"Pesan apa pak?" tanya seorang pelayan.
"Sotonya dua ya mas, dan minumnya.., eh La kamu mau minum apa?
Lala hanya tersenyum lalu menjawab " apa aja boleh pak".
"Ok..soto dua sama es campur dua ya mas..., makasih." ucap Pak Dewo ke pelayan.
"Baik pak segera." jawab si pelayan sambil tersenyum.
Pak Dewo dan Lala memilih duduk di sudut ruangan yang agak ke dalam..., meski masih pagi suasana warung soto sudah mulai ramai.
Ada beberapa pengunjung lain yang duduk di tengah dan ada juga yang memilih duduk di sudut liar dari kedai soto itu.
Meski hanya kedai tapi suasana di kedai sangat nyaman. Tak seperti warung soto atau kedai soto pada umumnya, di kedai soto itu ada free wifi yang ditulis di dinding kedai dengan cantik dan estetik.
Ada lampu2 kecil yang warna warni menghias di beberapa sudut ruangan dengan detil tanaman rambat dan ornamen kayu menarik disebelahnya, dan di tiap 2 meter ada lampu gantung dengan tutup anyaman bambu yang dibuat jarang agar membuat cahaya lampu didalamnya terlihat berpendar remang menambah suasana menjadi lebih menarik . Ada alunan musik jazz yang mengalun pelan.
"Suasana kedainya beda ya??? Pemilik ya pasti gaul deh, atau paling gak dia bukan type2 pemilik warung soto kaya yang kebanyakan ada. Lihat aja nih ornamen2 disini pemiliknya benar2 detil dan bahkan ada alunan musik jazz juga. Ini sih bukan kek kedai lagi, udah kaya cafe yang khusus jual soto kudus. Bener2 cozy, kreatif sekali." ucap Lala takjub melihat sekeliling.
"Kamu juga berfikir seperti itu toh..., kukira kamu cuma gadis biasa yang tidak memperhatikan hal2 seperti ini." Pak Dewo menatap Lala sambil memperhatikan binar mata Lala yang sibuk memandangi suasana sekitar.
Lala mendadak tertunduk saat mendengar perkataan Pak Dewo dan menyadari bahwa pria itu sedang memperhatikannya.
"Iya pak".
"Haduh La.., biasa aja kenapa sih gak perlu kaku dan canggung gitu..,aku memang atasanmu di restoran tapi tak perlu bersikap seolah aku ini guru BP yang harus kamu takuti. Apa aku semengerikan itu?" Tanya Pak Dewo geli.
"Be...bu..bukan begitu pak.., saya hanya takut dianggap gak sopan saja saya kan bawahan bapak dan terlebih lagi saya masih baru bekerja di restoran."
"Oalah La...La..., mau kamu lama ataupun baru mau kamu itu cuma pelayan, koki, kepala koki ataupun cleanning servis sekalipun aku akan bersikap sama. Jadi tak perlu canggung ok."
Lala hanya manggut2 sambil tersenyum tipis menahan malu. Ia meremas jarinya sendiri untuk menekan rasa canggungnya. Ini kali pertama dia pergi makan dengan atasan dan lagi atasannya sorang pria tampan.., ah..bagaimanapun juga Lala tetaplah gadis biasa yang sedikit banyak akan terpesona dengan paras tampan Pak Dewo.
Meski dia terlihat bukan lagi sorang pemuda..tapi kharisma dan wibawa Pak Dewo memang sudah sangat melekat. Terlebih lagi dengan perhatian Pak Dewo padanya akhir2 ini dari kejadian ke Rumah sakit, mengantarnya pulang karna hujan, lalu kali ini..., meski dengan sikap tegas dan sedikit galakknya toh Pak Dewo masih bersedia mengantarnya yang berniat mengambil lobster di Sleman. Gadis mana yang tak akan merasa itu adalah hal yang istimewa.., namun meski batinnya bergejolak Lala menekan sedalam mungkin rasa itu, dia takut itu terlihat oleh Pak Dewo dan akan mempengaruhi pekerjaannya.
Dewo sebenarnya tau sikap canggung Lala. Tentu saja di hafal betul hal2 kecil seperti itu, semasa muda dia adalah seorang pemuda yang mempunyai banyak pacar. Dia termasuk pemuda tampan dan terkenal karna dia ikut dalam sebuah band sewaktu kuliah, sudah banyak gadis yang jatuh kedalam pelukkanya.
Dari gadis manja anak orang kaya, gadis gaul nan enerjik hingga gadis pintar yang pastinya cantik2 sudah pernah dipacarinnya. Namun gadis kecil sederhana di depannya ini beda, dia terlalu sederhana dalam segala hal. Dia mudah ditebak dan yah..., mungkin dia juga mudah didapatkan hatinnya. Merasa terkejut dengan pemikirannya sendiri akhirnya Pak Dewo hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Apa yang sudah kau fikirkan wo...hentikan hal gila itu.kau sudah berkeluarga..tak sepantasnya kamu menginginkan gadis polos ini." Pak berusaha menyadarkan pikirannya sendiri dan sedikit terkejut ketika dia mendengar Lala memanggilnya.
