Ke esokan harinya, Jaka dan Dika kembali melanjutkan perjalanan setelah sarapan. Mereka kini sudah menempuh perjalanan selama tiga hari.
"Nak Jaka, saat kita sudah tiba nanti, di desa tempat suku paman tinggal, paman akan mengenalkanmu pada anak paman," ucap Dika.
"Baiklah Paman, apakah anak Paman lebih tua dariku?" tanya Jaka.
"Walau dia lebih tua darimu tetapi kalian lahir di tahun yang sama, jadi bisa dibilang kalian sebaya, mungkin kalian bisa berteman dekat, ataupun menjadi saudara nantinya," ujar Dika.
"Iya Paman, Paman apakah perjalanan kita ke desa paman masih jauh?"
"Kita membutuhkan waktu sekitar dua hari lagi sepertinya dan sebentar lagi kita akan tiba di Sungai Bumi, setelah kita menelusuri aliran sungai tersebut barulah kita sampai di desa suku paman," ujar Dika menjelaskan.
"Paman, aku ingin mandi, sudah tiga hari sejak terakhir aku mandi," ucap Jaka memegangi kulitnya yang terasa lengket.
"Haha, Baiklah, saat nanti kita tiba di sungai, kita akan membersihkan diri di situ." Dika tertawa kecil.
Di tengah perbincangan, mereka melihat rombongan suku Macan Putih, yang berjumlah 6 orang mendekat ke arah mereka, kebetulan Dika mengenal dekat salah satu anggota rombongan suku tersebut, lalu ia pun mengampiri mereka.
"Selamat pagi, wakil kepala suku Bayu," sapa Dika kepada salah satu anggota rombongan suku.
"Ah ... Dika, sudah lama kita tak bertemu!" ucap Bayu sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Haha ... Iya, sudah hampir tiga tahun semenjak terakhir kita bertemu," ucap Dika sambil menerima uluran tangan Bayu.
"Siapa bocah kecil ini? Seingatku anakmu adalah perempuan?" tanya Bayu memperhatikan Jaka dati atas ke bawah.
"Ahh ... Anak ini adalah calon muridku yang akan kulatih bela diri," jawab Dika.
Dika sengaja tidak menyebutkan identitas asli dari Jaka, semata-mata hanya untuk kenyamanan Jaka.
"Beruntung sekali kau Nak, bisa menjadi murid dari Jagoan seperti Dika, lalu siapa namamu Nak?" tanya Bayu.
"Nama saya Jaka Sakti Paman," jawab Jaka sembari mencium punggung tangan Bayu.
"Jaka sakti? Sepertinya aku pernah mendengar namanya dan anak ini memiliki aura yang tidak biasa," gumam Bayu dalam hati.
Nama Jaka Sakti sudah tersebar di kerajaan Bima sebagai anak pilihan dalam ramalan yang hampir semua orang sudah pernah mendengar ramalan tersebut.
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" tanya Dika pada rombongan Bayu.
"Kami di sini karena mendapatkan tugas dari kerajaan Bima, tugas kami untuk membunuh siluman ular yang sudah banyak memakan korban, menurut informasi dari salah satu warga, siluman ini adalah siluman ular yang besar dan panjang, aku memperkirakan ini adalah siluman 200 tahun, tapi sampai sekarang kami belum menemukan jejaknya," ujar Bayu menjelaskan.
"Baiklah, berhati-hatilah, kami pamit lebih dulu untuk melanjutkan perjalanan," ucap Dika.
"Ya! Kalian juga berhati-hatilah! Sampai jumpa lagi," ucap Bayu kemudian melangkah pergi.
Akhirnya Dika beserta Jaka melanjutkan perjalanan setelah berpisah dan berselisih jalan dengan rombongan suku Macan Putih.
Setelah beberapa jam berjalan, hingga matahari sudah tinggi, akhirnya mereka sampai di tepi Sungai Bumi dan memutuskan untuk beristirahat, sekaligus membersihkan diri di sungai.
"Jaka, Mandilah lebih dulu, paman akan menyiapkan bekal untuk makan siang kita," ucap Dika lalu berjalan ke bawah pohon dan menyiapkan makan siang.
Jaka segera menanggalkan pakaiannya dan langsung berlari ke arah sungai. Saat Jaka tengah asik bermain air sembari membersihkan diri, tiba-tiba tangannya di tarik dan di bawa keluar dari air.
Jaka yang terkejut langsung menoleh ke belakang. "Ada apa Paman? Mengapa Paman tiba-tiba menarikku?"
