Pak Dewo menyelesaikan makannya..., namun dia masih belum beranjak dari tempat ia duduk.
"Hahhh...bodohnya aku...apa yang barusan aku katakan...,aku yang lebih dulu memulainya...tapi aku sekarang malah menyebut itu sebuah kesalahan dan menyakitinya." Kepala pak Dewo berdenyut dan dia hanya mampu menunduk sembari memegangi tengkuk dengan kedua tangannya.
Sementara itu Lala terduduk di sebuah taman yang tak jauh dari cafe dan parkiran mobil berada.
Dia menahan tangis..., dia tak ingin terlihat bodoh didepan Pak Dewo. Dia tak ingin Pak Dewo tau betapa hancur hatinya ketika pria itu justru telah mengakhiri benih benih cinta yang bahkan belum sempat mereka mulai.
Lala cukup tau diri..., dia tentu tak berani berharap banyak bahwa dia akan bersama dengan pak Dewo suatu hari nanti.
Tapi rasa sakit itu tentu tak dapat dipungkiri.., getir..., perih.., namun dia tak berdaya.., jika orang lain tau mungkin mereka justru akan menudingnya gadis yang terlalu mudah terbawa perasaan.
Terlalu gampang memberikan rasa sayang..., ah sayang...?? Apa benar yang dia rasakan itu adalah wujud dari perasaan sayang??? Atau itu justru hanya kesalahan yang pak Dewo katakan???!!
Dari jauh terlihat pak Dewo berjalan mendekatinya..., dia berjalan dari arah mushola yang berada di sisi jalan bawah jalan raya.
Mungkin pria itu baru saja selesai sholat dan berencana untuk kembali ke Magelang secepatnya.
Lala menyadari kehadiran Pak Dewo, dia sedikit memalingkan wajah dan menghapus air mata yang sudah ada di ujung mata.
"Pak.." panggil Lala.
"Ayo La sebaiknya kita bergegas kalau tak mau kemalaman dijalan." ajak Dewo langsung memasuki mobil tanpa menoleh sedikitpun ke arah Lala.
Lalapun menurut dan masuk ke mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Nanti kita mampir sebentar di Malioboro.., ada beberapa toko oleh2 yang buka 24 jam jadi jangan khawatir." Pak Dewo menyetir dengan kaku dan pandangannya lurus ke depan.
Lala hanya menoleh ke arah pak Dewo sebentar lalu menganggukkan kepala kemudian kembali menyibukkan diri dengan ponselnya.
"La...?" Pak Dewo mencoba kembali membuka obrolan.
"Ya pak" jawab Lala singkat kemudian menelan ludahnya. Dia gugup dan takut.., takut akan membicarakan hal tentang mereka yang pada akhirnya akan membuatnya kecewa.
"Kenapa tadi kamu tidak makan?" tanya lelaki itu.
"Ah tidak apa2 pak.., saya hanya ingin segera sholat saja.Takut kalau2 kita akan kemalaman di jalan."
"Kamu baik2 saja kan La?"
"...." hening..., Lala hanya menunduk.
Mobil melaju semakin pelan..., pak Dewo meminggirkan mobil kemudian menghentikannya. Di pinggir hutan mobil itu berhenti.
Lala mengangkat bulu matanya yang sayu lalu memandang kedepan..." kenapa berhenti pak?" tanyannya tak mengerti.
"Kita akan jalan lagi kalau kamu sudah mau menjawab pertanyaanku." desak Pak Dewo.
"Saya ndak pa2 pak.., sebaiknya bapak jalankan lagi.."
Cuppp..., kecupan kecil mendarat lagi sebelum Lala sempat menyelesaikan ucapannya. Lala terkejut dan reflek menarik ke belakang tubuhnya.
Pak Dewo menatapnya dalam..., tanganya meraih tangan Lala lalu mengecupnya.
"Aku tau aku salah..., aku tau aku telah menyakitimu. Maafkan aku La." ucap pria itu dengan tatapan mata lekat.
