Tujuh Tahun Kemudian.
"Ah... Sial, senjataku dilucuti lagi, sampai kapansih kau akan menang terus? Mengapa tak mau mengalah sekalipun padaku?" ucap Neta pada Jaka dengan mendengus kesal.
"Haha... Jika aku mengalah apakah kau akan puas? Aku tak pernah menganggap remeh setiap lawanku, jadi aku bertarung dengan sungguh-sungguh, apa kau ingat ketika Bayu meremehkanmu? Dan mendapatkan kekalahan telak? " tanya Jaka.
Jaka mendengar cerita tentang Neta yang berhasil mengalahkan Bayu dan ia sangat bangga pada saudarinya itu. Meski semenjak itu Neta selalu mengajaknya bertanding beberapa kali selama tujuh tahun, namun ia tak sekalipun pernah menang dari Jaka.
"Tentu tidak, aku ingin menang murni darimu, apa yang salah? Mengapa aku tak pernah bisa mengalahkanmu?" Neta menghentakkan kaki kanannya ke tanah, ia tampak geram.
"Kau mau tahu di mana letak kesalahannya? Di sini!" jawab Jaka sambil menunjuk kepalanya.
"Kau...!!" Neta menggeram lalu mencubit pinggang Jaka.
Tujuh tahun telah berlalu, kini Jaka menginjak usia tiga belas tahun, ia tumbuh menjadi anak remaja yang ceria dan tampan. Ia memiliki rambut ikal, alis tebal, mata coklat, hidung mancung, rahang yang maskulin dan tubuh yang tinggi.
Jaka menjadi pusat perhatian para gadis remaja di desa itu dan ia selalu merasa risih terhadap perhatian gadis-gadis itu yang ia rasa berlebihan. Jaka tidak terbiasa menghadapi perempuan, kecuali Neta, saudarinya.
Sama halnya dengan Neta, kini ia telah tumbuh menjadi gadis yang cantik, ia memiliki mata indah yang lentik, hidung kecil, bibir yang merah dan senyumannya yang manis disertai lesung pipi kiri dan kanan.
Banyak pria yang berusaha mendekati Neta, tetapi mengurungkan niatnya karena mengingat sifat Neta yang galak. Terlepas dari itu, Neta kini menjadi gadis yang pemberani walaupun tetap cerewet dengan suara cemprengnya.
"Ayo kita pulang, ayah dan ibu pasti sudah menunggu," ajak Neta.
"Kau duluanlah, aku ingin di sini sampai gadis-gadis datang menghampiriku, " ucap Jaka meledek Neta.
"Kau...!!" Neta pun menarik telinga Jaka dan menyeretnya pulang.
"Aduh... Duh ... Duh...!! Sakit! Kau kenapa sih?! Jadi wanita tidak bisa lembut sedikit?" Jaka menepis tangan Neta yang tengah menjewernya.
"Jadi wanita lembut dan ramah itu terlalu gampang didekati lelaki, lelaki akan terus penasaran pada wanita yang sulit didekati."
"Omonganmu kaya sudah pernah menjalin hubungan saja, mana ada lelaki yang mau dengan wanita galak sepertimu, wleeek!" ucap Jaka sambil menjulurkan lidahnya.
"Kau...! Sudah bosan mempunyai telinga? Baiklah!" ucap Neta lalu kembali menjewer Jaka dan mengencangkan jewerannya pada telinga Jaka.
"Ampun Kakak!" Jaka tertawa sambil meledek Neta.
"Kakak...!? Hemm, rasakan ini, " ucap Neta lalu menarik kedua telinga Jaka dan menyeretnya pulang.
Mereka berdua terkesan dingin terhadap orang lain maupun lawan jenis mereka, tetapi mereka akan bertindak seperti anak kecil dan selalu bercanda antara satu sama lain.
Sesampainya di rumah, mereka berdua langsung berlari ke arah kamar ibu dan ayahnya untuk melihat adik laki-laki mereka yang kini berumur dua tahun.
Dika dan Sari dikaruniai seorang anak laki-laki yang lucu. Nama bayi tersebut adalah Yudha Putra Rangi. Yudha selalu menjadi rebutan antara abang dan kakaknya dan tak jarang ia menangis karena perdebatan antara abang dan kakaknya.
"Eit... Kalian berdua, berhenti! Mandi dulu baru bermain dengan Yudha." Sari menghentikan langkah kaki Jaka dan Neta yang hendak memasuki kamarnya.
"Baik Bu...!" Jaka mengangguk dan berlari ke kamarnya.
"Ayah mana Bu?" tanya Neta.
"Ayah sedang berdiskusi dengan Kakek dan juga Nyai Ara, kelihatannya itu sangat penting," jawab Sari.
"Ah baiklah, aku mandi dulu," ucap Neta yang juga ikut berlari ke arah kamarnya.
Setelah selesai membersihkan diri, Jaka dan Neta bermain dengan Yudha dan tak jarang terjadi perdebatan kecil di antara mereka berdua.
"Jaka, Neta! Ayo makan malam dulu, bawa adik kalian juga," teriak Sari yang tengah berada di ruang makan.
Mereka pun makan malam dengan seluruh anggota keluarga, Surya dan Dika ikut bergabung setelah selesai berdiskusi lalu mengantarkan Nyai Ara hingga ke depan pintu rumah.
"Bagaimana latihan kalian hari ini?" tanya Dika pada Jaka dan Neta.
"Coba Kakek tebak, kau pasti sengaja menjatuhkan pedangmu lagi kan Neta?" Surya tersenyum tipis menatap Neta.
"Iya kek, aku sengaja menjatuhkan pedangku lagi karena sangat bosan bertarung dengan Jaka," jawab Neta berkilah.
"Haha... Kalau kau bosan kenapa sering sekali kau mengajakku bertanding setelah itu?" ucap Jaka menggoda Neta.
"Kau...!! "
Mereka semua pun tertawa melihat tingkah Neta lalu melanjutkan makan malam dengan berbincang-bincang penuh kehangatan.
**
Ke esokan Harinya.
"Jaka, setelah selesai latihan, kau datang ke ruang kerja kakek ya," ucap Surya pada Jaka.
"Baiklah Kek, aku akan datang nanti." Jaka menganggukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya keluar rumah.
Jaka pun pergi latihan, kali ini Neta tidak ikut latihan karena ia ingin bermain bersama adiknya.
Jaka menyelesaikan latihan lebih awal karena hari ini dia sudah berjanji berkumpul dan bermain dengan teman sebayanya, Jaka kemudian menghampiri teman-teman sebayanya dan ikut berkumpul.
Anak laki-laki di desa itu mendekati Jaka dengan tujuan yang sama, yaitu mencoba mendekati Neta melalui Jaka, namun mereka malah menjadi akrab dan sering bermain bersama setelah Jaka selesai latihan.
"Jaka, di mana Neta? Tumben ia tidak ikut latihan?" tanya salah satu teman Jaka.
"Dia sedang tidak ingin latihan, ia sedang bermain dengan adik kami," jawab Jaka datar.
Terlihat ekspresi kecewa dari para laki-laki itu, kemudian datanglah gadis-gadis desa untuk menggoda Jaka.
"Jaka, lihat dayang-dayangmu sudah datang, hahaha...," ucap salah satu teman Jaka.
"Dayang-dayang matamu!" Jaka terlihat kesal.
"Jaka, kau pasti lelah, sini aku pijitin," ucap salah satu gadis yang berjalan mendekat ke arah Jaka.
"Jaka, aku membawakanmu coklat, apa kau mau?" tanya gadis lainnya yang juga mencoba mencari perhatian Jaka.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari belakang mereka. "Hey...! Kalian pergi tidak?! Apa tidak bosan mengganggu Jaka terus?"
Neta datang, lalu mengusir gadis-gadis yang menggoda Jaka, entah kenapa, ia tidak suka dan marah jika ada gadis yang menggoda Jaka, kemudian para gadis tersebut pergi, sambil menatap sinis pada Neta.
"Kau kenapa belum pulang?" tanya Neta dengan berkacak pinggang.
"Mereka mengajakku berkumpul dan bermain, dan aku sudah berjanji," jawab Jaka.
"Kau dicari oleh Kakek, dia sudah menunggumu," ucap Neta berbohong, agar Jaka bisa segera pulang.
Jaka menaikkan kedua alisnya. "Ohh... Iya aku lupa! Ada janji sama kakek."
"Hey... Benarkah kakek memang ingin menemuimu?" Tanya Neta dengan wajah bingung.
Jaka menaikkan sebelah alisnya. "Tentu, tadi pagi kakek sudah mengingatkanku, bukankah tadi kau bilang kakek mencariku?"
"Emm... Iyaa... Sudahlah! Ayo cepat pulang!"
Jaka pulang ke rumah dan menemui Kakek Surya. Neta lebih dulu masuk ke dalam kamar karena takut ketahuan berbohong oleh Jaka.
"Kek, apakah Kakek memanggilku?" tanya Jaka saat baru saja menghadap Surya.
"Hey Jaka, kau datang lebih cepat? Apakah kau sudah selesai latihan?"
Jaka pun merasa bingung dengan ucapan kakeknya. "Bukankah Kakek yang menyuruhku kemari?"
"Kakek memang menyuruhmu kemari, namun kakek kira kamu akan datang pada sore hari, tapi kamu datang lebih cepat."
Jaka pun semakin bingung dengan jawaban kakeknya, kemudian teringat perkataan Neta.
"Dasar Neta...! Awas kau! " maki Jaka dalam hati.
"Kakek ingin menyampaikan masalah serius padamu, sebelumnya, tolong kau panggilkan Ayahmu, lalu panggilkan Nyai Ara."
"Baiklah Kek." Jaka mengangguk cepat, lalu pergi memanggil Ayahnya dan juga Nyai Ara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
kospar arianto
baru tahu kalau jaman kependekaran udah ada coklat 🤭🤭😇
2022-10-20
1
rajes salam lubis
mantap
2022-07-21
0
Johan Prasetyo Listinio
mantap
2022-02-08
0