Lima Tahun Kemudian.
"Ayaah! Ayaah! " Seorang anak lelaki berumur lima tahun tampak terbangun dari tidurnya dan langsung berlari menuju ayahnya yang sedang berada di luar rumah.
"Ada apa Nak?" tanya sang ayah.
"Aku baru saja bermimpi aneh Ayah, ada seorang kakek tua berjubah, ia mengatakan, jadilah kuat dan ubahlah dunia dengan kekuatanmu" jawab sang anak sambil memeluk ayahnya.
"Kakek tua? Berjubah dan berjanggut putih? Hmmm, itu sama seperti mimpi yang dialami ibumu kala mengandungmu," ucap sang ayah mengelus-elus dagunya.
Sang anak menaikkan kedua alisnya."Benarkah Ayah? Dia juga mengatakan kejarlah takdirmu dan wujudkan."
Jaka Sakti, itulah nama seorang anak tersebut. Ia kini sudah berusia Lima tahun dan ia adalah seorang anak pilihan yang memiliki tingkat kecerdasan jauh di atas anak seusianya, serta memiliki fisik dan jiwa yang kuat.
"Sudahlah, mimpi hanyalah bunga tidur Nak." Bagas mengelus lembut rambut Jaka, "Ayo ikut ayah pergi memancing di sungai, untuk makan kita nanti," ajak Bagas pada Jaka.
"Baiklah Ayah, aku bersiap dulu." Jaka berlari ke dalam rumah, lalu mengambil jaring serta ember kecilnya.
Setelah itu, mereka pun pergi ke sungai untuk memancing dan tak lupa berpamitan pada Dewi.
Saat mereka sedang asik memancing, Jaka merasakan sesuatu yang aneh. Ia merasakan ada sepasang mata yang sedang mengawasi mereka dari dalam hutan di hulu sungai.
"Ayah, aku merasakan ada yang memperhatikan kita dari dalam hutan." Jaka tampat sedikit ketakutan dan merapatkan duduknya di sebelah Bagas.
"Hmmm ... Mana? Ayah tidak melihat apa-apa, perasaan kamu saja itu Nak," ucap Bagas sambil mengelus kepala Jaka.
Setelah beberapa jam mereka memancing hingga matahari sudah tinggi, mereka pun bersiap untuk pulang ke rumah.
"Nak, ayah rasa sudah cukup ikan yang kita dapat, ayo kita pulang, ibumu pasti sudah menunggu lama," ucap Bagas sambil membereskan pancingan.
"Baiklah Ayah, ayo kita pulang." Jaka berdiri, lalu membawa ember kecil serta jaringnya.
Kemudian mereka berjalan pulang menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, mereka masuk, lalu memberikan hasil tangkapan kepada Dewi.
"Sayang, ini, aku memancing cukup banyak ikan," ucap Bagas sembari memberikan ember berisi ikan hasil memancing kepada Dewi.
Dewi tersenyum tipis. "Yasudah aku akan menyiapkannya, kalian berdua pergilah mandi selagi aku memasak ikan ini."
Setelah Dewi selesai memasak dan menghidangkan makanan di meja makan,mereka bertiga segera menyantap makan siangnya.
Saat mereka sedang asik menyantap makan siang. Terdengar teriakan minta tolong dari luar.
"Tooloong!! Toloong!! Ada serigala di sini!! Toloong! Toloong! " teriak salah satu warga desa.
"Apa?! Serigala? Sayang, tetaplah di sini bersama Jaka, aku akan pergi melihat keluar." Bagas tampak waspada, ia langsung berdiri dari duduknya, lau segera berlari keluar rumah.
"Sayang! Hati-hati!" teriak Dewi saat Bagas sudah berada di luar rumah.
"Ibu, aku takut," ucap Jaka sambil memeluk ibunya.
"Tidak apa-apa Nak, ibu di sini." Dewi mengeratkan pelukannya, mencoba menenangkan Jaka.
Saat sudah berada di luar rumah, Bagas melihat puluhan ekor siluman srigala tengah berlari memasuki desa.
Para warga yang melihat hal itu, langsung panik dan berlari ketakutan, banyak dari mereka masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.
Beberapa pemuda tampak mengambil senjata mereka, mencoba memberikan perlawanan terhadap srigala-srigala tersebut.
"Sial! Siluman!" umpat Bagas, lalu pergi mengambil tombak dari dalam rumah.
Siluman srigala berwarna merah darah dan bermata gelap menyerang setiap penduduk yang berada di hadapannya. Memaksa masuk ke dalam rumah penduduk serta merusak rumah.
Saat Bagas hendak kembali keluar, ia dihadang satu ekor srigala berukuran sedang. Srigala tersebut tampak menggeram, bersiap menyerang bagas.
Bagas menggenggam erat tombak miliknya, ia sadar bahwa pertarungan mereka tak dapat di hindari. Serigala tersebut langsung menerkam Bagas dengan taring dan cakarnya.
Bagas mencoba untuk menghindari terkaman tersebut, namun gerakannya tak cukup cepat, sehingga lengan kirinya terkena cakaran srigala, menyebabkan luka cakaran yang cukup dalam.
Bagas meringis sambil memegang lengan kirinya, sebelum ia menyerang srigala tersebut. Bagas mengayunkan tombaknya dan menusukkan tombak tersebut ke arah perut serigala.
Mata tombak milik Bagas berhasil mengenai perut bagian samping dari srigala itu, namun srigala tersebut tidak sedikitpun terluka hanya beberapa bulunya saja yang rontok.