"Aku tau kamu pasti bingung dengan sikapku.., aku sendiri tak tau apa yang harus aku lakukan. Aku tak tau yang.., yang...ahh sudahlah La..., aku tau ini rumit. Jadi kumohon jangan rusak suasana malam ini dengan sikapmu yang dingin. Kumohon maafkan aku.., tolong lupakan semua ucapanku yang tanpa sengaja telah menyakitimu." pinta pak Dewo.
Lala masih terpaku.., wajahnya merona. Jantungnya berdebar namun hatinya masih terasa sakit.
Lala mencoba melepaskan genggaman tangan pak Dewo.
"Jangan begitu pak.., ini tak baik.kita..., tak.."
Kali ini bukan hanya kecupan..., pria itu menciumnya. Bahkan lebih dalam. Lala Tersentak dan mencoba melepaskan diri.
Pak Dewo melepaskannya..,
"Aku tau ini sulit..., jadi untuk saat ini biarkan saja seperti ini La. Biarkan semua mengalir apa adanya.., aku tau kau pasti berfikir aku sangat egois. Tapi aku juga tau kamupun merasakan hal yang sama denganku. Jadi biarkan..., kumohon biarkan untuk saat ini..,hemmm..?" mohon Pak Dewo dengan mengangkat kedua alisnya.
Lala terdiam.., dia mengangguk pelan dan tanpa terasa airmata mengalir dari ujung matannya.
Pak Dewo menghapus air mata itu dengan jemari2nya lalu mengecup kedua pipi gadis itu.
"Sudah mari kita jalan..," ucap pak Dewo lalu kembali menyalakan mesin mobilnya.
Jalanan kota Jogja kali itu tak begitu ramai hingga akhirnya Lala dan Pak Dewo audah sampai di Malioboro saat adzan isya' berkumandang.
Pak Dewo memarkirkan mobilnya di dekat mall di kawasan Malioboro.
Setelahnya mereka menyebrang untuk masuk kedalam toko pusat oleh2 yang masih buka di kawasan Malioboro.
"Ambilah sesuatu nanti biar aku yang bayar." ucap Pak Dewo.
"Eee...tapi pak." jawab Lala ragu.
"Sudahlah..jangan menolakku..Anggap saja ini sedikit sogokan karna nanti ku harus menemaniku menjenguk anak pak Sapto di Temanggung." pak Dewo agak memaksa.
"Tapi..."Lala masih mencoba menolak.
"Tidak ada tapi atau kamu akan aku beri SP.., aku memaksa jadi kamu tak boleh menolaknya." imbuh pak Dewo.
Karna merasa tak enak akhirnya Lala hanya mengambil 2 bungkus kue bakpia pathok dan dan beberapa buah kue brem dengan ukuran kecil.
Pak Dewo memperhatikan gadis itu dari jauh dan hanya menggelengkan kepalanya.
Belanja oleh2pun selesai, jam setengah delapan malam akhirny mereka langsung melanjutkan perjalanan ke temanggung.
Kali ini Pak Dewo melajukan mobilnya agak kencang karna takut sesampainya di rumah sakit waktu jenguk telah habis.
Untung saja sepanjang perjalanan tidak macet. Merekapun akhirnya sampai di Temanggung sebelum pukul 9 malam.
Syukurlah masih ada waktu untuk para pengunjung diperbolehkan memasuki rumah sakit umum tersebut.
Pak Dewo dan Lala masuk langsung menuju lift dan menuju lantai 4 dimana Anto dirawat.
Sesampainya di lantai 4 pk Sapto terlihat sudah menunggu pak Dewo di koridor.
Tampaknya Pak Dewo memang sudah memberitahukan kedatangannya bersama Lala.
"Pak Dewo.., sebelah sini...!" panggil pak Sapto setelah melihat pak Dewo dan Lala keluar dari lift.
"Sudah jam segini dan Pak Dewo bela2in datang sampai kesini." ucap pak Sapto sungkan.
"Alah...jangan sungkan pak..., mumpung masih ada waktu. Lagipula kan sekalian dari Jogja ya. sekalian jalan2lah hehe.." jawab pak Dewo sekenanya.
