Berita baik

"Laaa..., bangun nak sudah pagi. Sholat dulu sayang." Suara bu Nana terdengar nyaring dari arah dapur,seperti biasa di jam 4 pagi beliau sudah mulai sibuk didapur.

Dari merebus air hingga menanak nasi lalu menyiapkan sarapan dan bekal untuk Lala kerja. Meski anak perawannya ini kerja di restoran tapi bu Nana selalu membuatkan bekal untuk Lala..," kalau kamu gak mau bawa bekal lalu ibu masak buat siapa nak, pagi kamu seringnya berangkat kerja tanpa sarapan bahkan minum teh manispun tidak. Malam hari jika sudah terlalu lelah setelah bekerja kamu juga hanya akan segera tidur tanpa makan malam." Itulah yang yang selalu di ucapkan bu Nana ketika Lala menolak untuk membawa bekal, akhirnya dengan terpaksa dia akan tetap membawa bekal untuk menyenangkan hati ibunnya.

Dengan malas Lala bangkit dari tempat tidurnya.

"Hoaaammmmm...," sambil mengucek mata Lala menguap panjang.

"Ahh...,ternyata sudah pagi jam berapa ini..?" batin Lala sambil mengambil hp untuk melihat jam. Pukul 04.17 pagi akhirnya dia bergegas bangkit dari tempat tidur, wudhu, sholat lalu memulai aktifitas pagi seperti biasanya. Membantu bu Nana memasak di dapur dan bersih2 rumah layaknya anak gadis dari keluarga sederhana lainnya.

Tak berapa lama akhirnya Lala sudah siap untuk berangkat kerja hingga akhirnya sebelum dia melangkah keluar rumah bu Nana sudah keburu memanggilnya.

"Gak sarapan dulu nak?"

"Ndak ah bu..., perutku begah semalam Lala sudah terlalu banyak makan di restoran."

"Loh memangnya tadi malam ada acara apa nak kok kamu pulangnya juga malem banget dan tumben kamu pulang barengan juga ma Rara?"

"Ada sedikit perayaan gitu bu, gak tau deh bos Lala ngerayain apa. Mungkin dia menang tender atau apalah yang jelas semalem semua orang masak2 gitu buat dimakan bareng2 di resto."

"Oh jadi gitu..., kamu yang bener yang kerja ya nak. Jangan malas dan ceroboh.., teman2 kamu baik semua kan? Ibu agak khawatir, ibu ngerasa bersalah karna ndak bisa kuliahin kamu dan kamu terpaksa harus kerja kaya gini."

"Buukkk..., Lala ndak pa2 kok bu. Lala seneng bisa kerja, meski Lala belum bisa bantu ibu setidaknya Lala bisa agak lega karna gak terlalu ngerepotin ibu dengan kebutuhan2 Lala. Ibu jangan khawatir, Lala disana punya teman2 yang baik dan Lala juga akan berusaha sebaik mungkin agar ndak bikin masalah disana. Pokoknya ibu do'ain Lala aja biar Lala bisa nabung dan bisa buka salon sendiri dirumah." tukas Lala.

"Syukurlah nak.., dan ibu pasti akan selalu do'ain yang terbaik untuk kamu, ya sudah..kalau kamu gak mau sarapan setidaknya minum dulu itu teh manisnya buat tambah tenaga, jangan biasakan perut kosong nak ibu ndak mau kamu sampai sakit."

"Baik bu..," Lala segera meminum teh itu dengan sekali teguk lalu tersenyum manis kemudian mencium tangan bu Nana dan berpamitan untuk segera berangkat.

**

Lala memarkirkan motor matic warna birunya di parkiran karyawan sebelah restoran. Pagi itu para kru dapur sudah mulai briefing.., Lala dengan gugup masuk ke dapur dan langsung bergabung dengan karyawan lainnya.

Pak Dewo menyadari keterlambatan Lala namun dia hanya menatap gadis itu sekilas sambil tersenyum simpul lalu melanjutkan pembicaraanya.

"Ok team..., untuk hari ini semangat dan jalankan tugas kalian dengan penuh tanggung jawab."

"Baik pak..." jawab para karyawan dengan semangat lalu membubarkan diri.

Baru Lala mau menuju ruang loker pak Dewo sudah memanggilnya. "Lala.., bisa ke ruanganku dulu? Sekalian bawakan kopi americano ya."