"Jaka, pakailah bajumu lalu pergilah ke arah pohon di belakang, paman merasakan adanya energi jahat di sekitar sini," ucap Dika.
Saat jaka berjalan ke arah pohon, tiba-tiba dari dalam sungai keluar ular yang besar dan panjang, sontak Dika terkejut lalu menarik pedangnya.
"Sial! Siluman Ular Sisik Perak!" umpat Dika.
Ular sisik perak merupakan siluman berumur 200 tahun, kekuatannya mengimbangi tingkat pendekar sakti menengah, siluman tersebut memiliki panjang 10 meter dan bentuk badan yang besar.
Tanpa basa-basi, Dika langsung mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya lalu menyerang siluman ular tersebut.
"Teknik Pedang Bumi! Tebasan Harimau Dewa!"
Pedang dika melesat dengan kecepatan tinggi ke arah siluman ular itu. Namun setelah pedang tersebut menyentuh kulit siluman ular itu, tidak mengakibatkan luka yang serius hanya membuat sedikit luka goresan pada sisik siluman itu.
"Sial!! Aku sudah mengalirkan tenaga dalam yang tidak sedikit ke padangku, mengapa sisik siluman itu sangat keras?!" umpat Dika.
Siluman ular sisik perak 200 tahun memiliki sisik luar yang kuat seperti baja dan taring yang tajam bak pedang namun tidak berbisa.
Siluman ular itu kemudian menyerang Dika dengan taringnya, Dika pun menyambut serangannya dan menangkis taring siluman itu dengan pedangnya.
Bunyi gesekan yang memekakkan telinga terdengar saat pedang Dika beradu dengan kedua taring milik siluman tersebut.
Dika terlihat tidak mengetahui, saat siluman itu kembali menyerang dengan ekornya disaat Pedang dika masih beradu dengan taring siluman ular itu.
Membuat ekor siluman ular itu berhasil menghantam pinggang Dika dengan kuatnya. Dika terpental hingga beberapa meter lalu menabrak pohon. Darah segar tampak mengalir keluar dari sela bibir Dika.
Dika memegang pinggangnya yang terasa remuk akibat sabetan ekor siluman ular tersebut. Dika berusaha bangun sambil menahan nyeri pada pinggangnya, lalu mengalirkan tenaga dalam untuk mengobati lukanya.
Siluman ular itu kembali menyerang Dika tanpa memberi ruang bagi Dika untuk bernafas, membuat mereka kembali beradu pedang dan taring.
Siluman ular itu kembali menyerang Dika dengan ekornya selagi mereka beradu pedang dan taring. Namun kali ini Dika sudah mengetahui pola serangan Siluman ular itu dan berhasil menghindar dengan cara melompat ke udara.
Dika lalu mengalirkan tenaga dalam pada kakinya dan menendang siluman ular tersebut tepat di bagian kepalanya.
Siluman ular itu sedikit bergeming setelah terpukul mundur. Setelah mendapatkan tendangan dari Dika, Siluman itu lalu meningkatkan kecepatan pola seranganya, membuat dika kewalahan menangkis setiap serangan taring maupun menghindari sabetan ekor siluman itu. Dika kemudian mundur beberapa langkah untuk mengambil nafas.
"Sial! Aku tak menyangka siluman ular sisik perak bisa sekuat ini dan menurut buku daftar siluman juga tidak menyebutkan kelemahan dari Siluman ini! Aku harus lebih fokus lagi," umpat Dika.
Dika mulai lebih berkonsentrasi dan mencoba menyerang ular itu menggunakan teknik pedang yang lebih tinggi, dika mengalirkan 20% tenaga dalam pada pedangnya, membuat pedang itu diselimuti cahaya putih.
"Teknik Pedang Bumi! Kilatan Cahaya!"
Dika mengambil posisi menunduk dan membuat kuda-kuda pada kakinya, lalu melesat lurus dengan kecepatan cahaya ke arah Siluman tersebut. Serangan secepat kilat yang dilayangkan Dika berhasil membuat luka yang cukup serius pada kulit siluman itu.
Namun berbeda dengan harapan Dika, walau mendapat luka yang cukup serius, siluman ular itu malah menyerang dika semakin agresif. Dika yang mendapat serangan yang lebih cepat dari sebelumnya menjadi terkejut,lalu mengernyitkan dahinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
mantap
2022-07-19
0
rajes salam lubis
keren
2022-07-19
0
Thomas Andreas
lanjoott
2022-01-08
0