"Peraturan dalam pertandingan ini sederhana yang pertama keluar dari arena pertandingan, terjatuh, dilucuti senjatanya, maupun di kunci pergerakannya dianggap kalah dan ingat, ini hanya pertandingan persahabatan, jangan sampai melukai lawan ataupun mencederai dengan serius, apakah kalian mengerti?" tanya Dika yang menjadi wasit pertandingan.
"Kami mengerti!" jawab keduanya serentak.
Bayu menatap Neta dengan tatapan meremehkan. "Apakah kau sudah siap untuk kalah?"
Neta menggeram. "Dalam mimpimu!"
Pertandingan pun dimulai dan semua orang yang menyaksikan bersorak melihat dua anak dari keluarga yang terpandang itu bertanding.
Bayu mulai mengangkat tombaknya, kemudian bergerak maju, menyerang lebih dahulu karena ia merasa percaya diri bisa mengalahkan Neta dengan mudahnya.
Bayu menyerang dengan menusuk serta mengayunkan tombaknya pada Neta.
Neta yang mendapatkan serangan dari Bayu dengan mudahnya menghindar dan sesekali menangkis serangan tombak Bayu dengan pedangnya.
Pertarungan berlangsung seimbang, belum ada serangan yang dilancarkan oleh Bayu mengenai sasaran, sebab Neta dengan mudahnya menghindari setiap serangan yang datang.
Dika mengajari Neta dengan menitik beratkan pada teknik bertahan dan menghindar, sebab ia mengtahui kekuatan antara perempuan dan laki-laki jauh berbeda jika dalam beradu kekuatan.
Neta yang lebih menguasai teknik bertahan dan menghindar, membuat ia leluasa menghindari serangan-serangan yang datang dengan mudahnya.
Bayu melihat serangan yang dilancarkannya tak ampuh pada Neta, ia kemudian menarik nafas lalu meningkatkan kecepatan tempo serangannya.
Neta menjadi sedikit terkejut dengan pola serangan Bayu yang lebih cepat dari sebelumnya, walau ia berhasil menghindari serangan itu, tapi ia tampak semakin kewalahan.
Pertandingan berlangsung sengit, kini Bayu mulai mendominasi pertandingan, berkat kepiawaiannya dalam menggunakan tombak, juga staminanya yang lebih banyak daripada Neta.
Neta kini berada di posisi yang tersudut, ia tampak sedang berfikir keras bagaimana bisa keluar dari posisi tersudut itu.
Neta tak dapat melakukan serangan balik, karena jarak yang cukup jauh antara ia dan Bayu. Panjangnya tombak membuat jarak yang jauh di antara mereka, sedangkan Neta menggunakan pedang yang jangkauan serangnya harus dekat.
Setiap Neta malakukan serangan balik, Bayu menangkisnya dengan mudah, lalu mundur untuk mengambil jarak kembali, melakukan serangan balasan.
"Sial, aku harus memikirkan cara lain untuk dapat menyerangnya," umpat Neta.
Saat Neta berfikir terlalu keras, hal itu membuat konsentrasinya terganggu, sehingga membuat salah satu serangan tombak dari Bayu mengenai lengannya dan meninggalkan luka goresan.
Melihat serangannya berhasil, Bayu pun tersenyum mengejek pada Neta. Neta yang melihat ekspresi Bayu menjadi marah dan semangatnya semakin berkobar.
Merasa sudah percaya diri dan berada di atas angin, Bayu terus melancarkan serangannya pada Neta dengan gencar, tak jarang ia malah membuat celah pada pola serangannya karena percaya diri nya yang tinggi.
Neta yang melihat adanya celah pada pola serangan Bayu, menunggu waktu yang tepat untuk memanfaatkan itu.
Benar saja, saat serangan tombak Bayu mengarah pada perut Neta, tetapi serangannya sedikit lebih kebawah dan tak sempurna, Neta pun menangkis serangan tersebut dengan pedangnya, lalu menghentakkan mata tombak Bayu ke tanah, kemudian menginjak mata tombak tersebut menggunakan kaki kirinya, lalu mengambil dua langkah ke depan.
Neta segera menebas tangan kanan Bayu menggunakan pedang kayunya. Membuat tombak yang dipegang Bayu terlepas dari genggamannya, serta mampu membuat Bayu meringis kesakitan sambil memegang tangan kanannya.
Tak sampai di situ, melihat Bayu yang sedang kesakitan, Neta kemudian menunduk dan menendang kaki Bayu dengan gerakan memutar.
Akibat tendangan tersebut, membuat tubuh Bayu terjatuh dengan sangat keras ke tanah dengan posisi terlentang. Neta kemudian mengarahkan pedang kayunya ke arah leher Bayu untuk mengunci pergerakannya.
Penonton yang awalnya terdiam melihat gerakan Neta yang berhasil membalikkan keadaan, kemudian bersorak menyebut nama Neta sambil bertepuk tangan.