"Pak...pak...makannya sudah datang, sebaiknya segera dimakan nanti keburu dingin sotonya."
"eh...iya."
"Bapak melamun ya? Apa Pak Dewo masih kepikiran soal lobster itu? Tadi sudah saya pastikan lagi kok pak ke resto.., katanya sudah sampai dan sekarang mereka sedang menyiapkan untuk hidangan nanti siang. Jadi pak Dewo tak perlu khawatir."
"Iya kamu benar, semua sudah ada pada jalurnya. Seharusnya aku tak perlu khawatir.., ok kalau begitu sebaiknya kita segera makan dan kembali ke resto. Aku akan sedikit lagi lega jika semuanya benarw sudah beejalan lancar." jawab Pak Dewo sambil mulai makan soto yang ada dihadapanya.
**
Setelah selesai menyantap soto akhirnya Pak Dewo dan Lala berangkat kembali ke resto. Pak Dewo harus ada di resto sebelum tamu undangan dari owner PARADISE RESTO datang.., bagaimanapun dia harus ikut menyambut tamu istimewa itu.
Diperjalanan seperti biasa Lala hanya diam dan memandang lurus ke depan, atau sekali kalau dia hanya akan memandang kesisi kiri jalan.
Dia sangat..sangat dan sangat gugup, entah sejak kapan dia jadi semakin canggung jika harus berdua saja dengan Pak Dewo.
Kali ini pak Dewo memulai pembicaraan..,
"Sepertinya aku jadi punya ide untuk restoran kita."
"Bagaimana pak?"
"Iya..., sepertinya aku punya ide untuk restoran kita. Nanti setelah tamu owner kita pergi aku akan coba bicara dengan Pak Aksa tentang konsep restoran kita. Aku jadi terinspirasi oleh kedai yang kita kunjungi tadi, sepertinya restoran kita juga butuh pembaruan. Mungkin penjualan juga akan meningkat jika kita menciptakan atmosfer baru di PARADISE RESTO."
"iya pak itu ide bagus, semoga Pak Aksa bisa mendukung ide bapak."
"Hahaha...iya semoga saja." Pak Dewo terlihat sangat bersemangat.
"Oh iya La.., bagaimana dengan bekas luka jahitmu? Apakah sudah gapapa?" tanya Pak Dewo.
"Iya pak sudah tidak apa2.., ada sedikit berbekas tapi itu hanya samar dan bisa tertutup bedak kok.
"Syukurlah kalau begitu."
"Dan..." Pak Dewo berhenti sejenak.
"Dan apa pak?" tanya Lala tak sabar.
"Ah tidak..., aku hanya merasa tak enak pada ayah ibumu karna waktu itu mengantarmu pulang dari Rumah sakit tanpa meminta maaf dulu pada mereka."
"Gapapa pak..., ibu saya maklum karna kejadian waktu itu juga bukan hal yang disengaja. Saya saja yang sedang sial berdiri terlalu dekat diantara pertengkaran para tamu di hari itu, dan untuk ayah.., kebetulan ayah saya sudah almarhum."
Pak Dewo agak terkejut "maaf..aku tak tau."
"Bukan masalah pak, ayah saya sudah lama meninggal ketika saya masih sekolah."
"Lalu?"
"Ya.., saya tinggal hanya dengan ibu saya. Saya punya seorang kakak perempuan namanya mbak Nela dia sudah menikah dan tinggal dengan suaminya di sebelah rumah yang saya dan ibu saya tinggali."
"Oh...,jadi kamu hanya tinggal dengan ibumu?"
"Iya pak.., keseharian ibu saya hanya ibu rumah tangga biasa. Kami hidup dari uang pensiunan ayah saya dan untuk menambah penghasilan sesekali ibu menerima pesanan catering dari tetangga. Dan saya, sebelum bekerja di resto saya sempat ikut kursus salon. Eh maaf pak saya jadi ngelantur, saya..," Lala berhenti bercerita, dia merasa seharusnya tak terlalu banyak bicara, dia merasa lancang menceritakan kehidupan pribadinya.
"Kan sudah kukatakan tak masalah, jangan terlalu padaku. Lalu apa yang harus kamu khawatirkan hem..?" ucap Dewo sambil menoleh dan memberikan seutas senyum hangat pada Lala.
Mata Lala bersinar dan seolah darahnya berdesir dan mengalir hangat ke kepala.
Sejenak dia terpana dengan senyum pria di depannya dan dengan ragu dia membalas senyum itu lebih dan lebih hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments