BAB 5. Langkah Awal

“Auw… sakit kak.”

Rengek Dimas ketika Karin mengoleskan obat salep untuk luka-lukanya. Karin tak menghiraukan Dimas yang berkali kali mengaduh kesakitan sambil berbaring di sofa, meskipun ia tetap berhati-hati mengoleskan obat itu.

“Janji ya kak, jangan bilang mama kalau gue berantem.”

“Tergantung lu kasih tutup mulut pakek apa. Lagian lu ngapain sih ngeladenin mereka, udah tau mereka sukanya keroyokan. Untung gak patah itu kaki ama tangan lu.”

Karin mendelik kearah Dimas, antara kesal tapi kasihan. Adiknya hanya bisa merengut pasrah kena omel kakaknya. Dirapikan kembali obat-obatan kedalam kotak lalu menyimpannya dilemari. Untung sore itu ibunya belum kembali dari florist untuk mengerjakan beberapa pesanan bunga, sehingga ia tak perlu melihat adiknya dalam kondisi berantakan dan berdarah-darah.

“Dim, menurut lu, papa masih hidup atau udah meninggal?”

Karina merebahkan diri di atas sofa di ruang keluarga disisi kanan ruangan, seperti yang Dimas lakukan. Menatap langit-langit rumahnya, sambil sesekali mendengar Dimas mengaduh kesakitan dan mengumpat kesal. Rambutnya yang panjang menjuntai dari sandaran tangan kursi yang ia jadikan bantalan kepala, hingga ujung rambutnya menyentuh lantai. Jari jari tangannya saling menyentak seolah mengalihkan diri dari sebuah keresahan.

“Gue gak berani nebak, kak. Memory soal papa aja gue gak punya.”

Karin menarik nafas berat, matanya terpejam. Di pelupuk matanya kembali berputar-putar bayangan sebuah pesan dari orang yang menyebut dirinya Papa. Betul juga, papa pergi saat Dimas masih bayi, tak heran jika ia tak memiliki kenangan soal papa, bahkan, mungkin tau wajahnya saja tidak.

“Lu sendiri gimana, kak? Lu tahu apa soal kabar papa?”

“Gue juga gak tau apa-apa. Mama gak pernah mau cerita soal papa.”

Mata Karin masih sengaja ia pejamkan, menyembunyikan perasaan hatinya yang campur aduk tidak karuan. Pesan itu betul-betul mengganggu pikiran, sementara ia tak tahu harus bercerita kepada siapa. Bahkan, ia tidak tahu apakah pesan itu nyata atau tidak. Ah, rasanya hidupnya beberapa waktu terakhir ini sangat membingungkan.

“Sama sekali kak?”

“Dulu, mama pernah bilang kalau kita gak boleh cari papa. Kata mama, papa udah bahagia. Gak tau deh maksut mama apa.”

Keduanya terdiam, larut dalam pikiran dan tebakan mereka masing-masing. Berandai-andai jika saat ini mereka masih menjadi keluarga yang utuh, bersama mama dan papa. Akankah hidup mereka akan jauh lebih baik? Yang pasti, mama tidak perlu menanggung beban yang terlalu berat karena harus mengurus dan membesarkan mereka seorang diri.

“Dim, kalau ternyata papa masih hidup, lu mau gak nyari keberadaan papa?”

Tak ada suara sahutan dari adiknya, hening, hanya suara nafas yang berhembus dengan teratur. Karin melongok terduduk kearah adiknya.

“Kampret, diajak ngobrol malah ngorok.”

Karin bangkit dengan kesal, berjalan meninggalkan adiknya yang telah tertidur pulas menuju kamarnya.

**

Jam di dinding kamar Karina sudah mengabarkan bahwa malam sudah larut, tapi mata Karin belum juga mau terpejam. Rasanya, sulit sekali untuk merasa ngantuk sementara isi kepalanya masih mengembara kesana-kemari. Sudah bolak balik ia merubah posisi tidurnya, miring ke kanan dan ke kiri, bahkan sesekali ia membenamkan wajahnya ke bantal. Namun rasa kantuk tak juga datang.

Sekelebat hidungnya mencium aroma yang akhir-akhir ini sering tertangkap indra penciumannya. Aroma si Putri, gumamnya.

