Jaka memanggil ayahnya, serta Nyai Ara, sesuai dengan perintah kakeknya. Mereka berempat pun kini telah berkumpul di ruang kerja Kakek Surya.
Dika seolah-olah sudah mengerti mengapa Surya memanggil dirinya serta Nyai Ara ke ruang kerja. "Apakah kita akan memberitahunya sekarang Ayah? Apa Ayah yakin?"
Surya tampak menghela nafas panjang sebelum akhirnya berbicara. " Ya, ayah sangat yakin, dengan kemampuan yang dimilikinya saat ini, ayah yakin dia akan mampu memenuhi takdirnya."
Kekuatan Jaka kini sudah mencapai pendekar sakti menengah satu tingkat di bawah ayahnya, yang kini Dika berada pada tingkat pendekar agung menengah.
"Hmmm... Aku juga berfikiran seperti itu, tapi aku merasa ia masih terlalu dini untuk bisa memulai takdirnya." Dika terlihat bimbang.
"Ya, dia memang masih muda, tetapi apakah kau tidak melihat kemampuannya? Dia sudah bisa mengumpulkan banyak tenaga dalam dengan kecerdasan yang tak dimiliki anak seusianya dan kau pun bahkan tidak memiliki tenaga dalam saat seusia Jaka." Surya meyakinkan.
Jaka kini telah bisa mengumpulkan tiga ratus lapis tenaga dalam, serta kemampuan teknik pedang maupun kekuatan fisik dan tulangnya sudah jauh berada di atas rata-rata.
Hasil yang didapat oleh Jaka merupakan berkat dari langit, belum ada anak seusianya yang sudah memiliki kemampuan tinggi seperti Jaka, bahkan Neta dan Bayu masih berada pada tingkat pendekar langit dengan tenaga dalam seratus lapis.
"Sudah-sudah, lebih baik kita ceritakan tentang Roh Siluman Putih dan ramalan yang ku dapat kepada Jaka terlebih dahulu dan biarkan ia yang mengambil keputusan sendiri," ucap Nyai Ara menengahi perdebatan ayah dan anak itu.
Jaka hanya bisa diam, karena ia tak mengerti maksud yang dibicarakan kakek Surya dan ayahnya serta Nyai Ara.
"Baiklah, sepertinya keputusan hanya ada di tangan Jaka, biar ia yang memutuskan sendiri, kau setuju bukan Dika?"
Surya mencoba mengambil kesepakatan dengan Dika yang terlihat tak setuju dengan usulannya, yang kemudian di jawab anggukkan kepala oleh Dika.
"Baiklah Ayah, silahkan Ayah yang bercerita pada Jaka mengenai Roh Siluman Putih."
Kemudian kakek Surya menceritakan mengenai Roh Siluman Putih dan cara mengumpulkan serta kegunaan kekuatan Roh-roh tersebut.
Jaka mendengarkan dengan seksama. Setelah kakek Surya menjelaskan mengenai Roh Siluman Putih, kini giliran Nyai Ara yang menjelaskan tentang ramalannya pada Jaka, ia menceritakan bahwa Jaka akan bertemu Roh Siluman Putih yang pertama, di Lembah Hulu Sungai, di desa tempat Jaka dulu lahir.
Jaka terkejut mendengar tentang Roh Siluman Putih dan Desanya, ia tak tau harus berbuat apa.
Surya menatap Jaka penuh arti. "Semua keputusan ada di dirimu Jaka, kami hanya bisa memberi saran."
Jaka menghela nafas kasar, kepalanya terasa berat setelah mendengar segala sesuatu yang baru saja dijelaskan padanya. "Baiklah Kek, beri aku waktu sejenak untuk berfikir, aku akan keluar sebentar untuk berfikir."
"Pergilah Nak, jernihkan pikiranmu sebelum mengambil keputusan, karena pikiran yang jernih dan hati yang tenang akan membawamu pada keputusan yang terbaik." Dika tersenyum menepuk-nepuk pundak Jaka.
Kemudian Jaka pergi keluar rumah dan duduk di tepi sungai sambil melempar batu. Jaka diam dalam lamunanya sendiri.
"Apa yang harus ku lakukan? Aku berlatih agar menjadi kuat dan memenuhi takdirku tapi di sisi lain aku tak tega meninggalkan keluargaku dan desa ini."
Jaka duduk bersila kemudian bersemedi untuk menjernihkan fikiran dan hatinya. Jaka merasakan hal aneh dalam semedinya. Sebuah cahaya terang menyilaukan matanya, tapi ia tahu matanya masih dalam kondisi tertutup dan dalam posisi semedi.
Berkali-kali ia coba untuk bangun dari semedinya tetapi tak bisa, kemudian cahaya itu semakin lama semakin lebar dan membentuk sebuah ruangan putih, ia melihat seorang kakek tua berada di ruangan tersebut.
"Ini...! Dia...! Dia kakek yang pernah ada dalam mimpiku," seru Jaka dengan segala keterkejutannya melihat sosok yang tiba-tiba muncul dalam kepalanya.
"Hati yang suci membawa mu pada kejadian-kejadian yang aneh dan mengerikan dalam hidupmu, untuk menggoyahkan hatimu itu, tetaplah tenang, tetaplah suci, agar kamu bisa melewati semua cobaan yang datang, pergilah, pergilah mengejar takdirmu. Dunia manusia sudah semakin tersudut oleh hawa jahat, jangan sampai hal itu merenggut orang-orang yang kau cintai, jangan bimbang, percayakan pada hatimu."
setelah mengatakan hal itu, kakek tersebut pun menghilang, cahaya sedikit demi sedikit redup.
