Seribu tahun telah berlalu semenjak meninggalnya legenda Bima Agung. Kini manusia berkembang pesat dan memiliki kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja.
Di sebuah Desa kecil yang bernama Desa Sungai Putih, sesuai dengan namanya, Desa tersebut dialiri Sungai jernih sepanjang daerahnya. Rumah-rumah penduduk terbuat dari bambu dan diatapi oleh jerami. Kondisi desa sangatlah asri dan sejuk, namun penduduk desa tersebut tidaklah banyak.
Di pinggiran Desa tersebut hiduplah sepasang suami istri yang tinggal di rumah yang sederhana, sepasang suami istri itu bernama Dewi Putri dan Bagas Sakti.
Suatu pagi, Bagas sedang menyapu halaman depan rumahnya, ditemani oleh istrinya yang terlihat sedang hamil besar, umur kehamilannya sudah masuk bulan ke sembilan.
"Sayang, semalam aku bermimpi aneh dan mimpi itu sangatlah nyata," ucap sang istri sambil membelai lembut perutnya.
Bagas mengangkat sebelah alisnya. "Emangnya, Kamu bermimpi apa? "
"Aku semalam bermimpi, ada seorang kakek berjubah dan berjanggut putih datang dan mengatakan sesuatu yang tak kupahami, dia berkata bahwa anak kita ini akan membawa perubahan pada dunia."
Bagas tersenyum tipis, menatap Dewi hangat.
"Sudahlah Sayang, mungkin itu hanya mimpi, tidak perlu difikirkan."
Dewi mengangguk pelan, kemudian menatap peutnya dan tersenyum lebar, dengan sesekali berbicara pada bayi dalam kandungannya.
Saat sedang asik berbincang, tiba-tiba Dewi merasakan sakit pada perutnya dan berteriak menahan sakit. "Sayang!! Perutku! Perutku sakit!! Sepertinya anak kita sudah mau lahir."
Bagas yang panik langsung berlari ke arah istrinya. "Sayang, aku akan membawamu ke kamar, lalu aku akan memanggil tabib desa kita."
Bagas kemudian menggendong istrinya ke dalam kamar lalu berlari keluar rumah dan menuju rumah tabib desa.
Saat sudah sampai di depan rumah tabib tersebut, Bagas langsung mengetok pintu sambil mengatur nafasnya.
Tok! Tok! Tok!
Tak berapa lama keluarlah seorang wanita tua dengan rambut yang sudah memutih. Usia wanita tersebut diperkirakan berumur lebih dari lima puluh tahun.
"Ada apa Nak Bagas? Pagi-pagi sudah datang ke sini," tanya tabib tersebut.
"Maaf Buk, istri saya, istri saya sudah mau melahirkan," jawab Bagas dengan nafas tersengal-sengal.
"Kalau begitu ayo kita ke sana, sebentar aku ambil peralatan dulu, Nak Bagas tunggu di sini," ucap wanita tua tersebut lalu masuk ke dalam rumah.
Tak berapa lama ia sudah keluar sambil membawa buntalan kain.
"Ayo Nak Bagas, kita langsung ke rumahmu."
Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di rumah Bagas dan langsung masuk ke dalam rumah.
"Sayang, tabib sudah datang, kamu yang kuat ya, aku akan menemanimu di sini," ucap Bagas sambil membelai lembut rambut Dewi dan menyemangati istrinya.
Lalu sang tabib langsung membantu Dewi bersalin, ia memegang kedua lutut Dewi setelah meletakkan handuk di antara paha Dewi. "Ayo! Nak Dewi, dorong terus! Tarik nafas, dorong!"
Tak berapa lama terdengar tangisan bayi yang sangat keras. " Oeekk!! Oeekkk!! "
"Selamat Nak Bagas, anakmu laki-laki dan sangat sehat," ucap sang tabib dengan tersenyum lebar, lalu memberikan bayi tersebut kepada Dewi.
Tangis bahagia mewarnai lahirnya bayi pasangan muda tersebut. Dewi kemudian menggendong dan menyusui bayinya dengan tak henti-hentinya tersenyum serta menitikkan air mata.
"Sayang, kita harus memberikan nama yg bagus untuk bayi kita yang tampan ini," ucap Dewi sambil memperhatikan wajah bayinya.
"Aku beri ia nama Jaka Sakti, aku telah mempersiapkan nama ini sejak lama," ucap Bagas sambil membelai lembut rambut anaknya.