Neta yang melihat dan mendengar sorakan tepuk tangan penonton menjadi terharu lalu menggengam sebelah tangannya dan mengangkatnya ke udara sambil melihat pada Dika.
Penonton yang melihat itu semakin bersorak dan bertepuk tangan lebih kencang. Dika tersenyum bangga melihat putri kecilnya itu.
Bayu hanya bisa terdiam dan tertunduk malu, begitu juga dengan ayah Bayu yang tak kalah malu melihat putranya dikalahkan oleh seorang gadis berumur enam tahun, kemudian menarik tangan Bayu dan mengajaknya pulang.
Pertandingan pun selesai, satu per satu penonton pergi membubarkan diri. Dika mengajak Neta pulang untuk mengobati luka pada lengannya.
Sepanjang perjalanan Neta tak hentinya mengoceh membanggakan dirinya.
"Ayah aku hebatkan?
"Padahal aku sudah tersudut, tapi aku menang
"Ayah lihatkan tadi gerakanku? Hebatkan?
"Aku melucuti senjatanya.
"Aku menjatuhkannya.
"Aku menguncinya dengan pedangku.
"Berarti aku menang tiga kali darinya, yakan Ayah?" Neta pun tak henti-hentinya berbicara
"Iyaa, Kau sangat hebat Nak." Jawab Dika sambil tersenyum.
"Aku akan memberitahu ini pada Ibu dan Kakek," Neta lebih dulu berlari ke arah rumahnya.
Sesampainya di rumah, Neta langsung berteriak mencari Sari dan Surya. "Ibuu...! Kakek...!"
"Ada apa Nak?" tanya Sari dan Surya bersamaan.
"Tadi aku bertanding dengan Bayu di lapangan," ucap Neta antusias.
"Apa...! Bertanding?" tanya Sari terkejut.
"Cucuku bertanding, tapi kenapa kau tidak mengabariku Dika?" Surya terlihat kesal.
"Aku kira Ayah sedang sibuk." Dika menjawab dengan senyuman tipis.
"Sudahlah, bagaimana hasilnya?" tanya Surya penasaran.
Kemudian Neta menjelaskan dan menceritakan yang terjadi pada pertarungannya tadi secara menyeluruh kepada kakek dan ibunya.
Surya tertawa dengan lantang karena bangga pada cucunya telah mengalahkan Bayu anak dari Keluarga Agus, yang di mana keluarga tersebut adalah keluarga yang sombong dan angkuh.
"Ibu aku hebatkan?" tanya Neta pada Sari dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya.
"Tentu, kehebatan kamu menurun dari ibu." Sari tersenyum sambil mengobati luka Neta.
"Hey... Kehebatannya menurun dariku lah," ucap Dika tak mau mengalah.
Mendengar perkataan Dika yang tak mau kalah membuat mereka semua tertawa bersama.
Setelah itu Neta pun mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Dika kembali melihat Jaka yang masih berlatih.
Saat Dika menghampiri Jaka. Ia terkejut dengan progress yang dibuat oleh Jaka.
Dika bisa melihat dengan jelas, hanya dalam sehari Jaka bisa mengumpulkan tiga persen tenaga dalam atau setara dengan empat puluh lapis tenaga dalam.
Dika mendatangi Jaka. "Jaka, bagaimana latihanmu?"
"Aku merasakan ada aliran energi yang tidak biasa pada tubuhku Ayah, membuatku lebih segar dan bertenaga," jawab Jaka.
"Kau hanya merasakan sebagian kecil dari fungsi tenaga dalam pada tubuhmu, tapi ayah sangat bangga padamu, kau sanggup mengumpulkan jumlah tenaga dalam itu hanya dalam waktu satu hari, kau memang benar-benar anak pilihan itu." Dika tersenyum kagum.
Jaka menaikkan sebelah alisnya. "Anak pilihan? Aku tidak mengerti maksud Ayah."
"Kau pasti penasaran mengapa banyak orang memanggilmu dengan sebutan anak pilihan bukan?" tanya Dika.
"Aku memang sangat penasaran dari dulu mengenai hal itu Ayah, tapi aku terlalu fokus pada latihanku sehingga melupakan hal itu dan sekarang aku jadi ingin tahu, bisakah Ayah menjelaskannya padaku?"
"Baiklah ayah rasa sekarang kau sudah siap untuk mengetahui jati dirimu sebenarnya dan ayah berharap setelah kau mengetahui tentang itu, kau akan lebih giat berlatih untuk mewujudkannya," ujar Dika, lalu mengajak Jaka kembali ke rumah, "Sekarang mari kita menemui kakekmu dan meminta pendapatnya soal ini."
"Baiklah Ayah." Jaka mengangguk pelan.
Kemudian mereka pun berjalan kembali ke rumah untuk menemui Kakek surya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
lanjutkan thor mantap
2022-07-21
0
Johan Prasetyo Listinio
msntap
2022-02-08
0
Thomas Andreas
anak pilihan
2022-01-09
0