Agak terkejut Lala memalingkan wajah ke arah sumber suara lalu menjawab dengan tergagap..., "ba..baa.ba ik pak...sege ra.."

Pak Dewo berjalan ke ruangannya dengan senyum lebar, entah apa yang dia tertawakan dalam hatinya. Semakin hari tanpa di sadari dia selalu tersenyum setiap melihat tingkah kikuk Lala.

Gadis lugu itu sedikit demi sedikit telah mewarnai hari2nya saat bekerja.., dia terpesona dengan kepolosan dan kerja kerasnya. Meski agak ceroboh Lala selalu bisa membuat hatinya terasa hangat, bahkan terkadang ada getaran dan desiran aneh ketika mereka saling bicara tapi Dewo adalah seorang pria dewasa tentu bukan hal sulit baginya untuk mengendalikan rasa dan ekspresi ketika berhadapan dengan Lala.

Namun tak begitu bagi Lala..., dia selalu merasa gugup dan kikuk ketika bertemu dengan pak Dewo. Terlalu kaku dan terlihat mencolok.., bagi karyawan lain yang melihatnya mungkin hanya akan menganggap Lala seperti itu karna takut ditegur pak Dewo. Takut membuat kesalahan lalu diberi sanksi oleh manager resto tempat mereka bekerja.., tapi bagi Pak Dewo terlihat jelas bahwa gadis itupun memperhatikannya.

Ada binar lain di sorot mata Lala ketika tanpa sengaja mereka saling tatap saat berbicara. Tapi sekali lagi.., gadis itu pasti akan segera tertunduk atau mengalihkan pandangan agar tak ketahuan oleh Pak Dewo.

Dengan agak gemetar Lala membawa cangkir kopi itu ke ruangan Pak Dewo.., dengan pelan ia mengetuk pintu dan menunggu jawaban dari dalam ruangan. Pintu itu transparan karna terbuat dari kaca jadi tanpa dibuka lebih dulupun Pak Dewo sudah tau yang mengetuk pintu adalah Lala.

"ya...masuklah."

Lala masuk dan meletakkan cangkir kopi pesanan Pak Dewo di meja.

"Ini pak kopi pesanan bapak." Lala agak melirik dengan ragu ke arah Pak Dewo yang sedang sibuk dengan laptopnya.

Sedikit melirik ke arah kopi lalu matanya beralih ke wajah Lala yang tertunduk Pak Dewo menghentikan aktifitasnya.., dia mengankat cangkir kopi itu lalu meneguknya. Setelah meletakkan kembali cangkir kopi itu dia sedikit mengangkat alisnya dan mulai berbicara.

"Kenapa kamu terlambat? Apa kamu lupa kalau kita mulai briefing jam 8 pagi?"

"Maaf pak saya terlambat, bukan maksud saya untuk bersikap malas. Saya berjanji besok saya tidak akan terlambat lagi, saya..saya..., empphh..saya mohon jangan pecat saya pak.., saya butuh pekerjaan ini. Jadi saya mohon pak.."

"Hahaha..., kenapa kamu setakut itu??? Apa kamu pikir aku akan memecatmu hanya karna kamu sedikit terlambat? Aku tak sekejam pemikiranmu La..." ucap Pak Dewo Sambil menatap tajam ke arah Lala.

"Bu..bu..bukan begitu maksud saya pak, saya hanya..hanya...,"

Belum selesai lala berbicara Pak Dewo sudah memotong terlebih dahulu.

"Sudah sudah..., jangan terlalu kamu fikirkan. Kamu ini memang gadis yang lugu, kamu bahkan gak bisa membedakan aku benar2 marah atau hanya sekedar menggodamu." ucap Pak Dewo sambil tertawa renyah.

Seketika wajah Lala jadi merah padam, antara malu dan merasa bodoh di hadapan pria yang diam2 selama ini ia kagumi. Dia tak mampu bicara..., bahkan untuk sekedar menatap pria yang sedang tertawa itupun lala tak punya cukup nyali.

"Ya sudah..., terimakasih kopinya kamu sekarang bisa segera kembali ke dapur dan bekerja."

"Ya pak..saya permisi." pamit Lala.

**

Lala berjalan ke dapur dan mulai menyiapkan bahan2 yang akan dimasak oleh chef.

"La...Lala...," panggil Rara.

"La..sini..., bantu aku kupas kulit udang.

