Pagi harinya, Dika bangun lebih dulu dari Jaka, ia kemudian menyiapkan bekal untuk sarapan lalu membangunkan Jaka.
"Jaka, bangun sudah pagi, ayo sarapan." Dika menngoyangkan tubuh Jaka.
"Mmmm ... baik Paman," ucap Jaka, lalu mengambil posisi duduk sambil menggosok matanya.
Mereka berdua menikmati bekal yang diberikan oleh para penduduk sebelumnya untuk sarapan paginya.
Setelah sarapan mereka melanjutkan perjalanan, Dika berencana singgah di kota terdekat yang akan mereka lalui untuk sekedar kembali mengisi bekal dan membeli beberapa helai baju untuk Jaka.
Mereka berdua sampai di depan gerbang sebuah kota pada pada waktu siang hari. Di atas gerbang kota tersebut ada sebuah pamplet bertuliskan Kota Karta.
Mereka kemudian memasuki kota tersebut setelah Dika memberikan tanda pengenal kepada penjaga gerbang kota.
Setelah memasuki kota, Dika kemudian membeli beberapa bekal makanan dan pasokan air yang cukup untuk perjalanan nanti. Dika lalu mengajak Jaka untuk masuk ke dalam toko pakaian.
"Nak Jaka, silahkan pilih beberapa pasang baju untuk kau kenakan nanti," ucap Dika.
"Tapi paman, aku sudah membawa beberapa baju, bagiku itu sudah cukup." Jaka menolak dengan lembut.
"Sudah, pilih saja, jangan menolak niat baik seseorang Nak." Dika memaksa.
"Baiklah Paman, terimakasih untuk kebaikan Paman," ucap Jaka sambil melihat-lihat deretan pakaian anak-anak.
Kemudian jaka memilih beberapa pasang baju dan Dika pun membayarnya, selepas berbelanja baju, mereka meninggalkan kota tersebut untuk melanjutkan perjalanan.
Di tengah perjalanan Dika melihat Jaka yang mulai kelelahan lalu memutuskan untuk berhenti.
Dika menoleh ke arah Jaka. "Nak Jaka, apakah kau capek? Mau paman gendong?"
Jaka menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Tidak usah Paman, aku masih kuat kok, hanya sedikit lelah."
"Baiklah kita berhenti sejenak, Nak Jaka, minumlah air ini," ucap Dika sembari memberikan botol air pada Jaka.
"Paman, apakah kekuatan dan ilmu bela diri Paman di tingkat yang tinggi?" tanya Jaka penasaran.
"Tidak terlalu, Paman saat ini berada di tingkat sakti puncak dan masih harus banyak belajar lagi," jawab Dika.
"Apakah ada orang yang sudah sampai pada tingkat pendekar semesta Paman?" tanya Jaka kembali.
"Saat ini belum ada yg sanggup sampai pada tingkat pendekar semesta, kecuali legenda Bima Agung, hanya dia yang pernah berada di tingkat tersebut, tetapi jika tingkat pedekar agung tidak banyak yang mencapainya di kerajaan kita, hanya lima orang, itupun masih di tingkat pendekar agung dasar, tetapi di Kerajaan Mapo, banyak pendekar yang sudah berada di tingkat pendekar agung," jawab Dika menjelaskan.
"Kerajaan Mapo? Di manakah itu Paman?" tanya Jaka penasaran.
"Kerajaan Mapo berada di selatan dan Kerajaan itu bersebelahan dengan Kerajaan Bima," jawab Dika.
Kerajaan Mapo merupakan kerajaan terbesar di antara empat kerajaan, memiliki penduduk terbanyak dan paling makmur, tak heran jika di sana terdapat banyak pendekar berbakat.
Lalu dunia ini terbagi atas empat wilayah dan di setiap wilayah berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja.
Yang pertama adalah kerajaan Bima yang di pimpin oleh Raja Amung Prana. Kerajaan ini terletak di wilayah yang beriklim tropis dan subur.
Yang kedua adalah kerajaan Oasis yang di pimpin raja Nefertri. Kerajaan ini terletak di wilayah padang gurun yang tandus.
Yang ketiga adalah kerajaan Vale yang di pimpin oleh Raja Ivan Dmitry. Kerajaan ini terletak di wilayah kutub utara yang bersalju.
Yang ke empat adalah kerajaan Mapo, yang di pimpin oleh raja Cao Mesa. Kerajaan ini sendiri terletak di wilayah selatan dan merupakan kerajaan terkuat diantara 4 kerajaan.
**
Saat sedang asik berbincang tiba-tiba Dika merasakan adanya ancaman dan meminta Jaka untuk berlindung di balik badannya.
"Paman merasakan adanya aura pembunuh di dekat sini, berlindunglah di belakang paman." Dika melindungi Jaka di balik badannya sambil melihat sekeliling.