“Keluar aja kamu gak usah sembunyi.”

Karina mempersilahkan Putri untuk menampakan dirinya, dan benar saja, tak lama kemudian ia telah duduk manis di meja belajar Karin dengan kaki mengulur kebawah dan digerakan mengayun. Tempat favorit Putri.

Senyuman khas itu, sudah beberapa hari ini tidak ia lihat. Walaupun sebetulnya Putri setiap hari ada di sisi Karina.

“Kok belum tidur kak Karin?”

“Jangan pura-pura bego, kamu tau apa yang membuatku gak bisa tidur.”

Putri meringis mendengar jawaban Karin.

“Kakak sudah memutuskan, apa yang mau kakak lakukan selama…” kata-kata Putri menggantung, ia menatap Karin ragu.

“Selama hidup maksutmu?”

Putri turun dari duduknya, menyusul Karin yang berada didalam selimut menatap langit-langit kamarnya. Sepertinya, sudah mulai terjalin persahabatan diantara mereka. Tak ada lagi rasa takut dalam diri Karina saat menghadapi Putri. Seperti saat itu, meraka dengan akrab berbincang dalam balutan selimut yang sama.

“Salah gak sih, kalau aku mencari dimana papa berada?”

“Kalau memang kakak yakin itu baik untuk mamanya kak Karin, lakukan saja.”

“Aku gak yakin sebetulnya. Tapi aku juga merasa, hidup mama akan lebih mudah jika ada papa. Dan aku akan lebih ikhlas meninggalkan mama jika ada papa di hidup mama.”

“Kalau begitu, ayo kita lakukan. Aku akan bantu kak Karin.”

“Memangnya, kamu gak tahu dimana papa? Kamu gak bisa ya, pakai kekuatan untuk mencari tahu diamana papa?”

Putri menggeleng sambil tersenyum, merasa geli dengan pertanyaan Karin yang menganggap ia memiliki kekuatan super, seperti di film-film.

“Dih, hantu macam apa kamu? Hantu kok gak sakti.”

Mereka tertawa terkekeh namun perlahan, tak mau membangunkan mama dan adiknya yang sudah tidur. Malam sudah larut, aktifitas dirumah itu sudah terhenti. Hanya terdengar detakan suara jam dinding dan sesekali suara cicak berdecak. Jika mereka tertawa sedikit keras saja tentunya bisa terdengar sampai ke kamar mama atau Dimas adiknya.

“Tapi aku gak tahu harus mulai dari mana, Put. Aku gak punya informasi apapun soal papa. Bahkan aku gak tahu apa bener papa masih ada.”

“Erm…, bagaimana kalau kita mulai dari mencari alamat rumah kakak, sebelum kakak pindah kerumah ini? Siapa tau, ada tetangga disana yang tahu keberadaan papanya kak Karin.”

“Wah, ide bagus Putri. Tapi, kakak gak tahu dimana alamat pastinya. Waktu itu kakak masih TK, udah lama banget. Udah susah buat ngingetin. Lagian, kakak masih terlalu kecil buat ngerti itu daerah mana.”

“Apa gak ada catatan sama sekali kak?”

Karin berfikir sejenak. Dimana kira-kira dia bisa mendapatkan catatan mengenai alamat rumah lamanya. Sementara Karin sama sekali tidak bisa mengingat dimana ia menghabiskan masa kecilnya, sebelum pak Budiman, ayahnya angkat kaki dari rumah itu dan tidak pernah lagi kembali atau sekedar mengirim kabar kepada istri dan anaknya. Tidak lama setelah kepergian suaminya, ibu Nurma juga memutuskan untuk meninggalkan rumah pemberian keluarga pak Budiman dan membeli rumah baru, rumah yang saat ini mereka tempati.

“Ah, aku tahu Putri!”

Pekik Karin seraya melompat keluar dari pembaringan hangatnya. Membuka lemari pakaian disamping meja belajarnya dan mengambil sebuah kotak besar yang berada dirak dalam lemari bajunya. Diturunkan kotak kertas besar ke lantai dan menumpahkan semua isinya. Berantakan dilantai, ia mencari cari sesuatu disana. Putri penasaran, ia pun menyusul turun dan berjongkok mengamati.

“Ketemu!”

