Badai Kematian

"Kenapa, kenapa, kenapa ....!"

Xiao Chen berteriak penuh keputusasaan sambil berlari dan terus berlari lebih cepat lagi. Dia pergi meninggalkan kediaman keluarga Xiao, menuju bukit batu di sudut Utara desa Api. Air matanya tak lagi dapat terbendung dan terus menerus mengalir membasahi pipinya. Xiao Chen tanpa henti terus berlari lebih kencang lagi.

Hingga Xiao Chen pun tiba di bukit batu di belakang desa. Di mana di bukit itu terdapat satu air terjun dengan ketinggian lima ratus kaki. Di bawahnya, terdapat sungai panjang yang di sebut sungai suci. Tetapi yang terkenal bukanlah panjang dan lebar sungai suci, melainkan lokasi terjatuhnya air terjun yang di kenal sebagai kolam tanpa dasar.

Di atas tebing batu, di samping air terjun. Xiao Chen berdiri menatap langit. Air mata di sisi matanya mulai mengering, matanya sembab meninggalkan jejak kesedihan yang mendalam, kepalanya terangkat dalam mata yang terpejam. Sorot sinar matahari yang begitu panas seolah-olah membakar kulit. Angin berhembus kencang, mengibaskan rambut hitam panjangnya yang berantakan.

"Anakku, turunlah!" samar-samar suara seorang perempuan terdengar di telinga Xiao Chen. Membuat kedua matanya seketika terbuka lebar, perasaannya sangat begitu terkejut.

"Apa aku tidak salah dengar!" gumam Xiao Chen, bingung.

Xiao Chen terdiam sesaat, mencoba mengamati wilayah di sekitarnya, tetapi hanya ada suara kicauan burung, deru air, dan angin sepoi-sepoi yang bersiul merdu.

"Ternyata hanya perasaanku saja." kata Xiao Chen sembari menghela nafasnya. Ia pun segera membalikkan tubuhnya, hendak menjauh dari tebing air terjun.

Tetapi angin tiba-tiba berhembus kencang, bahkan membuat Xiao Chen terhempas beberapa langkah ke belakang di terpa angin.

"A— ada apa ini," kata Xiao Chen panik, ia pun meraih celah batu untuk pegangannya. "Haaaaa— aaaa, tolong ... siapapun, tolong aku!" teriak Xiao Chen sekencang-kencangnya. Angin itu sangat begitu dahsyat, bahkan pohon-pohon tumbang, beterbangan terbawa angin. Tetapi tidak ada seorang pun yang mendengarnya.

Mengandalkan celah batu, Xiao Chen terus bertahan. Tetapi tubuhnya tak lagi sanggup untuk menginjak bumi. Jika tidak ada celah batu yang kokoh di atas tebing, tentu Xiao Chen sudah di pastikan telah terhempas di terpa badai angin.

Namun dari kejauhan sebuah pohon besar yang tumbang terseret oleh badai angin, dan itu mengarah tepat kepada Xiao Chen.

"Apa, ahhh ... sepertinya ini adalah akhir dari hidupku!" ucap Xiao Chen lemah. Dia benar-benar sudah begitu pasrah akan nasibnya.

Bukk!

Pohon besar itu menghantam tubuh Xiao Chen dengan sangat keras. Membuat Xiao Chen tidak bisa untuk tidak bersuara, "Wha!" seteguk darah segar keluar dari mulutnya. Tetapi ia masih bertahan mencengkram celah batu, bahkan setiap ujung jarinya terluka, telapak tangannya robek, bahkan batang pohon masih menancap di bahu kanannya.

Namun angin semakin kencang, membawakan suatu kesan yang sangat begitu mengerikan. Tetapi yang anehnya, angin itu seperti sebuah jalur yang di khususkan mengarah kepada Xiao Chen. Sedangkan di tempat lain, seolah-olah angin berhenti berhembus, dedaunan begitu tenang.

"Apakah aku sedang berhalusinasi!" gumam Xiao Chen. Ia jelas menyadari keanehan di tempat itu, tetapi ia yang sudah sangat begitu lemas, lemah, dan tak berdaya, tidak lagi memperdulikan dengan apa yang tengah di alaminya saat itu.

"Ayah, ibu, maafkan aku!" ucap Xiao Chen lemah. Kedua matanya pun terpejam, jari jemarinya tak lagi dapat mencengkram celah batu, dan ia pun berlalu terhempas badai angin.

Namun badai angin berhenti begitu saja, tetapi Xiao Chen telah berada di udara, dan di bawah dengan ketinggian lima ratus kaki, itu adalah kolam tanpa dasar, tempat di mana terjatuh nya air terjun.

Tetapi Xiao Chen sudah sangat tidak peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Lalu ia pun terjatuh ke kolam tanpa dasar.

Byur!

Blukbuk! Blukbuk!

Tubuhnya yang kurus tenggelam dan lebih dalam lagi menuju dasar kolam. Tetapi matanya terbuka lebar, cahaya matahari mulai menghilang dari pandangannya.

'Mati dengan cara seperti ini ... cukup menyedihkan!' gumam Xiao Chen di dalam hatinya.

Sekelompok ikan monster datang mendekat. Bahkan tak segan-segan menyantap tubuh Xiao Chen. Tetapi, di saat tubuhnya terkoyak oleh gigi gergaji yang sangat tajam, Xiao Chen tetap terdiam, bahkan melawan pun sangat mustahil.

Kedua tangannya terputus, setengah wajahnya hancur, bahkan kulit yang melapisi bagian dadanya pun telah terkoyak, memperlihatkan tulang rusuknya yang putih. Noda darah membuat air berubah menjadi berwarna merah.