"Haii! Jaka! Selamat datang ke dunia, semoga kamu jadi anak yang membanggakan." Dewi tersenyum lebar sambil memberi doa pada anaknya.
"Terima kasih Buk, sudah membantu Istri saya melahirkan," ucap Bagas kepada tabib desa.
"Tak usah sungkan Nak Bagas, sudah tugasku membantu warga desa, baiklah sepertinya aku harus bergegas kembali ke rumah."
"Baik Buk, sekali lagi terima kasih, mari aku antar ke depan," ucap Bagas sambil mengantar tabib tersebut ke depan rumah.
**
Pada waktu yang sama, di pemukiman sebuah suku, yang bernama suku Bumi Alam.
Suku Bumi Alam merupakan suku terbesar di antara suku lain dan memiliki wilayah yang luas seperti sebuah kota.
Di dalam salah satu bangunan besar suku tersebut, terlihat seorang wanita tua berlari tergesa-gesa ke depan pintu besar kediaman kepala suku, lalu mengetuk pintu tersebut.
"Tok! Tok! Tok!"
Lalu keluarlah seorang pria sepuh. "Ada apa kau datang sepagi ini Ara?" tanya kepala suku tersebut.
Wanita tersebut adalah seorang peramal yang bernama Nyai Ara dan kepala suku tersebut bernama Surya Rangi
"Maaf kepala suku, aku datang membawa kabar penting!" ucap Nyai Ara dengan nafas terputus-putus.
"Cepat! Katakanlah!" seru Surya menaikkan sebelah alisnya.
Nyai Ara menarik nafas dalam dan mengatur nafasnya. "Aku mendapatkan pandangan bahwa anak pilihan yang kita tunggu-tunggu sudah lahir."
Surya menaikkan kedua alisnya. "Benarkah?! Ini adalah berita baik bagi kita semua, sekarang, katakan! Di mana anak tersebut berada?"
Nyai Ara adalah peramal terbaik di suku Bumi Alam, hampir semua ramalan dan pandangan yang ia dapat bisa dipastikan kebenarannya. Maka daripada itu kepala suku maupun anggota suku percaya akan ramalan yang disebutkan Nyai Ara.
"Aku tidak tahu lokasi pastinya, yang pasti dalam pandangan yang ku terima, lima tahun lagi anak tersebut akan bertemu dengan Mahardika, di sebuah desa bagian timur," jawab Nyai Ara.
Mahardika tersebut merupakan anak laki-laki pertama dari kepala suku, yang memiliki seorang istri bernama Ambarsari dan seorang anak perempuan bernama Alneta yang saat ini berumur enam bulan.
"Baiklah, aku akan memanggil anakku, untuk memberitahu berita ini," ucap Surya sambil melangkah ke dalam rumah untuk memanggil anaknya.
"Dika kemarilah! Ayah punya berita penting untukmu! " seru Surya.
"Iya, Ayah, ada apa?" tanya Dika mendatangi ayahnya.
"Anak pilihan yang kita tunggu sudah lahir, ayo kita ke depan menemui Ara," Jawab Surya dengan antusias, lalu mengajak anaknya menemui Nyai Ara.
"Benarkah anak itu sudah lahir Nyai?" tanya Dika kepada sang peramal.
"Benar dan kau akan bertemu anak tersebut dalam lima tahun ke depan di desa bagian timur," jawab Madam Ara.
Surya menepuk-nepuk bahu Dika. "Mulai sekarang persiapkanlah dirimu dan perdalami ilmumu untuk mengajarkan dan membimbing anak tersebut."
"Baiklah Ayah, aku akan mempersiapkan diri, sebaiknya kita beritahu kabar gembira ini kepada semua anggota suku Ayah. " Dika terlihat antusias.
"Aku akan memberitahu semua anggota suku secepatnya, kau Dika, pergilah dan mulailah berlatih perdalam ilmumu dan kau Ara, pergilah beritahu pada semua tetua suku tentang kabar ini," ucap Surya kepada keduanya.
"Baik Ayah," jawab Dika lalu melangkah kembali ke dalam rumah
"Baik, kepala suku," ucap sang Nyai Ara lalu pamit, kemudian melangkah pergi.
Berita tersebut kemudian menyebar ke semua anggota suku, mereka menyambut berita tersebut dengan bahagia serta antusias yang tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
Syamsu Alam
jaka kelana udah lahir ya
2022-08-08
1
rajes salam lubis
mantap
2022-07-19
1
A.0122
cerita nusantara kah ini
2022-05-03
1