Karin berseru girang, mengangkat sebuah buku raport dengan tangan kanannya ke udara, seperti bocah yang baru saja mendapatkan sebuah piala. Matanya berbinar, menularkan kegembiraan kepada Putri yang memperhatikannya.

“Ini buku raport kakak waktu TK. Disini pasti ada alamat rumah lama.”

Tak sabar Karin membuka buku raport tua itu dan benar saja, dilembar pertama ia sudah menemukan alamat rumah lamanya. Ia tersenyum lega. Menemukan sesuatu yang sangat berharga baginya. Tak puas hanya melihat catatan alamat itu, ia lanjut membaca halaman selanjutnya. Ada nama ayahnya disana. Bahkan, tanda tangan ayahnya pada bagian laporan hasil belajarnya.

Tak terasa senyumnya memudar, ada air mata yang mengembung dipelupuk mata Karin. Selama ini ia tak pernah memiliki atau sekedar melihat foto ayahnya. Ingatan tentang seperti apa rupa ayahnya saja ia tak punya. Dengan hanya melihat nama dan tanda tangan ayahnya saja sudah membuatnya sangat terharu. Sekaligus, ia merasa yakin bahwa ayahnya masih hidup, dan ia akan berhasil menemukanya.

Budiman Arya Dinata. Ia baca berulang-ulang nama itu. Hatinya bergetar, seakan ia sangat mengenali nama itu.

“Papa, seandainya papa ada disini, Karin yakin papa akan bisa jaga mama dan Dimas.”

Bisik Karin menahan tangisnya.

“Kalau papa disini, apakah nasib Karin akan berbeda? Apa umur Karin akan lebih panjang?”

Karin bicara dengan dirinya sendiri, tetapi matanya menatap Putri, berharap Putri bisa memberinya jawaban. Hanya saja, Putri terdiam. Tak bicara sepatah katapun. Ia hanya, tersenyum. Seperti biasanya.

Terpopuler

Comments

🔥_Akane_Uchiha-_🔥

🔥_Akane_Uchiha-_🔥

Sangat kreatif

2025-07-17

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Mati untuk hidup
2 BAB 2. Hidup Dengan Yang Mati
3 BAB 3. Bidadari Karina
4 BAB 4. Seandainya Ada Papa
5 BAB 5. Langkah Awal
6 BAB 6. Yang Pulang Tak Berarti Kembali
7 BAB. 7 Perjalanan Pertama.
8 BAB 8. Oma Itu Siapa?
9 BAB 9. Oma Surya VS Nenek Dini
10 BAB 10. Ketahuan
11 BAB 11. Nia dan Putri #1
12 BAB 12. Keikhlasan Mama
13 BAB 13. Sebuah Foto
14 BAB 14. Nia Dan Putri #2
15 BAB 15. Sebuah Kunci
16 BAB 16. Foto Keluarga
17 BAB 17. Persahabatan
18 BAB 18. Jalan Buntu
19 BAB 19. Ratusan Juta Rupiah
20 BAB 20. Rumah Itu Pemberian Papa
21 Bab 21. Lapor Mama!
22 BAB 22. Demam
23 BAB 23. Kotak Kardus
24 BAB 24. Parcel Mama
25 BAB 25. Nek Mojang
26 BAB 26. Es Buah Pak Bewok
27 BAB 27. Pak Bewok
28 BAB 28. Nenek Nia Dan Nenek Karina
29 BAB 29. Berbagai Kejutan
30 BAB 30. Segelas Es Buah
31 BAB 31. Mencari dan Menemukan
32 BAB 32. Rahasia Masing-masing
33 BAB 33. Merubah Yang Tak Bisa Dirubah
34 BAB 34. Ada Yang Menghindar
35 BAB 35. Bapak itu Papa
36 BAB 36. Dedikasi Budiman
37 BAB 37. Kecelakaan
38 BAB 38. Rasa Bersalah
39 BAB 39. Manusia-Manusia Istimewa
40 BAB 40. Keputusan Yang Salah
41 BAB 41. Seperti Bongkahan Salju.
42 BAB 42. 'Menang'
43 BAB 43. Semangat Lagi
44 BAB 44. Pertemuan Diam-Diam
45 BAB 45. Candra Kirana
46 BAB 46. Tangan Kosong
47 BAB 47. Ke-keluarga-an
48 BAB 48. Keributan
49 BAB 49. Intrik
50 BAB 50. Hampers Datang Lagi
51 BAB 51. Peringatan
52 BAB 52. "Seandainya Karin tau dia adalah..."
53 BAB 53. Pundung
54 Mencari Dimas
55 "Hati-Hati Di Jalan Ya Pah"
56 Dia Adalah...
57 Secercah Cahaya
58 Pesan itu...
59 "Dasar Perempuan!"
60 Pertemuan
61 Ayah, dan Anak
62 Perjuangan Belum Berakhir
63 Sebuah Kisah Cinta
64 Mang Daryo Memanggil
65 Mang Daryo Sakit
66 Warisan dan Harapan
67 Kirana dan Bu Dini
68 Pertemuan mengharukan #1
69 Planing
70 De Javu
71 Dalam Rumah Duka
72 Permintaan Terakhir
73 Isi Hati Nurma
Episodes