Srigala itu kembali menyerang Bagas dengan melompat ke arahnya. Bagas langsung menghunuskan tombaknya tepat ke arah datangnya srigala itu dan tombak tersebut berhasil menancap tepat pada mata kiri dari srigala tersebut.
Alhasil srigala itu meraung-raung kesakitan. Dari matanya mengucur darah yang sangat banyak, kemudian jatuh ke tanah dan tewas seketika.
Raungan srigala itu terdengar oleh kawanan srigala lain yang berada tidak jauh dari situ, membuat tiga srigala lain datang dan langsung menyerang Bagas.
Bagas yang di hadapkan dengan tiga siluman srigala sekaligus tak dapat berbuat banyak, ia hanya bisa pasrah menerima terkaman srigala itu tanpa bisa melakukan perlawanan.
Setelah srigala-srigala itu menyerang Bagas hingga Bagas terbaring lemah di depan rumahnya dengan bersimbah darah, ketiga srigala itu kemudian masuk ke dalam rumah Bagas dengan menghancurkan pintu.
"Mama! Aku takut!" ucap Jaka sambil menangis memeluk ibunya saat mendengar pintu rumah mereka dihancurkan.
"Tenanglah Nak, ibu akan melindungimu," ucap Dewi lalu bergerak maju, mencoba menghadang ketiga srigala yang baru saja masuk.
**
Di lokasi yang berada tak jauh dari pemukiman desa, terlihat seorang pemuda tengah berdiri di atas pohon sambil mengamati desa.
"Sial! Aku terlambat!" umpat pemuda itu, lalu melompat turun.
Ia pun langsung berlari dengan kecepatan yang sangat tinggi ke arah desa, ia mencari rumah Jaka untuk menyelamatkannya.
Pemuda tersebut bernama Mahardika, ia adalah anak dari kepala suku Bumi Alam dan ia juga orang yang telah di ramalkan akan bertemu anak pilihan di desa tersebut.
Dika berlari sambil menghunuskan pedangnya, lau menebas setiap siluman srigala yang ia temui.
Saat Dika berkeliling desa tersebut sambil membunuh satu per satu siluman srigala yang ada dengan pedangnya, terdengar teriakan anak kecil meminta tolong dari salah satu rumah warga.
"Ibuu!! Tidaak! Ibuuu!! Tolooong! Tolong ibuku!" teriak anak itu.
Dika pun segera berlari menuju asal suara tersebut. Sesaat setelah ia sampai, Dika melihat tiga srigala sedang memangsa seorang wanita, serta melihat seorang anak kecil menangis di pojok kamar sebelum akhirnya jatuh pingsan.
Dika pun langsung mengangkat pedangnya lalu mengalirkan tenaga dalamnya pada pedang tersebut, membuat cahaya berwarna biru menyelimuti pedang itu.
Dika kemudian menebas satu dari tiga srigala itu pada bagian kepalanya, membuat srigala tersebut langsung tewas seketika dengan kepala yang terpenggal.
Srigala yang tersisa tampak tak terima melihat kawanannya dibunuh. Mereka menggeram keras sebelum menyerang dika secara bersamaan.
Dika yang mendapat serangan yang datang secara bersamaan langsung menangkis salah satu gigitan srigala menggunakan pedangnya, lalu dengan cepat memberikan tendangan keras yang dialiri tenaga dalam ke arah srigala lainnya, membuat srigala tersebut terpental dan menghantam dinding kamar.
Dika kemudian menarik pedangnya dan menusukkan pedang tersebut ke dalam mulut Srigala yang ada di hadapannya. Setelah berhasil membunuh srigala yang berada di hadapannya, Dika segera berlari ke arah srigala lainnya yang sebelumnya terpental akibat tendangannya.
Dika langsung memijak bagian leher srigala tersebut, lalu mematahkan leher srigala itu dengan kakinya.
Dika menghela nafas panjang sambil mengatur nafasnya. Setelah itu, Dika menghampiri Jaka lalu mengangkat tubuhnya ke atas tempat tidur, lalu kembalu berlari keluar rumah dengan kecepatan yang tinggi, kemudian membunuh siluman-siluman srigala yang tersisa dengan pedangnya.
Akibat dari serangan siluman-siluman srigala tersebut, banyak nyawa yang melayang dan menyisakan sedikit penduduk yang selamat. Penduduk yang selamat kemudian keluar rumah dan mendatangi Dika untuk mengucapkan trimakasih.
"Terima kasih Nak pendekar, telah menyelamatkan kami," ucap para penduduk sambil menyalami Dika.
"Sama-sama, sekarang mari kita mempersiapkan pemakaman yang layak untuk korban-korban terlebih dahulu," ucap Dika.
Para penduduk yang selamat kemudian bergotong royong untuk menguburkan warga yang menjadi korban. Para penduduk tampak sangat sedih atas kehilangan yang menimpa desa mereka, terlihat dari tangisan mereka saat memindahkan jasad para korban.
Dika kemudian memberikan pemakaman yang layak terhadap ayah dan ibu Jaka, lalu kembali menemui Jaka yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri.
Dika menemani Jaka hingga malam hari dan ia pun terlelap dengan posisi duduk di samping Jaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
rajes salam lubis
lanjutkan
2022-07-19
1
rajes salam lubis
waw mama,hihihi
2022-07-19
0
Heroson Lht
jaka tingkir, bagas, den bagus, dan jinni oh jinni,, bersatu,,,
2022-06-26
0