Jaka yang ketakutan hanya menurut lalu bersembunyi di belakang Dika, tak lama kemudian, muncul lima orang berbaju hitam dan memakai penutup mulut.
"Siapa kalian?! Apa yang kalian inginkan?" tanya Dika sambil memegang gagang pedang di pinggangnya.
"Kami? tentu yang kami inginkan adalah uang, hahahaha ...." Kepala perampok tertawa lantang.
"Kami tidak memiliki apapun dan sebaiknya kalian pergi atau aku tidak akan tinggal diam!" ancam Dika.
"Kalau begitu, jangan diam saja, lawan kami dan buktikan omong besarmu itu, kalian berempat maju dan habisi dia, lalu bawa anak itu untuk dijual!" seru ketua perampok memerintahkan ke empat anggotanya.
"Nak Jaka, pergilah ke belakang pohon besar itu dan tutup matamu sampai aku datang ke sana," ucap Dika pada Jaka, lalu menunjuk pohon besar yang ada di belakang Jaka.
Jaka segera berlari ke belakang pohon dan menutup matanya sesuai yang diperintahkan oleh Dika.
"Hmm ... Sepertinya ke empat perampok ini memiliki kemampuan tingkat langit awal dan ketua mereka memiliki kemampuan tingkat langit menengah, ini tak terlalu sulit," gumam Dika dalam hatinya.
Ke empat perampok tersebut langsung menyerang Dika secara bersamaan, Dika yang sigap kemudian menangkis setiap serangan yang datang dan mereka pun bertukar beberapa belas jurus, lalu Dika pun mundur untuk mengambil jarak.
Dika mengalirkan tenaga dalam yang cukup besar ke pedangnya, membuat pedang itu mengeluarkan aura berwarna biru tua. Ke empat perampok itu menjadi ragu dan waspada setelah melihat tenaga dalam yang dikeluarkan oleh Dika.
"Sial! Dia bisa menggunakan tenaga dalam!" umpat salah satu perampok.
"Tunggu apalagi!! Serang dia!!" teriak sang ketua perampok.
Mereka berempat maju secara bersamaan dan menyerang Dika.
"Teknik Pedang Bumi! Putaran Angin Naga!"
Tebasan pedang Dika mengeluarkan putaran angin yang melingkar ke arah empat perampok tersebut, alhasil perampok itu tak dapat menahan serangan tersebut sehingga mereka tertebas pada bagian dadanya dan membuat luka tebasan pedang yang cukup dalam.
Ketua perampok tersebut terdiam dan mengepalkan tangannya dengan geram. "Kurang ajar! Aku tak menyangka dia mempunyai kemampuan setinggi ini, lebih baik aku lari," umpat sang ketua perampok sambil berlari.
"Tak akan semudah itu, kau yang memulai maka kau juga yang harus mengakhiri," ucap Dika lalu mengejar ketua perampok tersebut.
Dengan kecepatan langkah kaki Dika menggunakan teknik meringankan tubuh, sesaat saja ia sudah berada tepat di belakang ketua perampok tersebut sambil mengarahkan tenaga dalam ke pedangnya.
"Teknik Pedang Bumi! Tebasan Harimau Dewa!"
Pedang Dika menusuk lurus dengan kecepatan tinggi ke arah leher ketua perampok tersebut, ketua perampok itu tak sadar dengan serangan cepat dari Dika yang datang ke arahnya dan tiba-tiba pandangannya menjadi gelap lalu seketika kepalanya tertebas terpisah dari tubuhnya.
Dika kemudian membersihkan pedangnya dan menyarungkan kembali pedangnya, tak lupa ia pun membersihkan jasad para perampok itu dan membuang jasad itu jauh-jauh agar tak terlihat oleh Jaka.
Setelah selesai, Dika pun kembali menemui Jaka yang masih duduk sambil menutup matanya di belakang pohon.
"Nak Jaka, bukalah matamu, semua sudah aman," Dika tersenyum lembut. "Anak yang penurut," batin Dika.
Jaka pun kemudian membuka matanya dan melihat sekeliling, ia pun merasa heran sebab tak ada satu pun perampok tadi yang terlihat.
"Paman, ke mana semua perampok tadi?" tanya Jaka dengan mata berkeliling.
"Mereka sudah pergi setelah paman memberikan sedikit pelajaran," jawab Dika berkilah.
Malam itu, mereka memutuskan untuk membuat api unggun dan bermalam di alam terbuka, seperti biasa Dika menunggu Jaka tidur terlebih dahulu kemudian bermeditasi memulihkan tenaga dalamnya, sembari mengawasi sekitar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
lanjutkan
2022-07-19
0
Johan Prasetyo Listinio
seruuuuu
2022-02-08
0
Thomas Andreas
singkat dan jelas
2022-01-08
0