"yaaakan dari gunung kidul kesini kan jauh pak.., malah ngelewatin Magelang lagi. Seharusnya bapak kan bisa kesini lain kali." imbuh pak Sapto.
"Ndak pa2 pak.., lagian saya sempetnya sekarang karna hari Sabtu dan Minggu besok harus pulang ke Semarang."jelas pak Dewo kemudian.
"Oh jadi begitu.., dan mbak Lala sendiri jadi terpaksa ngikut pak Dewo kesini ya...?" tanya Pak Sapto kemudian.
"Eh..iya pak.., ndak pa2 sekalian." jawab Lala sambil tersenyum tipis.
"Anak pak Sapto gimana keadaaanya...? Dia dirawat diruangan mana?" tanya Pak Dewo sambil menoleh kenanan dan kekiri mencoba mencari ruangn Anto anak pak Sapto dirawat.
"Di pojok sana pak..." pak Sapto menunjuk ke ujung ruangan yang terletak disisi timur gedung.
"Mari...," lanjut pak sapto mengahrahkan jalan menuju kamar anaknya.
Sesampainya dikamar pak Sapto langsung membangunkan anaknya Anto yang sedang tertidur pulas.
"Nak..bangun.., ini ada pak Dewo atasan bapak." ucapnya pelan.
Anto masih terlihat pulas dalam tidurnya.
"Sudah..sudah.., jangan dibangunkan pak kasihan. Bairkan dia istirahat." ujar Pak dewo.
"Iya pak" jawab Pak sapto.
"Jadi gimana keadaanya pak? Kok bisanya anak pk Sapto dirawat disini?" tanya pak Dewo kemudian.
"Iya pak.., emang dasar anak saya aja yang bandel. Dia itu ikut balapan liar yang diadakan disekitar sini pak...,dan akhirnya dia jatuh. Dan dilarikan di rumah sakit terdekat." jelas pak Sapto.
"Owalah...namanya juga nak laki2 pak.., wajar itu..haha, lalu lukanya gimana pak? tak ada yang serius kan?" tanya pak Dewo lagi.
"Alhamdulillah tidak pak..., hanya retak sedikit ditulang kering kaki kiri dan beberapa luka lecet. Yah biarlah ini jadi pelajaran buat dia pak.., biar gak bandel2 lagi."
"Hahaha...iya..., anak laki2...sudah sewajarnya jika ada bandel2nya dikit.." ucap pak Dewo.
"Yasudah pak..., berhubung sudah malam saya pamit dulu. Semoga Anto cepat sehat dan pulih seperti sedia kala." pamit pak Dewo sambil menyerahkan sebuah amplop kepada pak Sapto.
"Jangan repot2 pak" ucap pak Sapto mencoba menolak amplop dari pak Dewo.
"Sudah.., ini hanya rejeki sedikit semoga bisa sedikit membantu. Jadi jangan ditolak." imbuh pak Dewo.
"Bapak dan mbak Lala mau kesini aja saya sudah sangat berterimakasih kok..," pak Sapto tersenyum
"kenapa buru2 pak.., ndak mau istirahat dulu sebentar lagi..." ujar pak Sapto.
"Sudah...ini sudah malam..., saya juga masih harus nganter anak gadis orang. Gak baik kalau pulang terlalu malam..., kasian." ucap pak Dewo sambil menoleh ke arah Lala yang sedari tadi hanya terdiam.
"Sekali lagi terimakasih banyak pak...,hati2 dijalan dan buat mb Lala salam buat ibunya ya."ucap pak Sapto.
"Iya pak nanti saya sampaikan." akhirnya Lala bersuara.
Akhirnya pak Dewo dan Lala keluar rumah sakit dan langsung pulang ke Magelang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Anis Rosdiani
seru lanjut kan thor
2020-11-17
1
Rasti Yulia
Like💗💗
Semangat up kakak..
Salam hangat dari Tiba-Tiba Cinta & Takdir Cinta ❤️❤️❤️
2020-11-17
1