Lala segera menghampiri Rara yang sedang sibuk dengan sepanci kecil udang yang sedang di bersihkannya.

"Eh La...tadi pak Dewo ngomong apa? Kamu kena marah ya karna telat?? Udahlah cuekin aja, dia emang kadang suka rese'. Kamu kalo kerja disini harus kuat mental ngadepin dia.., aku aja suka heran ma tuh orang kok bisa ya dia jadi manager disini, dia itu kaku, galak lagi. Untung dia ganteng kalo gak duh..., makin gedeg aku ngeliatnya."

"Hehe...iya..., ditegur si aku tadi tapi dia gak marah kok malah ngetawain coba. Dia keliatan seneng banget liat ekspresiku tadi yang ketakutan,nyebelin kan?" jawab Lala.

"Syukurlah kalo gak kena marah..., dan kamu udah tau belum tadi pas briefing pak Dewo bilang katanya owner kita akan mengadakan acara di salah satu resort di gunung kidul di salah satu pantai yang ada disana.., dan tau gak kita semua yang kerja disini disuruh ikut kesana buat bantu2 masak disana. Acaranya sih katanya cuma satu hari, tapi kita akan disana 3 hari dan 1 hari untuk persiapan, 1 hari untuk hari H lalu 1 hari buat libur, asyikk kan?"

"Emang acara apasih?" tanya Lala.

"Jadi gini...,kamu tau gak tamu istimewa yang di undang owner kita untuk makan di resto ini?" Yang di undang makan disini minggu kemarin itu ternyata keluarga calon mantu owner kita..., dan mereka akan mengadakan privat party di resort untuk merayakan pertunangan anak mereka."

"Owww...jadi gitu..., emang kapan acaranya?"

"Sabtu besok kita berangkat kesana dan acaranya akan diadakan hari Minggu. Dan kita akan dikasih libur 1 hari buat di resort sehari. jadi kita bisa nikmatin hari libur di resort itu seharian penuh setelah acara di hari minggu itu selesai. Jarang2 kan kita bisa libur kerja di hari senin dan nginep di resort mewah gretongan pulakk...., kerennn kan??Beruntungnya kitaaaa Laaa..."jawab Rara penuh semangat.

"He'eh...iya...iya.., eh..tapi itu..., kita semua akan ikut kesana? Termasuk...emmmm..., pak Dewo?

"Hahaha...bercanda kamu La..., ya iyalah pak Dewo ikut, kan dia manager disini..., mana mungkin dia gak kesana."

Dengan agak malu Lala hanya tersenyum dan menjawab..." hehe...iya ya..., aku lupa"

"Hmmm memangnya kenapa Laa..??? Kamu takut ya??? Ndak nyaman ya kalo ada pak killer itu??? Takut kena marah kan???Udah deh jangan khawatir. Disana kita ntar kerjanya nyantai kok, paling cuma bagian cek2 doang. Yang bagian nganterin dan nyiapain makanan udah ada dari pihak resort sendiri..., kita disana cuma jadi pelengkap aja. Pokoknya kita harus semangat dan kamu ndak perlu kebanyakan khawatir tentang hal2 sepele, nikmatin aja ok ok???"

"Eh...iya ...ok..., mari kita semangat!!!" jawab Lala sambil tersenyum manis ke arah rara.

