Di dalam Ruang Kerja Kakek Surya.
"Ayah, lihatlah bagaimana kemampuan Jaka, dia sudah berhasil mengumpulkan empat puluh lapis tenaga dalam hanya dalam satu hari," ucap Dika pada Surya.
"Ya, aku bisa melihatnya dan aku hampir tak percaya dengan yang kulihat saat ini." Surya tersenyum menatap Jaka.
"Ayah mungkin ini waktu yang tepat untuk kita memberi tahu Jaka tentang identitas aslinya dan juga sejarah tentang leluhur kita."
"Baiklah mungkin kamu benar Nak, ini adalah saat yang tepat untuk itu, ayo kita bawa Jaka ke Ruang Bawah Tanah."
Surya berdiri dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya lebih dulu menuju ruang bawah tanah yang berada di dekat ruang kerjanya.
Jaka yang tak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Dika dan Surya hanya bisa diam. Satu hal yang ia ingin tahu yaitu tentang identitas aslinya.
Kemudian mereka bertiga pergi ke Ruang Bawah Tanah yang berada tepat di bawah Ruang Kerja Surya.
Sesampainya di bawah, Jaka terkagum melihat isi Ruang Bawah Tanah tersebut. Di dalamnya terdapat buku, kitab, lukisan, ornamen-ornamen, dan benda-benda pusaka lainnya.
Yang membuat Jaka lebih kagum adalah senjata-senjata tua yang beraneka ragam. Namun kini senjata tersebut hanya sebagai koleksi dan sudah tidak bisa digunakan dengan maksimal.
Jaka berjalan melihat-lihat sekeliling dan tak henti-hentinya terkagum dengan isi Ruang bawah tanah itu.
"Jaka, kemarilah, lihatlah ini." Dika menunjukkan sebilah pedang pusaka yang ada di genggamannya.
"Apa ini Ayah? Pedang siapakah ini? Mengapa aku merasakan ada aura aneh pada pedang itu?" tanya Jaka penasaran.
"Ini adalah pedang leluhur kami, ia bernama Bima Agung," jawab Dika.
"Bima Agung?" Jaka menaikkan sebelah alisnya.
Dika dan Surya pun bergantian menjelaskan tentang legenda Bima Agung dan Jaka mendengarkan kisah tersebut dengan antusias.
Lalu Surya menjelaskan kepada Jaka tentang jati dirinya dan mengapa ia bisa dipanggil dengan sebutan anak pilihan. Tak lupa Surya juga menjelaskan tentang garis takdir Jaka yang harus dipenuhinya.
Jaka yang mendengar penjelasan dari Surya, kini mengerti mengapa ia dipanggil dengan sebutan anak pilihan dan takdir apa yang harus ia penuhi, walau ada sebagian cerita yang ia tak mengerti karena di usianya yang hampir tujuh tahun tak memiliki banyak wawasan tentang kondisi dunia saat ini.
Jaka menatap pedang legenda Bima Agung, ia masih merasakan energi suci pada pedang itu, ia sangat ingin agar dapat memiliki pedang itu, tetapi ia tau bahwa performa pedang tersebut tidak sebagus saat awal, mengingat usianya yang sudah mencapai ribuan tahun, membuat Jaka pun mengurungkan niatnya.
"Jaka, apakah kamu melihat buku-buku ini?" Dika menunjukkan rak yang berisi penuh dengan buku-buku.
"Buku apa itu Ayah?" Jaka melihat-lihat buku-buku yang ditunjukkan oleh Dika.
"Ini adalah buku daftar siluman, dalam buku ini mencakup nama siluman, kelebihan dan kelemahan siluman-siluman yang akan kamu hadapi, kamu harus mempelajari dan mengingatnya." Dika menunjukkan salah satu buku yang berisi daftar siluman beserta lukisannya.
"Tapi aku tidak bisa membaca Ayah," ucap Jaka.
Dika tersenyum tipis, sambil menepuk pundak Jaka. "Mulai besok setelah makan siang, ayah akan mengajarkanmu dan Neta cara membaca dan menulis."
"Baiklah Ayah, lalu bagaimana dengan latihanku?" tanya Jaka.
"Kau tetap akan berlatih dari subuh hingga siang, namun dari siang hingga sore kamu akan belajar menulis dan membaca," jawab Dika.
"Baiklah Ayah!" Jaka tampak antusias.
Mereka bertiga pun meninggalkan ruangan bawah tanah setelah memperlihatkan peninggalan-peninggalan Bima Agung lainnya pada Jaka, kemudian mereka melanjutkan kegiatannya masing-masing.
**
Ke esokan harinya, di ruang Perpustakaan Rumah Utama.
"Ayaah, aku tidak suka belajar, aku ingin bermain dan berlatih, ini sangat membosankan," rengek Neta pada Dika.
Dika menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar rengekan Neta. "Nak, kau harus bisa menulis dan membaca agar pintar."
"Tapi Ayah, saat aku mulai belajar, kepalaku terasa penuh dan sakit, terutama di bagian sini," ucap Neta sambil menunjuk jidatnya.
Dika tersenyum dan menatap Neta dengan hangat. "Neta sayang, lihat Jaka, ia sangat serius belajar, apakah kau mau jika Jaka lebih pintar darimu?"