Namun, disaat-saat terakhirnya, di saat kesadarannya mulai menghilang. Suara perempuan itu kembali terdengar.

"Ini belum saatnya!"

Cahaya yang begitu cemerlang bersinar dari dasar kolam. Membuat sekelompok ikan monster itu seketika berhamburan melarikan diri.

Terpopuler

Comments

Suci Nurhanifah

Suci Nurhanifah

Aaaaaaah, kasian banget Xiao Chen.
Kebayang kalo aku ada di posisi dia, keknya aku pasti udah nyerah dari awal.

2025-09-14

3

Orie..

Orie..

/Proud//Scream//Hammer//Proud//Scream//Drowsy//Sneer/

2025-08-10

2

❤️⃟Wᵃf Yuli a

❤️⃟Wᵃf Yuli a

semangat kk


nanti aku mampir lagi...
pagi2 riweh....🤣🤣🤣

2025-08-14

3

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Badai Kematian
3 Pembantaian keluarga Xiao
4 Ratu Phoenix
5 Berlatihlah
6 Warisan Ratu Phoenix api
7 Tingkatan Ranah Kultivasi
8 Bertemu Chu Wang
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21 - Kota kekaisaran
22 Chapter 22 - Zhu Xin
23 Chapter 23 Kaki Gunung Awan
24 Chapter 24 - Api unggun
25 Chapter 25 - Li Yun, Tuan Muda keluarga Li
26 Chapter 26 Halaman luar Istana Kekaisaran
27 Chapter 27 Kompetisi Bagian 1
28 Chapter 28 - Ruang Dimensi, kompetisi tahap pertama
29 Chapter 29 - Yan Ling
30 Chapter 30 - Burung Vermillion
31 Chapter 31 - Kakek tua misterius
32 Chapter 32 - Pertempuran di hulu sungai
33 Chapter 33 - Pertempuran di hulu sungai bagian 2
34 Chapter 34 - Kembali
35 Chapter 35 - Tim kita sudah lengkap!
36 Chapter 36 - Kompetisi tahap kedua
37 Chapter 37 - Melawan Lembah Es
38 Chapter 38 - Melawan Lembah Es bagian 2
39 Chapter 39 - Melawan tim Lembah Es bagian tiga
40 Chapter 40 - Pertandingan baru saja dimulai
41 Chapter 41 Bertemu kembali sang ibu
42 Chapter 42 - Tapak Tangan Dewa Api
43 Chapter 43 - Sepasang mata
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60 Benteng Tenggara
61 Chapter 61 - Pertarungan di Benteng Tenggara
62 Chapter 62 - Dewa Iblis Zhi Tian
63 Chapter 63 - Wujud Manusia Raja Vermillion
64 Chapter 64 Raja Vermillion melawan Dewa Iblis Zhi Tian
65 Chapter 65 - Benteng Tenggara berguncang
66 Chapter 66 - Menara Batu Hitam
67 Chapter 67 - Warisan Vermillion
68 Chapter 68 - Warisan Vermillion bagian 2
69 Chapter 69 - Sisi baik Jian Yu
70 Chapter 70 - Kediaman Pemimpin Benteng Tenggara
71 Chapter 71 - Misteri Dunia
72 Chapter 72 - Ranah Pedang Kedua - Bentuk Pedang
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Awal mula
2
Badai Kematian
3
Pembantaian keluarga Xiao
4
Ratu Phoenix
5
Berlatihlah
6
Warisan Ratu Phoenix api
7
Tingkatan Ranah Kultivasi
8
Bertemu Chu Wang
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21 - Kota kekaisaran
22
Chapter 22 - Zhu Xin
23
Chapter 23 Kaki Gunung Awan
24
Chapter 24 - Api unggun
25
Chapter 25 - Li Yun, Tuan Muda keluarga Li
26
Chapter 26 Halaman luar Istana Kekaisaran
27
Chapter 27 Kompetisi Bagian 1
28
Chapter 28 - Ruang Dimensi, kompetisi tahap pertama
29
Chapter 29 - Yan Ling
30
Chapter 30 - Burung Vermillion
31
Chapter 31 - Kakek tua misterius
32
Chapter 32 - Pertempuran di hulu sungai
33
Chapter 33 - Pertempuran di hulu sungai bagian 2
34
Chapter 34 - Kembali
35
Chapter 35 - Tim kita sudah lengkap!
36
Chapter 36 - Kompetisi tahap kedua
37
Chapter 37 - Melawan Lembah Es
38
Chapter 38 - Melawan Lembah Es bagian 2
39
Chapter 39 - Melawan tim Lembah Es bagian tiga
40
Chapter 40 - Pertandingan baru saja dimulai
41
Chapter 41 Bertemu kembali sang ibu
42
Chapter 42 - Tapak Tangan Dewa Api
43
Chapter 43 - Sepasang mata
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60 Benteng Tenggara
61
Chapter 61 - Pertarungan di Benteng Tenggara
62
Chapter 62 - Dewa Iblis Zhi Tian
63
Chapter 63 - Wujud Manusia Raja Vermillion
64
Chapter 64 Raja Vermillion melawan Dewa Iblis Zhi Tian
65
Chapter 65 - Benteng Tenggara berguncang
66
Chapter 66 - Menara Batu Hitam
67
Chapter 67 - Warisan Vermillion
68
Chapter 68 - Warisan Vermillion bagian 2
69
Chapter 69 - Sisi baik Jian Yu
70
Chapter 70 - Kediaman Pemimpin Benteng Tenggara
71
Chapter 71 - Misteri Dunia
72
Chapter 72 - Ranah Pedang Kedua - Bentuk Pedang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!