Updated 73 Episodes

1
BAB 1. Mati untuk hidup
2
BAB 2. Hidup Dengan Yang Mati
3
BAB 3. Bidadari Karina
4
BAB 4. Seandainya Ada Papa
5
BAB 5. Langkah Awal
6
BAB 6. Yang Pulang Tak Berarti Kembali
7
BAB. 7 Perjalanan Pertama.
8
BAB 8. Oma Itu Siapa?
9
BAB 9. Oma Surya VS Nenek Dini
10
BAB 10. Ketahuan
11
BAB 11. Nia dan Putri #1
12
BAB 12. Keikhlasan Mama
13
BAB 13. Sebuah Foto
14
BAB 14. Nia Dan Putri #2
15
BAB 15. Sebuah Kunci
16
BAB 16. Foto Keluarga
17
BAB 17. Persahabatan
18
BAB 18. Jalan Buntu
19
BAB 19. Ratusan Juta Rupiah
20
BAB 20. Rumah Itu Pemberian Papa
21
Bab 21. Lapor Mama!
22
BAB 22. Demam
23
BAB 23. Kotak Kardus
24
BAB 24. Parcel Mama
25
BAB 25. Nek Mojang
26
BAB 26. Es Buah Pak Bewok
27
BAB 27. Pak Bewok
28
BAB 28. Nenek Nia Dan Nenek Karina
29
BAB 29. Berbagai Kejutan
30
BAB 30. Segelas Es Buah
31
BAB 31. Mencari dan Menemukan
32
BAB 32. Rahasia Masing-masing
33
BAB 33. Merubah Yang Tak Bisa Dirubah
34
BAB 34. Ada Yang Menghindar
35
BAB 35. Bapak itu Papa
36
BAB 36. Dedikasi Budiman
37
BAB 37. Kecelakaan
38
BAB 38. Rasa Bersalah
39
BAB 39. Manusia-Manusia Istimewa
40
BAB 40. Keputusan Yang Salah
41
BAB 41. Seperti Bongkahan Salju.
42
BAB 42. 'Menang'
43
BAB 43. Semangat Lagi
44
BAB 44. Pertemuan Diam-Diam
45
BAB 45. Candra Kirana
46
BAB 46. Tangan Kosong
47
BAB 47. Ke-keluarga-an
48
BAB 48. Keributan
49
BAB 49. Intrik
50
BAB 50. Hampers Datang Lagi
51
BAB 51. Peringatan
52
BAB 52. "Seandainya Karin tau dia adalah..."
53
BAB 53. Pundung
54
Mencari Dimas
55
"Hati-Hati Di Jalan Ya Pah"
56
Dia Adalah...
57
Secercah Cahaya
58
Pesan itu...
59
"Dasar Perempuan!"
60
Pertemuan
61
Ayah, dan Anak
62
Perjuangan Belum Berakhir
63
Sebuah Kisah Cinta
64
Mang Daryo Memanggil
65
Mang Daryo Sakit
66
Warisan dan Harapan
67
Kirana dan Bu Dini
68
Pertemuan mengharukan #1
69
Planing
70
De Javu
71
Dalam Rumah Duka
72
Permintaan Terakhir
73
Isi Hati Nurma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!