Episodes
1 Kecelakaan kecil
2 Demi ibu
3 Kerja
4 kekhawatiran ibu
5 Syukurlah..
6 Senyuman itu..
7 Berita baik
8 Berangkat
9 Menahan diri
10 Tak terhindarkan
11 Terjadi lagi
12 Bingung
13 Rasa nyaman yang tak seharusnya
14 Menikmati libur sehari
15 Terpaksa ditinggal
16 Maaf??!
17 Menjenguk anak pak Sapto
18 Nasihat untuk Lala
19 Mulai bekerja
20 Menghindar
21 Dani
22 Dulu
23 Berteman baik dengan masa lalu
24 Kecemburuan Pak Dewo
25 Kedatangan Lena
26 Apalah aku dibanding dia
27 Balikan
28 Tak ada salahnya mencoba
29 Ulah Pak Dewo
30 Drama di pagi hari
31 Pak Dewo yang makin tak terkendali
32 Luka
33 Akal akalan Pak Dewo
34 Berita buruk
35 Tawaran bantuan
36 Mencoba bekerja lagi
37 Bu Eni tentang Lala
38 Dani dan yang dipikirkannya
39 Operasi
40 Kehadiran Pak Dewo lagi
41 Dua sisi yang berbeda
42 Yang sebenarnya
43 Kekhawatiran yang menjadi nyata
44 Kecurigaan Lena dan luka masa lalunya
45 Perubahan sikap Lala
46 Kecurigaan
47 Gosip
48 Kejutan Pahit Di Minggu pagi
49 Lena yang tersakiti
50 Pertengkaran yang tak terhindarkan
51 Masalah yang melebar
52 Tak terduga
53 Siasat Lena
54 Akhir bagi Dewo dan awal bagi Dani
55 Hadirnya Dani lagi
56 Haruskah kembali?
57 Sikap posesif Dewo
58 Resign
59 keputusan Lala
60 Pamit
61 Antara Dani dan kenangan masa lalu di Bukit Bintang
62 Lampu hijau
63 Pingsan
64 Hamil???
65 Kegundahan Lala
66 Ketidaktahuan Dani
67 Kejujuran Lala
68 Niat baik Pak Dewo
69 Maafin Lala Bu..
70 Kekecewaan mendalam Nela
71 Jawaban Lala
72 Buah simalakama
73 Kacau
74 Jawaban Lena
75 Mencari solusi dengan menarik diri
76 Tekad Lala
77 Kegilaan Dani
78 Kecelakaan
79 Kejutan dari Dani
80 Cinta di waktu yang tak tepat
81 Pergi
82 Kabar yang dibawa Dani
83 Kembalinya Pak Dewo
84 Nenek tau?
85 Akhirnya..
86 Kedatangan Dewo
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Kecelakaan kecil
2
Demi ibu
3
Kerja
4
kekhawatiran ibu
5
Syukurlah..
6
Senyuman itu..
7
Berita baik
8
Berangkat
9
Menahan diri
10
Tak terhindarkan
11
Terjadi lagi
12
Bingung
13
Rasa nyaman yang tak seharusnya
14
Menikmati libur sehari
15
Terpaksa ditinggal
16
Maaf??!
17
Menjenguk anak pak Sapto
18
Nasihat untuk Lala
19
Mulai bekerja
20
Menghindar
21
Dani
22
Dulu
23
Berteman baik dengan masa lalu
24
Kecemburuan Pak Dewo
25
Kedatangan Lena
26
Apalah aku dibanding dia
27
Balikan
28
Tak ada salahnya mencoba
29
Ulah Pak Dewo
30
Drama di pagi hari
31
Pak Dewo yang makin tak terkendali
32
Luka
33
Akal akalan Pak Dewo
34
Berita buruk
35
Tawaran bantuan
36
Mencoba bekerja lagi
37
Bu Eni tentang Lala
38
Dani dan yang dipikirkannya
39
Operasi
40
Kehadiran Pak Dewo lagi
41
Dua sisi yang berbeda
42
Yang sebenarnya
43
Kekhawatiran yang menjadi nyata
44
Kecurigaan Lena dan luka masa lalunya
45
Perubahan sikap Lala
46
Kecurigaan
47
Gosip
48
Kejutan Pahit Di Minggu pagi
49
Lena yang tersakiti
50
Pertengkaran yang tak terhindarkan
51
Masalah yang melebar
52
Tak terduga
53
Siasat Lena
54
Akhir bagi Dewo dan awal bagi Dani
55
Hadirnya Dani lagi
56
Haruskah kembali?
57
Sikap posesif Dewo
58
Resign
59
keputusan Lala
60
Pamit
61
Antara Dani dan kenangan masa lalu di Bukit Bintang
62
Lampu hijau
63
Pingsan
64
Hamil???
65
Kegundahan Lala
66
Ketidaktahuan Dani
67
Kejujuran Lala
68
Niat baik Pak Dewo
69
Maafin Lala Bu..
70
Kekecewaan mendalam Nela
71
Jawaban Lala
72
Buah simalakama
73
Kacau
74
Jawaban Lena
75
Mencari solusi dengan menarik diri
76
Tekad Lala
77
Kegilaan Dani
78
Kecelakaan
79
Kejutan dari Dani
80
Cinta di waktu yang tak tepat
81
Pergi
82
Kabar yang dibawa Dani
83
Kembalinya Pak Dewo
84
Nenek tau?
85
Akhirnya..
86
Kedatangan Dewo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!