayahnya.
"Kemarilah Nak!" panggil kakek Surya.
Jaka pun menghampirinya dan melihat sebuah kotak kecil di meja.
"Ini, Bukalah!" ucap Surya sambil memberikan kotak kecil itu.
Kemudian Jaka membuka kotak itu, terlihat sebuah gelang emas yang berkilau dan memiliki sebuah permata di salah satu sisinya.
"Sebuah gelang? Untuk apa ini Kek?" tanya Jaka.
"Ini adalah gelang galaksi, kau bisa menyimpan benda apapun di sini, jika isinya belum penuh," ujar Surya menjelaskan.
"Bagaimana cara menyimpan benda di gelang sekecil itu Kek?" Jaka terlihat tidak percaya.
"Kakek akan menunjukkan caranya, perhatikan buku ini."
Surya sambil memegang sebuah buku, lalu memakai gelang tersebut kemudian menggoyangkan tangannya, seketika buku tersebut menghilang.
Jaka tersentak kaget melihat buku yang berada di hadapannya tiba-tiba menghilang begitu saja."Kemana perginya buku tadi Kek?"
"Buku tadi masuk ke dalam gelang ini dan seperti itulah cara kerjanya, kau cobalah dengan pensil ini." Surya memberikan gelang galaksi tersebut beserta sebatang pensil,"Pusatkan pikiranmu kepada pensil itu, lalu goyangkan lenganmu, begitu juga dengan mengambil barang dari gelang ini, sama caranya."
Kemudian Jaka mengambil gelang itu dan memakainya, seketika gelang itu berubah bentuk menyesuaikan ukuran lengan Jaka.
Jaka pun mencoba sesuai dengan yang diisyaratkan oleh kakek Surya dan benar saja pensil itu menghilang, masuk ke dalam gelang tersebut, ia bisa merasakannya dalam fikirannya.
"Gelang ini adalah Pusaka Dewa, di dunia ini terdapat empat gelang seperti ini, tetapi gelang ini lebih istimewa karena pernah dipakai oleh leluhur Bima.
"Gelang ini memeliliki sebuah permata di sisi nya, permata tersebut adalah kompas untuk menunjukkan keberadaan Roh Siluman Putih. Semakin dekat kau dengan Roh tersebut, maka permata itu akan berubah-ubah warna dan jika kau sudah sampai pada tempat Roh tersebut berada, permata itu akan berubah menjadi warna hitam pekat.
"Permata ini memang sangat mirip kompas, dalam bentuknya yang bulat akan membentuk warna segitiga sebagai penunjuk arah, ikuti ujung segitiga tersebut sampai tujuanmu," ujar Surya menjelaskan.
"Aku mengerti Kek, aku akan menggunakannya dengan baik, terimakasih Kek." Jaka tersenyum tipis, ia tampak masih terkagum dengan fungsi gelang tersebut.
"Jaka, gunakanlah pedang ini, ayah memberikannya padamu."
Dika memberikan pedang panjang,dengan ujung yang runcing dan memiliki gagang emas yang memiliki ukiran dan terdapat dua buah crystal hijau di sisinya.
"Terima kasih Ayah...! Aku sangat menyukainya, apakah pedang ini mempunyai nama?" tanya Jaka.
"Nama pedang ini adalah pedang mata hijau, pedang terbaik yang di miliki suku kita. Pedang ini merupakan pusaka manusia, kau harus hati-hati dalam menggunakannya, karena kekuatan pedang ini dapat membunuh manusia dalam sekali serangan," jawab Dika sekaligus memperingati.
Pusaka memiliki tiga tingkatan yaitu, Pusaka bumi, pusaka yang dibuat oleh manusia. Pusaka langit, pusaka yang di dapat dari alam dan yang paling tinggi adalah pusaka keramat, karena setiap pusaka keramat memiliki Roh sebagai jiwa benda itu.
"Semoga benda-benda itu dapat membantumu dalam perjalanan, oh iya, ini satu lagi, ini adalah crystal siluman dari Ular Sisik Perak yang pernah ayah bunuh sebelumnya. Kau bisa menjualnya ataupun menyerap tenaga dalam pada crystal tersebut," ucap Dika sambil menyerahkan crystal itu.
"Terimakasih Ayah, terimakasih Kakek." Jaka mencium punggung tangan Dika dan Surya secara bergantian.
"Baiklah, simpan pedang dan crystalmu di dalam gelang galaksi itu, lalu kita pergi makan siang," ucap Surya.
Jaka mengangguk, lalu memasukkan pedang miliknya ke dalam gelang galaksi. Setelah itu mereka bertiga melangkah menuju ruang makan.
