Berteman

"Baiklah, kita perlu membicarakan hal lain sekarang." Ucap Sean.

"Jadi bagaimana kau akan membalas keluargaku?" Tanya Intan.

"Bukan itu. Ini tentang rumah." Ucap Sean.

"Oh!" Seru Intan.

"Aku akan memenuhi bagianku dalam perjanjian itu, jangan khawatir. Tapi aku ingin kau mengerti, pernikahan kita ini dirahasiakan. Aku ingin semua orang percaya bahwa kaulah pengantinku yang dulu dipikir oleh semua orang bunuh diri, mengerti?" Ucap Sean.

"Ya, akulah penggantinya. Tapi tak seorang pun boleh tahu. Ini untuk membersihkan reputasi mu yang buruk, kan?" Balas Intan.

"Ya, karena aku ingin menjadi pengusaha terkenal. Kau akan mengatakan pada semua orang bahwa selama ini kau bersembunyi karena kau menjadi buta dan mengalami kesulitan beradaptasi akibat kecelakaan." Ucap Sean.

"Kau benar-benar akan memanfaatkan keterbatasanku untuk keuntunganmu?" Tanya Intan.

"Tentu saja, aku perlu mengambil manfaat dari hal ini entah bagaimana caranya." Balas Sean.

"Oke, ada lagi?" Tanya Intan.

"Ya, aku jarang di rumah, jadi silakan lakukan apa yang kau suka selama kau menginap di sini. Aku bodoh sekali menempatkan mu di kamar pembantu, kau bisa pilih salah satu kamar di lantai atas." Ucap Sean.

"Tidak terima kasih. Tapi aku lebih suka bersama Bi Lila, dia kelihatan baik." Balas Intan.

'Yang benar saja? Aku dimarahi Julian karena menempatkannya di kamar pembantu, dan sekarang aku berusaha bersikap baik dan dia malah mau tidur sekamar dengan pembantu? Gadis ini tidak masuk akal!' ucap Sean dalam hati.

"Lakukan saja sesukamu, kita akan jarang bertemu, kamu bisa pergi sekarang." Ucap Sean sedikit kesal.

"Oke." Jawab Intan singkat.

Dia berdiri, melangkah ke kiri, berbalik sepenuhnya, lalu berjalan tepat enam langkah ke pintu, membukanya, lalu pergi.

'Pasti sulit sekali tidak bisa melihat apa pun dan harus selalu berhati-hati.' pikir Sean.

......................

Intan meninggalkan ruangan kerja Sean. Dia mulai menghitung langkah. Sudah tiga tahun dia hidup seperti itu, menghitung setiap langkahnya dan beradaptasi. Awalnya, rasanya sangat sulit baginya. Dia selalu menangis setiap malam karena menabrak apa pun dan mengalami memar, terutama ketika Hilda menghalangi jalannya hanya untuk melihatnya jatuh.

Intan merasa semuanya akan berbeda jika Mamanya masih hidup. Dia selalu mengerti Intan dan tahu apa yang harus dikatakan.

Mama Intan mengajarinya untuk memperlakukan karyawan sebagaimana dia ingin diperlakukan. Karena rasa hormat penting untuk hidup berdampingan.

Intan pikir Mamanya pasti akan kecewa dengan Hilda dan Papanya atas apa yang mereka lakukan padanya. Tapi Intan akan membuat mereka belajar dari kesalahan mereka. Lebih baik melihat mereka menderita sekarang dan memperbaiki diri, daripada menunggu sampai terlambat dan melakukan hal-hal yang tidak bisa diperbaiki.

Intan bisa berjalan dan mencapai dapur tanpa menabrak apa pun, suatu prestasi luar biasa untuk rumah yang dia tidak tahu di mana letak segala perabotannya. Sesampainya di dapur, Intan mencium aroma bawang putih yang mulai kecokelatan. Bagi Intan, aromanya sungguh nikmat.

"Baunya enak banget, Bi Lila. Butuh bantuan?" Ucap Intan.

Bi Lila hendak bicara, tapi kemudian berhenti.

'Bisakah dia membantu mengatasi gangguan penglihatannya?' tanya Bi Lila dalam hati.

Menerima bantuan Intan bahkan bisa menyebabkannya kecelakaan dan istri bosnya itu akan terluka. Dengan keheningan, Intan agak memahami ketidaknyamanan Bi Lila.

"Menjadi buta bukan berarti aku tak berguna seperti yang dipikirkan banyak orang. Aku masih bisa membantu. Dulu aku bisa membuat roti lapis sendiri, dan mencuci piring." Ujar Intan.

"Tapi bukankah Anda punya pembantu di rumah?" Tanya Bi Lila.