Neta melebarkan kedua matanya mendengar perkataan Dika. "Apa!? Jaka lebih pintar? Tidak, tidak, tidak, ini tidak boleh, baiklah aku akan belajar."
Dika dan Jaka pun tersenyum melihat tingkah Neta. Dika selalu menggunakan nama Jaka jika Neta sudah malas melakukan sesuatu dan cara itu selalu berhasil, sebab Neta tidak pernah mau kalah dari Jaka.
Jaka dan Neta kemudian melanjutkan pelajarannya. Mereka baru berhenti belajar saat sore hari tiba, kemudian mandi dan makan malam.
Dika lalu mengajak Jaka mengobrol di depan rumah setelah mereke selesai menyantap makan malam.
"Jaka, setelah kau sudah menguasai membaca dan menulis, ayah akan lanjut mengajarimu tingkat selanjutnya dalam mempelajari tenaga dalam."
"Benarkah Ayah? Kalau begitu aku akan belajar dengan giat!" ucap Jaka semangat.
Dika tahu teknik pernafasan tidak akan lagi efisien dalam mengumpulkan tenaga dalam, kecuali untuk memulihkan tenaga dalam yang hilang, maka ia berinisiatif untuk mengajarkan Jaka tingkat selanjutnya dalam mengumpulkan tenaga dalam.
Jaka kemudian melalukan rutinitas hariannya berlatih pada pagi hari kemudian belajar pada siang hari selama enam bulan hingga ia menguasai menulis dan membaca.
**
Tak terasa sudah enam bulan berlalu sejak pertama kali Jaka belajar membaca dan menulis. Kini ia sudah mahir dalam membaca dan menulis. Sebenarnya Jaka sudah menguasai membaca dan menulis dalam waktu tiga bulan, tetapi ia tetap ikut belajar mendampingi Neta hingga Neta juga mahir dalam menulis dan membaca.
Kini tiba saatnya bagi Jaka untuk mempelajari tingkat lanjutan dalam mengumpulkan tenaga dalam bersama Dika.
Jaka serta Dika tampak sedang berada di pinggir sungai untuk berlatih. Dika kemudian menjelaskan mengenai tingkat selanjutnya yang harus Jaka pelajari.
"Tingkat selanjutnya dalam belajar tenaga dalam adalah pengolahan tenaga dalam, di sini kau belajar mengolah tenaga dalam menjadi tenaga inti dari dirimu.
"Hal yang harus dilakukan adalah memusatkan tenaga dalam yang kau kumpulkan, agar bisa memusatkannya pada satu titik, seperti pada tanganmu, kakimu maupun pedangmu.
"Pengolahan tenaga dalam juga bisa memusatkan tenaga dalam yang kau dapatkan dan menyimpannya ke bagian lain dari tubuhmu," ujar dika menjelaskan.
Dalam tahap pengolahan tenaga dalam, tenaga dalam diolah dan dipusatkan ke salah satu area tubuh, baik itu tulang, sendi maupun otot. Setelah memindahkan dan menyimpan tenaga dalam pada bagian tubuh yang lain, pendekar akan mampu untuk mengumpulkan beberapa lapis tenaga dalam lagi setelah mengalirkan tenaga dalam pada bagian tubuh yang lain. Cara ini berguna untuk menambah jumlah tenaga dalam yang bisa dikumpulkan oleh tubuh pendekar.
"Jaka, kau harus menguatkan bagian tubuhmu yang akan dialiri dan tempat menyimpan tenaga dalam, dengan cara menambah kualitas tulang dan ototmu." Dika mengingatkan.
"Bagaimana caranya Ayah?" tanya Jaka.
"Ayah akan membantu latihanmu dengan sumber daya untuk menambah tenaga dalammu maupun kualitas tulang dan otot-ototmu," ucap Dika.
Kakek Surya juga sudah berjanji akan mengeluarkan modal yang besar untuk mendapatkan sumber daya dengan kualitas tinggi demi menunjang hasil maksimal dalam latihan Jaka.
"Ayah akan menunjukkan cara dalam tingkat pengolahan tenaga dalam, kau perhatikan dan pahami, agar kau bisa mempraktekkannya."
Dika pun kemudian memperagakan cara pengolahan tenaga dalam sambil memberikan penjelasan kepada Jaka.
Jaka memperhatikan dengan seksama, lalu mengingat setiap gerakan dan penjelasan yang diberikan oleh Dika.
Setelah Dika selesai, ia pun bertanya pada Jaka. "Bagaimana, apakah kau mengerti Nak?"
"Mengerti Ayah." Jaka mengangguk cepat.
"Baiklah, setalah kau menguasai tingkat ini, ayah akan mengajarkanmu teknik meringankan badan menggunakan tenaga dalammu, lalu ayah juga akan mengajarimu teknik pedang bumi yang dimiliki suku kita."
Jaka pun menganggukkan kepalanya, lalu berdiri dan memulai latihannya.
.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
lanjutkan
2022-07-21
0
rajes salam lubis
mantap
2022-07-21
0
Thomas Andreas
belajar membaca...ini yg jarang
2022-01-09
0