Saat makan siang, Neta juga tetap tidak keluar kamar dan lebih memilih makan siang di dalam kamar bersama Yudha.
Setelah makan siang, Jaka mulai mengemas barang-barang yang akan dibawanya nanti. Sari membantu Jaka mengemas barang-barangnya, tak lupa Sari menyiapkan bekal untuk Jaka selama sebulan penuh. Baik yang dibuatnya maupun yang dibelinya.
Surya dan Dika menjelaskan pada Jaka tentang dunia luar maupun bahayanya, kemudian Surya memberikan Jaka tanda pengenal sukunya.
"Jika kau bertemu suku lain, atau ingin bertamu ke dalam pemukiman suku tersebut, tunjukkanlah tanda pengenal ini, hampir semua Suku di kerajaan Bima akan menerimamu dengan baik, kecuali Suku aliran sesat.
"Berhati-hatilah pada mereka, mereka akan melakukan cara apapun untuk menyingkirkanmu jika kau membuat masalah dengan mereka.
"Suku aliran sesat banyak tinggal di gunung, maka saat kamu melewati gunung, berhati-hatilah."
"Baiklah Kek, aku akan mengingat saran dari Ayah dan Kakek," jawab Jaka.
***
Ke esokan harinya.
Tibalah saat di mana Jaka meninggalkan Desa untuk memulai petualangan memenuhi takdirnya.
Penduduk Desa berbondong-bondong mengantar kepergian Jaka, begitu juga semua keluarga Jaka, tak terkecuali Neta, juga mengantarkan kepergian Jaka, karena berkali-kali Ibu dan Ayahnya membujuk Neta, hingga akhirnya Neta bisa mengerti dan merelakan kepergian Jaka.
"Kakek, terimakasih sudah mau mengajarkan dan merawatku Kek," ucap Jaka lalu memeluk Surya.
"Hey, kenapa berkata begitu, kau adalah Cucuku," ucap Surya tersenyum simpul.
"Ayah, Kau adalah Ayah terhebat setelah ayah kandungku, aku pasti akan membanggakanmu," ucap Jaka kemudian memeluk ayahnya.
"Kau selalu membanggakan ayah Nak, ayah akan selalu mendukungmu." Dika memaksakan senyumnya sambil menahan air matanya untuk tidak jatuh.
"Ibuuu... Aku pasti akan merindukan Ibu," Jaka memeluk ibunya dengan erat, ia tak kuasa menahan air matanya.
"Ibu sayang padamu Nak, cepatlah kembali," ucap Sari yang juga tak dapat menahan tangisnya, hatinya merasa sedih ketika akan melepas anak lelakinya.
Kemudian Jaka mendatangi Neta, ia sedikit takut jika Neta tak mengizinkannya pergi, namun kenyataannya, Neta malah memeluknya dengan erat.
"Kau...! Jangan bermain wanita.
"Kau...! Cepatlah kembali.
"Jangan lupakan keluargamu.
"Aku akan menyusulmu jika kau tidak pulang.
"Aku akan berlatih dengan giat dan saat kau kembali aku akan mengalahkanmu."
Neta tak henti-hentinya mengoceh, Jaka yang melihatnya hanya bisa menangguk lalu mengelap air mata di pipi Neta hingga Neta menghentikan tangisannya.
Gadis-gadis desa pun semua ikut menangis melihat Jaka yang akan meninggalkan mereka, mereka menangis lebih kencang dibandingkan yang lainnya.
"Sekarang yang keluarganya siapa? Kenapa mereka yang menangis lebih kencang daripada aku," ucap Neta dalam hati, lalu memandang sinis pada gadis-gadis Desa itu.
Gadis-gadis Desa itu ingin sekali memeluk Jaka, tetapi melihat tatapan Neta, mereka mengurungkan niatnya.
Nyai Ara kemudian menghampiri Jaka dan memberikan tiga buah pil, pil tersebut merupakan pil penyembuh khasiat utama.
"Terimakasih Nyai ," ucap Jaka.
Jaka melangkahkan kakinya melewati gerbang Desa, lalu menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya.
"Terimakasih semuanyaa...!
"Aku pergi dulu...!
"Aku pasti kembali...! " teriak Jaka kemudian melanjutkan perjalanannya.
"Petualanganku dimulai dengan tangisan dan aku akan mengakhirinya dengan kebahagiaan." Jaka meneguhkan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
mantap
2022-07-21
0
Johan Prasetyo Listinio
dari begitu banyak cerita pendekar, baru kali ini pwndekar di antar pergi swkampunh
2022-02-08
0
Thomas Andreas
memulai perjalanan
2022-01-09
0