"Ya, memang, tapi para pelayan di rumah sudah punya banyak tugas harian. Aku tidak bisa mengganggu mereka hanya karena aku ingin makan roti lapis atau mencuci gelas. Itu hal-hal yang bisa kita lakukan, bagaimana menurut Bi Lila?" Balas Intan.

"Saya berharap sebagian bos berpikiran sama dengan Nyonya Intan. Saya pernah bekerja di rumah-rumah di mana orang-orang bahkan tidak mau bangun untuk mengambil remot tv atau ponsel dari meja kopi. Pak Sean jarang ada di rumah, jadi tidak banyak pekerjaan di sini. Saya hanya menjaga kebersihan rumah dan memasak saat Pak Sean ada. Saat Pak Sean tidak ada, saya hanya perlu memasak untuk diri sendiri. Jadi, menurut saya, pekerjaan ini lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang pernah saya lakukan." Ujar Bi Lila.

"Aku bisa membayangkannya. Sekarang, kita akan bisa terus makan bersama. Aku sudah makan sendirian selama tiga tahun, jadi perubahan ini bagus sekali." Ucap Intan.

Tatapan Bi Lila berubah sendu setelah mendengar apa yang dikatakan Intan. Bi Lila berusia 43 tahun dan tidak pernah memiliki anak karena pekerjaannya. Suaminya telah meninggal hampir sepuluh tahun yang lalu. Melihat seorang perempuan muda dan cantik seperti Intan begitu kesepian, hatinya hancur.

"Senang sekali bisa ditemani Anda, Nyonya Intan."

"Panggil saja aku Intan, Bi Lila. Panggilan Nyonya terlalu aneh bagiku." Ucap Intan.

"Tapi Nyonya Intan bos saya." Ucap Bi Lila.

"Aku bukan bosmu, kita teman. Bi Lila, bolehkah aku tahu lebih banyak tentang Bi Lila?" Ucap Intan.

Bingung, Bi Lila berpikir sejenak dan berasumsi bahwa Intan ingin dia mendeskripsikan dirinya sendiri.

"Nah, Nyonya, maksud saya, Non Intan, saya sudah berusia 43 tahun. Rambut saya sudah putih dan beberapa kerutan mulai muncul. Saya berkulit sawo matang dan berlesung pipi." Ujar Bi Lila mendeskripsikan dirinya.

"Haha, tidak, maaf, aku salah bicara. Bolehkah aku menyentuh wajahmu untuk mencoba mendeskripsikannya di kepalaku?" Ucap Intan.

"Ah, ya, tentu saja, Non Intan." Ucap Bi Lila.

Bi Lila lantas mendekati Intan.

Intan langsung menyentuh bahunya lalu wajahnya dengan hati-hati. Bi Lila bilang ada kerutan di wajahnya, tapi itu sebenarnya tidak lebih dari sekadar garis ekspresi, dan tidak lebih dari itu. Wajah Mamanya muncul di benak Intan. Tapi Bi Lila tampak lebih muda, setidaknya begitulah kesan Intan. Bukan hanya karena usianya, tapi juga karena wajahnya.

Disisi lain...

Sean sedang memeriksa tanda tangan Intan. Dia lalu bangkit dan pergi ke dapur untuk meminta Bi Lila menyiapkan kopi untuknya. Sesampainya di sana, dia melihat pemandangan yang tak dia mengerti. Intan sedang menyentuh wajah Bi Lila, jadi dia berhenti agak jauh untuk memahami apa yang terjadi.

"Bi Lila memiliki wanita yang sangat cantik. Apakah Bi Lila sudah menikah?" Tanya Intan.

"Saya seorang janda, Non Intan." Jawab Bi Lila.

"Saya turut berbelasungkawa." Ucap Intan.

"Jangan khawatir Non, itu sudah lama sekali. Suami saya meninggal sepuluh tahun yang lalu." Ujar Bi Lila.

"Meski begitu, ketidakhadirannya masih mengganggu Bi Lila, sampai pada titik bahwa sepuluh tahun kemudian, Bi Lila masih menjadi janda." Ucap Intan.

"Ya, saya mencintainya, dan saya masih sangat merindukannya!" Kata Bi Lila.

"Aku mengerti, tapi Bi Lila menikah sangat muda, karena dia meninggal sepuluh tahun lalu." Ucap Intan.

"Ya, kami jatuh cinta saat SMA, berpacaran sepanjang hingga lulus. Kami menikah di usia 18 tahun, dan kami harus bekerja keras untuk menghidupi diri sendiri. Dia mengalami kecelakaan di lokasi konstruksi tempatnya bekerja dan akhirnya meninggal dunia." Ujar Bi Lila.