Kemudian Jaka tersadar, ia yakin hal yang ia alami barusan bukanlah mimpi ataupun lamunan, ia mencoba memahami dan mencerna kata-kata yang diucapkan oleh kakek tadi.
Saat sedang melamun, Neta datang dan membuyarkan lamunan Jaka. "Hey...!! Ngelamunin apasih? Para gadis? "
"Eh... Neta, a-aku tidak ngelamunin apa-apa, hanya memikirkan bagaimana latihan selanjutnya," jawab Jaka berbohong.
"Yasudah, hari sudah mulai gelap, ayo pulang, dicariin oleh ibu." Neta menarik lengan Jaka.
Jaka hanya mengikuti langkah kaki Neta dengan tangan kanannya yang sedang ditarik, Kemudian mereka berjalan menuju rumah.
Jaka terlihat khawatir, ia menarik nafas beberapa kali sebelum akhirnya bertanya pada Neta. "Neta, kalau aku pergi dari desa apa kau akan marah padaku? "
"Kau sudah bosan melihat matahari pagi? Hentikan omong kosongmu, ayo lebih cepat! Ibu, ayah dan kakek sudah menunggu," jawab Neta lalu kembali menarik tangan Jaka.
**
Saat makan malam Jaka hanya diam tak bersuara sambil menikmati makan malamnya. Surya, Dika dan Sari sudah mengetahui mengapa Jaka bersikap seperti itu. Dika sudah memberi tahu pada Sari, sehingga terlihat jelas kesedihan pada raut wajah Sari, Neta yang tidak tahu menahu hanya terheran melihat tingkah Jaka.
Setelah selesai makan malam, Jaka langsung masuk ke dalam kamar. Ia pun tak bisa tidur memikirkan jalan yang akan ia ambil. Setelah beberapa jam ia melamun akhirnya ia mengambil keputusan bulat.
"Baiklah! Aku harus memenuhi takdirku dan melindungi orang-orang yang kucinta dari Hawa Jahat!" ucapnya dalam hati dan mengepalkan tangannya.
Setelah meyakinkan dirinya dan memantapkan hati dengan jalan yang ia ambil, barulah Jaka akhirnya bisa terlelap.
**
Ke esokan harinya.
Jaka mengajak seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang tamu karena ingin menyampaikan keputusannya.
Semua telah hadir, lalu Jaka pun menyampaikan maksud dan keputusannya.
Jaka menarik nafas dalam sebelum memberitahukan keputusannya. "Keputusanku sudah bulat, aku akan menjalani dan memenuhi takdirku."
Semua anggota keluarga mengangguk lemas mendengar keputusan Jaka, kecuali Neta ia tak mengerti maksud Jaka.
"Hey...! Apa maksudmu? Keputusan apa? Aku tak mengerti, Ayah, Ibu, Kakek, apa kalian mengerti maksud Jaka? Kenapa kalian diam saja?" tanya Neta dengan wajah kebingungannya.
"Neta, kemarilah Nak, Ibu akan menjelaskannya padamu," panggil Sari pada Neta dengan wajah sendu.
Sari kemudian menjelaskan semuanya dan memberitahu maksud dari keputusan Jaka. Setelah mendengarkan penjelasan dari Sari, Neta berlari lalu memeluk Jaka.
"Katakanlah itu semua tidak benar!! Jangan pergi, nanti aku di sini sama siapa!" ucap Neta meneteskan air matanya.
Semua yang berada di situ ikut meneteskan air matanya melihat hal itu, mereka juga sangat sulit melepas Jaka.
"Kalau kau pergi, aku akan membunuhmu!" seru Neta.
"Neta! Tidak baik berkata seperti itu pada saudaramu!" ucap Dika memperingatkan.
"Tapi Ayah...! Karena dia saudaraku lah aku tak bisa merelakan kepergiannya!" ucap Neta sambil mengeratkan pelukannya pada Jaka.
Jaka hanya bisa terdiam, ia tak tau apa yang harus dikatakannya agar membuat Neta tenang.
"Neta, Anak ibu, Jaka sudah mengambil keputusan, kita sebagai keluarga harusnya mendukung apapun keputusan yang Jaka ambil," ucap Sari menenangkan Neta.
"Kalian semua jahat! Tak mengerti perasaanku!" teriak Neta lalu berlari menuju kamarnya dan membanting pintu.
Semuanya terdiam melihat reaksi Neta, mereka semua pun mengerti mengapa Neta bereaksi seperti itu. Sebenarnya Sari, Dika, dan Surya pun tak rela jika Jaka harus pergi, tapi mereka mengkesampingkan ego demi masa depan Jaka dan masa depan dunia ini.
"Biar ibu yang ngomong sama Neta, ibu akan coba membujuknya dan memberi pengertian padanya, kau berkemaslah untuk besok, lalu jangan lupa pamit pada teman-temanmu." Sari membelai lembut rambut Jaka, mencoba menenangkan Jaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
keren abies thor,dramanya dapet
2022-07-21
0
Thomas Andreas
petualangan dimulai
2022-01-09
0
Revo Triono Adi Saputro
lanjut thor.... menarik....
semangat thor.... lanjut lagi...
2021-10-29
0