Bersambung...

Episodes
1 Awal: Menerima Kenyataan
2 Resmi Menikah
3 Tanda Tangan
4 Berteman
5 Kisah Kelam
6 Insiden Kolam Renang
7 Mencium
8 Menonton Film
9 Mulai Ada Rasa
10 Drama Sean
11 Jatuh Sakit
12 Merawat Sean
13 Insiden Di Kamar Mandi
14 Kemarahan Sean
15 Meminta Ganti Rugi
16 Jalan-jalan Berdua
17 Kaulah Orangnya
18 Malam Penuh Cinta
19 Masalah Baru
20 Kolam Renang Lagi
21 Persiapan Kejutan
22 Ulang Tahun Intan
23 Masa Lalu Sean
24 Kedatangan Pak Purnomo
25 Kemarahan Sean
26 Memberi Pelajaran Keluarga Purnomo
27 Kesepakatan
28 Tentang Vina
29 Rencana Vina
30 Kekecewaan Intan
31 Pil Kontrasepsi
32 Positif Hamil
33 Hasil Tes DNA
34 Salah Paham
35 Kemarahan Hilda
36 Awal Mula
37 Kecelakaan
38 Buta
39 Hancur Tanpa Mama
40 Kelicikan Hilda
41 Putus Asa
42 Bayi-bayi Sean
43 Kembar
44 Bertemu Mertua Lagi
45 Penjelasan Hilda
46 Hadiah Untuk Intan
47 Menemui Dokter Mata
48 Kondisi Mata Intan
49 Bertemu Vina
50 Masa Lalu Sean
51 Kedatangan Vina
52 Rencana Vina
53 Rencana Sean di Masa Lalu
54 Vina Melahirkan
55 Vina Kabur
56 Memburu Vina
57 Kemarahan Hilda
58 Vina Meninggal
59 Ditangkap Polisi
60 Intan Melahirkan
61 Menangkap Hilda
62 Menyiksa Hilda
63 Menerima Bayi Vina
64 Menyiksa Hilda Lagi
65 Permintaan Maaf Pak Purnomo
66 Memaafkan Papanya
67 Mulai Dicurigai
68 Operasi Mata Intan
69 Bisa Melihat Lagi
70 Diperiksa Polisi
71 Pak Purnomo Bertemu Cucu
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Awal: Menerima Kenyataan
2
Resmi Menikah
3
Tanda Tangan
4
Berteman
5
Kisah Kelam
6
Insiden Kolam Renang
7
Mencium
8
Menonton Film
9
Mulai Ada Rasa
10
Drama Sean
11
Jatuh Sakit
12
Merawat Sean
13
Insiden Di Kamar Mandi
14
Kemarahan Sean
15
Meminta Ganti Rugi
16
Jalan-jalan Berdua
17
Kaulah Orangnya
18
Malam Penuh Cinta
19
Masalah Baru
20
Kolam Renang Lagi
21
Persiapan Kejutan
22
Ulang Tahun Intan
23
Masa Lalu Sean
24
Kedatangan Pak Purnomo
25
Kemarahan Sean
26
Memberi Pelajaran Keluarga Purnomo
27
Kesepakatan
28
Tentang Vina
29
Rencana Vina
30
Kekecewaan Intan
31
Pil Kontrasepsi
32
Positif Hamil
33
Hasil Tes DNA
34
Salah Paham
35
Kemarahan Hilda
36
Awal Mula
37
Kecelakaan
38
Buta
39
Hancur Tanpa Mama
40
Kelicikan Hilda
41
Putus Asa
42
Bayi-bayi Sean
43
Kembar
44
Bertemu Mertua Lagi
45
Penjelasan Hilda
46
Hadiah Untuk Intan
47
Menemui Dokter Mata
48
Kondisi Mata Intan
49
Bertemu Vina
50
Masa Lalu Sean
51
Kedatangan Vina
52
Rencana Vina
53
Rencana Sean di Masa Lalu
54
Vina Melahirkan
55
Vina Kabur
56
Memburu Vina
57
Kemarahan Hilda
58
Vina Meninggal
59
Ditangkap Polisi
60
Intan Melahirkan
61
Menangkap Hilda
62
Menyiksa Hilda
63
Menerima Bayi Vina
64
Menyiksa Hilda Lagi
65
Permintaan Maaf Pak Purnomo
66
Memaafkan Papanya
67
Mulai Dicurigai
68
Operasi Mata Intan
69
Bisa Melihat Lagi
70
Diperiksa Polisi
71
Pak Purnomo Bertemu Cucu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!